NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Story Yuu

Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?

*
*
*

Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.

MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.

Untuk menyemangati Author menulis.❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

“Huaah…” Kiara menguap, mendengar Axel yang terus nyerocos menjelaskan materi.

Axel menatap tajam gadis yang tampak mengantuk di depannya. Kiara menyadari tatapan itu, ia segera mengusap wajahnya dan kembali menyimak tiap penjelasan pemuda yang menjadi tutornya itu.

“Kamu serius, ingin dapat peringkat pertama? Dengan sikapmu ini, nggak ada ambisnya sama sekali,” cetus Axel, bibirnya menyungging—melontarkan sindiran kepada Kiara.

“Bukan… itu.” Kiara menghela napas. “Axel, bisa beri waktu aku bernapas? Aku baru saja mengikuti pelajaran Bu Chika yang menguras tenaga dan pikiran, kamu pikir semua otak orang-orang itu sama kayak kamu? Enggak! Otakku nggak sanggup kalau terus dipaksa,” tegasnya dengan napas terengah.

Axel hanya menatap datar. “Apa maksudmu?”

Kiara kembali mendesah berat. “Axel… otakku capek, butuh sedikit amunisi.”

“Apa yang kamu butuhkan? Bukannya baru selesai makan? Itu udah cukup untuk mengisi amunisi otakmu,” sergah Axel, suara dinginnya terdengar menusuk.

“Axel…” rengek Kiara, wajahnya cemberut. “Aku nyerah! Aku nggak mau belajar lagi.”

“Ara…”

Kiara tak bergeming, ia mengalihkan pandangannya dari pria yang terus menuntutnya belajar.

Axel menghela napas panjang, tangannya memijat erat tengkuknya seolah nyaris darah tinggi menghadapi gadis yang terus menggerutu di hadapannya. Ia merogoh tasnya, lalu mengeluarkan sekotak coklat, ia meletakkannya di atas meja.

“Makan ini, ku beri waktu istirahat lima menit.”

Mata Kiara langsung berbinar melihat sekotak coklat kesukaannya. “Buat aku?”

“Heem,” jawab Axel singkat. “Hanya lima menit, berhenti cemberut dan makan itu.”

Kiara terlihat antusias, tapi segera murung kembali. “Andai ada susu strawberry,” gumamnya.

Axel kembali merogoh tasnya, kini mengeluarkan satu buah susu kotak rasa strawberry. “Apa ini cukup?”

Kiara melotot seolah tak percaya. “Axel…”

“Apalagi? Nggak ada alasan kamu badmood-badmood, cepat makan, lanjut belajar.”

Tak merasa kesal, bentakan Axel justru membuat Kiara tersipu, ia menatap Axel malu-malu, tak percaya Axel menyiapkan semua itu untuk dirinya. “Akan lebih baik kalau ada yupi.”

Axel menghela napas lagi, tetapi tangannya kembali merogoh kantong tasnya, ia mengeluarkan satu pack permen yupi. “Nih,” ujarnya sambil menyerahkannya kepada Kiara.

Kiara tercengang. “Axel… yang bener aja, tasmu kantong doraemon kah? Semuanya ada? Kamu emang paling best!”

“Udah cukup basa-basinya, cepat makan, lalu lanjut belajar,” balas Axel, wajahnya tetap datar tetapi sesekali ia menyembunyikan sudut bibirnya yang terangkat, merasa bangga dengan segala pujian Kiara.

"Andai... Ada es teh poci."

Axel menajamkan tatapannya.

"iya, iya. Ini cukup, hehe."

Lima menit berlalu, kini Kiara terlihat fokus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Axel. Gadis itu menatap lekat tiap angka yang tertulis di lembaran kertas, Axel mengamatinya dengan seksama, alih-alih soal pelajaran Axel justru terus menatap lekat wajah gadis yang tampak serius dalam belajar.

Sorot matanya dingin, tetapi cukup tajam dan hanya tertuju pada satu orang. Kiara, gadis yang selalu di dekatnya, mengusik jiwa tenangnya, suara melengkingnya yang terdengar berisik tiap kali ia nyerocos tanpa henti. Anehnya, kini ocehan itu tak terlalu mengganggu Axel, sudah terbiasa? Atau mungkin ada hal lain yang membuatnya tampak berbeda?

Larut dalam pikirannya yang riuh. Axel merasa sedikit mengantuk, ia meletakkan wajahnya di atas meja, tak lama, matanya tertutup rapat. Ia terlelap, sementara Kiara masih sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, mengisi tiap tugas yang diberikan oleh tutor tampannya itu.

“Huhh…” gadis itu menghela napas berat, memijat erat pelipisnya yang berkerut. “Axel, ini…” saat hendak menanyakan satu soal, Kiara melihat Axel yang sudah terlelap pulas di sana.

Kiara menatap lebih dekat, mengamati tiap sudut wajah pria di hadapannya. Alisnya yang tebal, bulu mata lentik, hidung mancung dan garis rahang tegasnya memperjelas ketampanan yang hakiki.

Kiara meleyot. Matanya tak lepas dari pemandangan yang menyegarkan itu, pipinya merona, ia sesekali menunduk menyembunyikan senyum tipisnya.

Gadis itu mengangkat tangannya, perlahan mengulurkan telunjuk ke wajah Axel, ia menyentuh hidungnya dengan lembut.

“Axel… kenapa kamu sangat tampan?” bisiknya pelan, tak kuat menahan gejolak hatinya yang kian mendera.

Kelopak mata Axel bergerak, pria itu mengangkat wajahnya tiba-tiba, lalu memutar posisi. Ia masih menutup mata, namun sudut bibirnya nyaris terangkat. Pemuda itu mendekap erat tasnya yang sejak tadi ia jadikan bantalan diatas meja, tentu untuk menyembunyikan senyum tipisnya.

Kring!

Bel sekolah berbunyi, tanda waktu istirahat sudah habis. Kiara membangunkan Axel yang tertidur, padahal pria itu sudah terbangun sejak tadi, ia hanya pura-pura menutup mata dan menikmati keputusasaan Kiara. Semua tingkah gadis itu menjadi hiburan bagi Axel.

Axel segera bangkit lalu kembali ke kelasnya. “Ingat, kita belum selesai,” ucapnya memperingati Kiara, bahwa akan ada sesi belajar selanjutnya, tentunya ya di rumah.

“Iya, iya,” gerutu Kiara sambil merapikan mejanya, ia merasa frustasi dengan pelajaran, tetapi mengingat tutornya adalah Axel membuatnya mengesampingkan pikirannya yang kacau.

****

Sepulang sekolah. Dika tampak berlari menghampiri Kiara di dekat gerbang, ia mengulurkan tangannya yang menggenggam sesuatu, diberikannya pada Kiara.

“Apa ini?” tanya Kiara, wajahnya bingung sekaligus terheran.

“Untukmu, kamu buka nanti aja, dirumah,” jawab Dika, wajahnya tampak cerah dan berbinar saat bicara dengan Kiara.

Kiara menyipitkan mata, mencoba menebak-nebak. “Jangan-jangan…”

“Pokoknya, itu kesukaanmu,” balas Dika cepat, sebelum ia berbalik melangkah pergi, karena mobil jemputannya sudah menunggu. “Sampai ketemu besok, semoga suka dengan hadiahnya.”

Kiara masih mengernyit, tidak biasanya Dika bertingkah seperti ini, ditambah ulang tahunnya pun masih lama. “Kenapa tiba-tiba ngasih hadiah?”

“Udah terima aja, Ra,” ujar Via yang berdiri di sampingnya.

“Dika aneh nggak sih Vi?”

“Jangan-jangan, Ra. Dia suka sama kamu?”

“Hus!” bantah Kiara cepat, ia langsung membungkam mulut sahabatnya itu.

Via masih cekikikan, sementara mulutnya di bekap oleh Kiara.

“Lepas!” pekiknya, berusaha melepaskan diri dari dekapan temannya.

“Kamu ini, kalau ngomong asal bunyi aja,” omel Kiara. Akhirnya melepas dekapannya.

“Iya, iya, sorry. Lagian emang mencurigakan si Dika, iya kan?” balas Via, masih sambil tertawa kecil.

“Ada apa?” tanya Rafa yang muncul tiba-tiba.

Kedua gadis itu menoleh bersamaan. “Kepo deh,” cetus Kiara dengan wajah julidnya.

Rafa hanya mengangkat sudut bibir atasnya, suara ‘Dih’ nya terdengar jelas meski tak ia ucapkan.

“Ini… Dika tiba-tiba ngasih hadiah ke Ara,” sahut Via, menjelaskan situasi kepada Rafa yang datang bersama Axel.

Rafa meninggikan alisnya. “Hadiah? Apa tuh?” tanyanya penasaran.

Via menggeleng. “Kata Dika suruh buka dirumah aja.”

Mendengar itu. Axel tak bergeming, ia berdiri dengan wajah datarnya, tangannya dimasukkan kedalam saku celana, sementara tangan satunya menggenggam erat tali tasnya. Pemuda itu berjalan, melewati tiga orang yang tengah riweh dengan isi bingkisan yang diberikan oleh Dika, ia melangkah dengan mantap tanpa menoleh.

Kiara menyadari langkah berat itu, ia segera memasukan bingkisan itu ke dalam tas, lalu mengekori Axel dari belakang.

“Bye,” ucapnya pelan sambil melambaikan tangan ke arah Via.

Via membalas dengan melambaikan tangan juga.

...****************...

Bersambung...

Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...

Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.

Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰

1
Anna
kenapa part widia berasa berkaca ya .. 🤭
Yuu: stop bulol bunda😭
total 1 replies
Atof Kamaluddin
kecewa berat sih
Atof Kamaluddin
hmm kasian kiara
Atof Kamaluddin
astaga cuman mimpi😭
Fausta Vova
pasti kecewa ya
yg tadinya seneng ketemu cinta pertama yg udah lama ga ketemu
pas ketemu sikapnya beda banget
Fausta Vova
widia ini fansnya kiara versi ibu-ibu
hhh
Fausta Vova
mimpi nyamoe segitunya ya
Asakura Kaito
noooo Kiara, kasian jadi nangis😥
Asakura Kaito
Kiara salting nih ya
Anna
alahh modus ee si Axel ..
Anna
cerita nya fress, alur nya simple sukaa pollll ..
Yuu: makasih kakak sudah mampir🥰🥰
total 1 replies
Fausta Vova
thor, bisa ga yah up tiap hari???
🤣
ak pasti menunggunya thor
Fausta Vova
jangan ribet-ribet thor
otakku baru bangun nih
Yuu: Terimakasih sudah mampir, 🥰
total 1 replies
Duane
Gila, endingnya bikin terharu.
Yuu: Terimakasih ka. nantikan update selanjutnya ya🥰
total 1 replies
Maris
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Yuu: Terimakasih 🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!