NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. DIANCAM.

Hari itu, Rindi memutuskan untuk menerima tawaran Marta. Baginya, bisa menjaga cucu dan berada dekat dengan Rudy itu sudah lebih dari cukup, meski hanya dianggap sebagai seorang pembantu.

Rara tidak sepenuhnya setuju dengan keputusan itu. Ia tahu, Rudy, istrinya, dan bahkan mertuanya memiliki sifat keras serta egois. Melihat keinginan Rindi yang begitu kuat untuk tetap berada di dekat putranya, Rara hanya bisa pasrah dan berusaha memahami.

Rindi dibawa ke sebuah kamar kecil di bagian belakang rumah — ruangan bekas gudang yang terletak di samping tempat penampungan sampah. Lantai ber ubin, sebuah kasur tipis dan lemari kecil yang tampak usang untuk menyimpan pakaian.

Yang lebih menyedihkannya lagi, pintu kamar itu tidak bisa tertutup rapat. Ada celah besar di bagian bawah dan sisi kanannya, membuat siapa pun yang lewat bisa melihat isi kamar dengan mudah.

Sepertinya Rudy sengaja menempatkan Rindy di sana agar dia tidak betah dan segera pergi dari rumah itu.

Rindi mengumpulkan sisa-sisa karton bekas dari tempat sampah di dekat gudang lalu menempelkannya satu per satu, berusaha menutupi cela lubang-lubang yang ada di pintu, setidaknya ada sedikit privasi bagi dirinya.

Rindi duduk di tepi kasur tipis, memeluk lututnya erat. Air matanya kembali menetes, bukan karena sedih ditempatkan di ruang sempit itu, melainkan karena menyadari betapa jauh jarak antara dirinya dan Rudy — anak yang dulu ia lahirkan dengan penuh kasih dan perjuangan.

Dengan suara lirih, ia menatap ke arah langit-langit yang retak, seolah berbicara pada seseorang yang tak lagi ada.

“Mas... aku sudah menemukan putramu,” bisik Rindi lirih, suaranya bergetar di antara isak yang tertahan.

“Dia sudah sukses, seperti yang dulu kita impikan. Rumahnya besar, mobilnya banyak... dan dia sudah punya anak. Perjuangan kita tidak sia-sia, Mas... tapi—”

Kalimat itu terhenti di tenggorokannya. Rindi menunduk, kedua tangannya meremas ujung selimut yang mulai basah oleh air mata. Ia tak sanggup melanjutkan ucapannya. Hatinya terasa sesak, seolah ada beban berat yang menekan dari dalam dada.

Rindi terdiam lama, tenggelam dalam lamunannya yang tak berujung. Kenangan masa lalu terus berputar di kepalanya, hingga terdengar suara teriakan dari arah ruang tengah yang membuatnya tersentak.

“Bi Rindi! Kamu ditampung di sini bukan untuk bersantai! Cepat ganti popok putraku!” suara Rika terdengar tajam dan penuh nada perintah.

Rindi segera bangkit dari tempat duduknya, menghapus sisa air mata di pipi, lalu bergegas menuju kamar bayi. Dengan langkah pelan, ia mendekati ranjang kecil tempat cucunya berbaring. Bayi itu menangis pelan, wajahnya mirip sekali dengan Rudy saat masih kecil.

Tangannya bergetar saat membuka popok sang bayi. Ia tersenyum tipis, mencoba menenangkan tangis si kecil.

“Tenang, Nak… jangan menangis." bisiknya lembut.

Rika memperhatikannya dari jauh, wajahnya datar tanpa belas kasihan.

“Kalau sudah selesai, bersihkan kamar ini sekalian,” katanya singkat sebelum berbalik pergi.

Rindi menunduk dan mengangguk. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Setelah mengganti popok bayi, ia menatap wajah mungil itu lama-lama. Air matanya kembali menetes, jatuh di ujung selimut kecil sang bayi.

Dalam hati, ia berbisik.

“Kalau saja kamu tahu, Nak… perempuan ini bukan hanya pengasuhmu, tapi darahnya juga mengalir di tubuh ayahmu.”

Usai menidurkan bayi itu, Rindi mengerjakan semua tugas yang diberikan Rika tanpa keluh kesah sedikit pun. Ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apa pun yang bisa memancing kemarahan menantunya itu.

Cahaya matahari sore menembus jendela kecil, jatuh di wajah Rindi yang tampak lelah namun tetap tegar menahan segala perasaan di dadanya.

Krak...

Suara pintu yang terbuka pelan memecah kesunyian.

Rindi menoleh perlahan. Di ambang pintu berdiri Marta, dan Rika. Mereka melangkah masuk, memperhatikan setiap sudut kamar dengan tatapan teliti.

“Pekerjaanmu lumayan bagus,” ujar Rika datar.

“Sekarang pergi mandi. Aku tidak ingin putraku terkena virus yang mungkin kamu bawa dari kampung.”

Rindi menunduk, menahan perih di dadanya. Ia mengangguk pelan, lalu berjalan keluar kamar. Setiap langkahnya terasa berat, namun tetap berusaha tegar.

Marta memperhatikan bagaimana Rika memperlakukan Rindi. Dalam hati, ia merasa puas melihat anaknya begitu tegas terhadap pembantu baru itu. Baginya, seorang pekerja memang harus diberi batas agar tidak berbuat seenaknya. Namun ia juga khawatir kalau sampai Rindi pergi — sulit mencari orang yang bisa dipercaya, apalagi yang mau merawat bayi dengan sabar.

"Apa kamu tidak takut kalau dia pergi, seperti perawat-perawat sebelumnya?” tanya Marta, nada suaranya terdengar khawatir.

Rika tersenyum tipis, menatap ke arah ranjang kecil tempat putranya tertidur lelap lalu berkata kalau ia yakin, Rindi tidak bakalan pergi. Perempuan itu sudah tidak memiliki siapa pun di kampung, hidupnya miskin dan terlunta-lunta. Bahkan tanpa gaji sekalipun, asalkan diberi makan dan tempat untuk bernaung, Rindi pasti akan tetap bertahan sesuai informasi yang dia dengar dari Rudy.

Marta memperhatikan wajah putrinya dengan saksama. Ada sesuatu di balik senyum tipis Rika yang membuatnya tak tenang.

“Entah kenapa, Mama merasa perempuan itu menyimpan sesuatu,” ucap Marta pelan sambil melirik ke arah pintu kamar.

Rika, yang semula sibuk menata selimut putranya, menoleh dengan dahi berkerut.

“Maksud Mama, Bi Rindi?”

“Iya,” jawab Marta lirih.

“Setiap kali Mama lihat matanya, ada kesedihan yang mendalam… seperti seseorang yang menanggung rahasia besar. Dan cara Rudy menatapnya pun aneh. Bukan sekadar benci, tapi seolah menahan sesuatu di dalam hati.”

Rika terdiam. Ia ingin pungkiri, tapi kata-kata ibunya ada benar.

“Aku juga merasa hal yang sama, Ma. Setiap kali Bi Rindi menatap Mas Rudy, ada sesuatu di matanya… bukan seperti pandangan seorang pembantu kepada majikannya, tapi anehnya, Mas Rudy justru selalu menjauh, bahkan terlihat marah setiap kali dekat dengannya.”

Marta menghela napas panjang, menatap Rika dengan pandangan serius.

“Ibu yakin, ada rahasia besar diantara mereka, kamu harus waspada jangan sampai perempuan itu merencanakan sesuatu pada keluarga kalian."

Rika mengangguk paham, dia berjanji akan terus mengawasi Rindi.

Malam perlahan turun, menyelimuti rumah besar itu dalam keheningan.

Setelah makan malam bersama para pelayan lain, Rindi kembali sibuk dengan tugasnya. Ia memeriksa perlengkapan bayi satu per satu — susu, popok, dan pakaian ganti — memastikan semuanya tertata rapi agar Rika tak perlu repot esok pagi.

Setelah merasa cukup, ia menutup pintu kamar bayi dengan hati-hati dan berjalan menyusuri lorong kecil menuju kamarnya. Lampu di sepanjang lorong temaram, menimbulkan bayangan panjang di dinding yang seolah menatap balik.

Begitu Rindi memegang gagang pintu kamarnya dan hendak membukanya, tiba-tiba sebuah tangan kuat menarik tubuhnya ke dalam bayangan gelap. Mulutnya langsung tertutup oleh telapak tangan.

Rindi terkejut dan berusaha meronta.

“Diam... kalau kamu berani teriak, malam ini juga kamu akan aku usir dari rumah ini.”

Darah Rindi serasa berhenti mengalir. Tubuhnya gemetar hebat. Pria itu membanting tubuhnya ke kasur sambil tersenyum penuh nafsu.

1
Winer Win
cerita malinkundang versi modern ya tor..🤣
Ma Em
Thor tanggung langsung habis , semoga Rindi dan Rara selamat dari niat orang2 yg akan mencelakai Rindi dan si anak durhaka Rudy dan Melda segera dapat azab yg sangat pedih .
Nurjannah Rajja
A nya ketinggalan
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
Ayesha Almira
smga rindi g bersujud...d bersarkan dengan kasih sayang...tp pa blsnnya...yg kuat rindi,ambaikan mereka suatu saat penyesalan dtng
Ayesha Almira
ibu kandungpun ingn mempermalukan sebegitunya Melda ma Rudy...dsaat penyesalan dtng smga hati rindi tertutup buat anak durhaka sprt Melda jg rindi
Ayesha Almira
slh tangkap Aldo...smga Luis BS melindungi rindi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!