Ibunya adalah pelayan di istana kekaisaran. Karena itu, Guang Shen tidak diperbolehkan berlatih beladiri. Sejak bayi, dantiannya disegel oleh kaisar Tian Tang. 
Saat usianya genap 15 tahun, 4 roh dewa suci menghancurkan segel dantiannya. Empat roh dewa suci adalah roh spiritual langka. Kebangkitan itu membuat Kaisar murka. Ia dicambuk berkali-kali hingga mati. Lalu mayatnya dibuang ke lembah kematian. 
Di lembah kematian, ia bertemu dengan ayahnya, seorang kaisar dewa. Sayangnya, nasib buruk terus membayanginya. Demi ibunya, ia terpaksa menjaga gerbang dewa selama 100 tahun. 
Setelah 100 tahun, ia kembali dengan dendam yang membara. Dalam hati, ia bertekad untuk membalas rasa sakitnya kepada keturunan kaisar Huang. Satu per satu, keturunan dari orang-orang yang dulu menyakitinya akan dihabisi tanpa belas kasihan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jusman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 Klan Yuan
Di malam yang gelap, Guang Shen muncul di istana peri sambil membawa sebuah peti. Tanpa memberitahu siapapun, ia langsung ke halaman belakang. Karena tempat itu tidak pernah didatangi siapapun, rerumputan dan pepohonan tumbuh subur di sana.
"Maaf Yue, untuk kali ini, aku tidak akan memberitahukan hal ini kepadamu!" ucapnya.
Guang Shen menggali tanah dengan cara manual. Karena jika dia menggali menggunakan kekuatannya, maka orang-orang istana peri akan mengetahuinya. Maka dari itu, menggali secara manual adalah pilihan terbaik.
Selesai menguburkan mayat ibunya, Guang Shen langsung memasang pelindung berlapis menggunakan kekuatan kehampaan. Dia juga sengaja mempercepat waktu di sana agar tubuh lama ibunya hancur sebelum ditemukan oleh siapapun.
"Kalau tidak disentuh siapapun selama 100 hari, tubuh peri akan hancur dengan sendirinya, tapi menunggu 100 hari terlalu beresiko," gumamnya.
Ia berdiri di sana hingga matahari terbit keesokan harinya. Tepat saat matahari bersinar, pohon emas dengan buah yang mirip persik. Setelah buah itu diambil, pohon itu berubah menjadi pohon biasa.
"Yang bisa kupercaya hanya dua orang, ibu dan juga Yue. Selain mereka, tak ada yang bisa kupercaya," jelasnya.
Guang Shen meninggalkan halaman belakang istana peri. Di jalan, ia berpapasan dengan salah seorang Tetua. Tetua itu tidak disapanya, melainkan hanya dilewati, seolah tak ada siapapun di sana.
"Bocah, kamu datang ke sini sesuka hatimu, tapi kau tidak pernah menghormatiku! Apakah begini yang diajarkan ibumu?" tanya Tetua tersebut.
Langkahnya terhenti saat ibunya disebut. Ia berbalik dan menyerang Tetua istana tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Perlahan-lahan, Tetua itu didekatinya dengan api yang berkobar-kobar di tangannya.
"Mau mati dengan tubuh utuh atau tanpa tubuh?" tanyanya diikuti dengan aura yang menakutkan yang muncul tiba-tiba.
Roaaaaarrgggg
Di detik berikutnya, seekor naga muncul dan merung dengan keras. Raungan itu menyebabkan getaran di istana peri. Orang-orang panik dibuatnya, mereka langsung siaga karena mengira musuh menyerang.
"Ibuku bukan orang yang bisa kau sebut sembarangan, Tetua!" ucap Guang Shen.
"Aku tidak peduli ibumu siapa. Kalau anaknya sepertimu, mungkin saja ibumu juga bukan orang baik. Paling hanya pelayan rendahan atau mungkin ibumu seorang wanita murahan," ujar Tetua Yao, Tetua kelima istana peri sekaligus putra Tetua Agung.
"Kamu sendiri yang memintanya!"
Tubuh Guang Shen terangkat. Naga yang dikeluarkannya berubah menjadi merah. Naga tersebut mengumpulkan api di mulutnya, sekali dilepas, api itu bisa menghancurkan istana peri.
"Kakak, hentikan!" Tiba-tiba saja, Yue berteriak. Teriakan adiknya membuat amarahnya berkurang.
"Kak, hentikan! Istana peri bisa hancur karena api itu," Xuan Yue kembali berteriak.
"Kamu selamat, tapi tidak lain kali!" Naga yang tadi siap menyerang ditarik kembali. Ia menapak di tanah dan mendarat satu pukulan ke dada Tetua Yao.
"Kakak, apa yang kamu lakukan? Kalau istana peri hancur, ibu pasti akan marah," ucap Xuan Yue.
"Dia duluan yang menghina ibu di depanku!" Guang Shen menunjuk Tetua Yao yang sudah sekarat.
"Bukankah aku menitip pesan ke Shu Qing, kenapa kau langgar?" tanya Xuan Yue.
"Hei, hati bulan es sudah kukendalikan. Jadi, Kakak jangan khawatir," bisik Xuan Yue.
"Mohon maaf kalau aku mengganggu! Anda memanggil bocah ini kakak? Bagaimana mungkin kakak lebih mudah dari adiknya?" tanya Tetua ketiga.
"Rahasia, tidak usah dicari tahu," jawab Guang Shen.
"Kenyataannya memang seperti itu. Guang Shen kakakku. Hanya saja dia selalu menghilang. Jadi, tak ada yang mengenalnya," jelas Xuan Yue. Tidak mungkin dia mengatakan kalau kakaknya melintasi waktu sejauh 500 tahun. Orang-orang tidak akan percaya dan menganggapnya aneh.
"Kalian boleh pergi!" pinta Guang Shen.
Para Tetua istana peri bubar, meninggalkan tiga orang, Guang Shen, Xuan Yue, dan Shu Qing. Sebelum berbicara, Guang Shen memasang formasi agar obrolan mereka tidak didengar siapapun.
"Ada apa, Kak? Sepertinya ada informasi penting yang ingin kau katakan!" Xuan Yue memulai obrolannya.
"Saat ini, ibu berada di klan Yuan. Sebelum purnama kembar muncul, aku harus menjemputnya," jelas Guang Shen.
"Purnama kembar, jangan-jangan …. "
"Benar!" Guang Shen menyela perkataan Shu Qing. Diantara orang terdekat ibunya, hanya beberapa orang saja yang tahu tentang pergantian tubuh peri. Bahkan, Xuan Tian pun tidak mengetahui hal itu.
"Kalau itu benar, tubuh ibu di mana?" tanya Xuan Yue.
"Sudah kukubur dan tak ada seorang pun yang bisa mengambilnya," jelas Guang Shen.
"Aku ingin kalian ikut denganku ke klan Yuan," lanjutnya.
"Tapi klan Yuan terlalu jauh, butuh waktu setahun perjalanan untuk sampai ke sana!" Shu Qing menimpali.
Guang Shen yang malas menjelaskan langsung membuka portal. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia langsung memasuki portal.
"Baik-baik, aku akan ikut!" Shu Qing menyusul Guang shen kemudian disusul oleh Xuan Yue.
Selang beberapa saat, ketiganya muncul di sebuah klan. Hal pertama yang mereka lihat adalah puluhan orang yang disiksa.
"Benar-benar biadab!" Shu Qing geram.
Sebelum melakukan sesuatu, ada baiknya kita mencari tahu dulu ibu ada di mana," jelas Guang Shen.
"Bagaimana kita mengenalinya?" tanya Shu Qing.
"Serahkan saja padaku!"
Guang Shen membuat segel tangan dengan cepat. Sesaat kemudian, benang-benang energi melesat ke bangunan yang letaknya di utara klan.
"Kita ke sana, tapi jangan sampai orang-orang klan Yuan menyadari keberadaan kita."
Guang Shen melesat ke tempat Guang Xiu lebih dulu. Di sana, ia menunggu adik dan juga adik iparnya. Bersama Shu Qing dan Xuan Yue, ia menyusup ke bangunan itu.
"Tempat ini mirip dengan kediaman pelayan," komentar Shu Qing.
"Benar, dan mungkin saja ibu dijadikan pelayan." Xuan Yue menimpali.
Ketiganya menyusuri lorong gelap, mengikuti benang putih yang sangat tipis. Kurang dari 5 menit, mereka tiba di halaman yang dikelilingi tembok yang sangat tinggi. Di sana, ada beberapa orang yang dirantai, termasuk seorang wanita yang dikelilingi oleh cahaya samar.
"Setelah ini, aku pastikan klan Yuan rata dengan tanah."
Guang Shen menghampiri ibunya. Wanita itu tersenyum saat melihat wajah yang ditunggunya selama ini.
Rantai-rantai itu dilepas. Sebelum ibunya mengatakan sesuatu, ia memberikan buah berwarna emas. Apel itu adalah kekuatan peri yang terkumpul dan berubah menjadi buah.
"Bukankah harus menunggu 100 hari?" tanya Guang Xiu.
"Menunggu 100 hari terlalu lama. Kalau buah itu muncul, kemungkinan besar akan diambil orang lain," jelas Guang Shen.
Guang Xiu mengangguk lalu memakan buah itu. Tak butuh waktu lama, kekuatannya kembali ke ranah leluhur suci. Meski begitu, ia tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk sementara waktu.
"Waktunya membuat huru-hara!" ucap Guang Shen.
"Siapa yang berani menyusup ke tempatku!" Suara seseorang terdengar.
Bukannya terkejut, Guang Shen justru menyeringai. Ia berbalik dan menyerang orang itu. Serangannya itu membuat orang itu terpental dan memuntahkan seteguk darah segar.