Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan
Kolega Om Javar telah pergi karena ada yang menelponnya tadi, kini hanya tersisa aku dan Om Javar yang berada dalam satu meja. Aku masih sangat kesal juga emosi dengan perkataan yang lelaki itu lontarkan tadi, apa nanti saat aku sudah tidak cantik lagi dia akan meninggalkan ku?
"Kita bahas tentang pernikahan kita sekarang."
"Bisa kita tunda besok aja gak mas? Aku ngerasa pening dan kurang enak badan." Bohong ku karena aku benar-benar ingin sekali langsung pergi dari sini dan meninggalkan lelaki itu.
"Baiklah. Saya juga cukup lelah jika membahasnya sekarang, kita bicarakan besok saja."
"Kalo mas kelelahan biar aku pulang naik taksi aja gapapa." Aku lebih baik pulang menaiki taksi dari pada pulang dan semobil dengan nya lagi.
"Kamu tetap saya antar."
"Saya bisa pulang sendiri mas, mas langsung pulang aja ke rumah."
"Saya tidak suka mengulang perkataan saya untuk yang kedua kalinya."
Aku hanya mampu menghela nafas, kalau begini aku tidak bisa lagi membantah keputusan mutlak nya itu.
Kami berjalan beriringan keluar dari restoran mewah itu dan langsung masuk ke dalam mobil. Di tengah perjalanan tidak ada pembicaraan apapun berbeda ketika berangkat ke sini tapi, aku sudah sangat malas untuk berbicara dengannya.
Setelah menempuh perjalanan pulang, akhirnya sampai juga di depan kos-kosan ku. Aku langsung turun dari mobil nya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan langsung masuk ke dalam kosan.
Tidak peduli jika nanti Om Javar akan marah kepada ku atau tidak karena sikap ku tadi, yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya aku tidak bertemu dengan lelaki itu lagi.
Saat sampai di kamar aku langsung mengganti pakaian ku dengan pakaian tidur yang lebih nyaman dan menghapus sisa make up yang ada di wajah ku. Aku termenung mengingat obrolan Om Javar dan kolega nya tadi, apakah benar lelaki itu menikahi ku semata-mata karena aku cantik?
"Besok aku harus pindah dari kosan ini dan melupakan semuanya. Aku masih bisa mengurus bayi ini sendiri meskipun tanpa suami dan ayah untuk nya daripada aku harus menikah dengan seseorang yang tidak tulus bertanggung jawab."
____________________________________
Pagi hari sekali aku sudah menyiapkan semua barang-barang milik ku yang akan aku bawa pindah itu, aku dibantu oleh anak-anak kos yang lain.
Awalnya mereka bingung dengan keputusan ku meninggalkan kosan secara tiba-tiba tapi aku berbohong kepada mereka jika aku akan pulang ke rumah dan tidak akan ngekos kembali.
"Amira kamu yakin mau pulang siang ini juga?" Pertanyaan itu datang dari Yorvie.
"Yakin, ibu aku pasti udah nunggu di rumah."
"Ya udah kamu hati-hati ya? Salam juga buat ibu kamu dan usahain tetap jaga komunikasi sama kita ya?"
"Pasti aku bakalan tetep jaga komunikasi sama kalian, kalian juga baik-baik disini ya. Makasih udah mau jadi temen sekaligus saudara aku disini."
"Aaaa Mira aku jadi sedih." Itu suara milik Thea yang mata nya sudah berkaca-kaca.
"Ya ampun Thea, kita masih bisa ketemu di kampus loh." Meskipun aku tidak yakin soal itu.
"Tapi tetep aja aku sedih."
"Udah-udah, Mir itu barang-barang kamu udah selesai diangkatin sama pak supir nya. Mau berangkat sekarang?" Kali ini suara milik Bella.
"Aku mau berangkat sekarang takutnya nanti macet. Kalian baik-baik disini ya, aku pamit."
Aku pun melangkah kan kaki keluar dari area kosan dan menaiki taksi yang tadi sudah aku pesan untuk mengantarkan ku ke tempat baru ku. Semalam aku sudah menemukan kosan di internet dan akhirnya mendapatkan yang cocok dan langsung bisa aku tempati hari ini.
Kosan tersebut ada di kota sebelah, aku sengaja mencari yang agak jauh dari sini agar dapat dengan aman memulai hidup baru tanpa adanya gangguan dari orang lain.
Di kosan baru ku ini banyak sekali tempat-tempat kekinian dan juga kafe-kafe tempat nongkrong anak muda yang kemungkinan nanti aku bisa melamar kerja disana untuk memenuhi kebutuhan hidup ku.
Aku tidak memberitahu ibu atau siapapun tentang ini, aku ingin hidup mandiri dengan anak ku nanti nya. Sampailah aku di tempat kosan ku yang baru, masih terasa sangat asing bagi ku, tapi menurut ku lingkungan disini cukup baik dan aku yakin aku bisa menjadi lebih baik disini.
_____________________________________
Rasanya lelah sekali, aku baru selesai membereskan semua barang-barang milik ku dan memilih untuk duduk di karpet bulu milik ku. Tapi tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke dalam handphone ku, disana tertera nama seseorang yang sangat aku hindari, Om Javar.
Setelah handphone ku tidak berbunyi lagi, baru aku raih benda tersebut dan langsung mencopot sim card nya karena aku tidak ingin orang-orang menghubungi ku dan mengetahui tempat ku sekarang berada.
"Aku harus ganti kartu biar enggak ada yang bisa ngehubungin aku lagi, kayaknya aku beli kartunya sekarang aja deh sekalian lihat-lihat sekitaran sini."
Aku pun beranjak dari duduk ku dan keluar dari kamar, saat aku baru membuka pintu kamar seseorang menatap ku dari arah kamar seberang
"Mba penghuni baru ya?"
"Iya mas, baru aja pindah."
Ah aku lupa memberitahu kalau kosan ku yang sekarang yaitu kosan campuran putra dan putri, aku merasa tidak keberatan dengan itu toh di kosan ini keamanannya lumayan ketat karena di semua sudah terpasang CCTV.
"Oh gitu. Saya Damar, penghuni kamar yang ada di depan kamar mba." Pria itu menjulurkan tangan nya bermaksud untuk berkenalan.
Ku jabat tangan nya. "Saya Amira mas, boleh panggil saya Mira aja. Salam kenal ya."
"Kamu kayaknya lebih muda dari saya, kuliah atau udah kerja?"
"Kuliah, baru semester 4."
"Bener tebakan saya, kayaknya kamu mau keluar ya? Mau kemana?"
"Oh ini aku mau ke konter, mas tahu tempatnya?"
"Ya tahu dong, tapi tempat agak jauh jadi gak bisa jalan kaki kalo kesana."
"Oh gitu ya? Ya udah deh aku besok aja kesana nya."
"Eh kalo kamu mau biar saya anter ke tempat nya, sekalian saya mau cari makan."
"Gak usah mas takut ngerepotin."
"Loh orang saya yang ajak, ya pasti saya gak ngerasa direpotin."
"Beneran nih mas?"
"Beneran pake banget ini, udah ayo."
Aku pun mengikuti langkahnya dari belakang, biasanya aku tidak semudah ini percaya dengan orang baru tapi menurut ku pria ini adalah orang baik.
Sedangkan di tempat lain ada seorang direktur perusahaan ternama yang sedang memijat pelipis nya pelan karena merasa pening di kepala nya, salah satu hal yang membuat nya seperti ini adalah wanita yang sedari tadi dihubunginya tidak mengangkat panggilan dari nya dan sekarang handphone nya malah tidak aktif.