NovelToon NovelToon
Jodohku Ternyata Kamu

Jodohku Ternyata Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Office Romance
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yoon Aera

Rizal mati-matian menghindar dari perjodohan yang di lakukan orang tuanya, begitupun dengan Yuna. Mereka berdua tidak ingin menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Karena sudah ada satu nama yang selalu melekat di dalam hatinya sampai saat ini.
Rizal bahkan menawarkan agar Yuna bersedia menikah dengannya, agar sang ibu berhenti mencarikannya jodoh.
Bukan tanpa alasan, Rizal meminta Yuna menikah dengannya. Laki-laki itu memang sudah menyukai Yuna sejak dirinya menjadi guru di sekolah Yuna. Hubungan yang tak mungkin berhasil, Rizal dan Yuna mengubur perasaannya masing-masing.
Tapi ternyata, jodoh yang di pilihkan orang tuanya adalah orang yang selama ini ada di dalam hati mereka.
Langkah menuju pernikahan mereka tidak semulus itu, berbagai rintangan mereka hadapi.
Akankah mereka benar-benar berjodoh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoon Aera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasti Kecewa

Pagi itu, ruang perawatan VVIP Yuna dipenuhi suasana yang berbeda. Tak ada lagi pertengkaran, hanya kesibukan mempersiapkan kepulangannya.

Beberapa perawat masuk dan keluar, memastikan semua perlengkapan medis portabel yang diperlukan untuk perjalanan aman. Raden sibuk mengurus dokumen keberangkatan, sementara Eyang Jihan berdiri di sisi ranjang, sesekali merapikan selendang batiknya dengan raut tegas tapi penuh khawatir.

Yuna masih terbaring di ranjang dengan kursi roda canggih yang sudah disiapkan tak jauh dari sana. Wajahnya pucat, tapi senyumnya tetap berusaha menenangkan semua orang.

Indra berdiri kaku di dekat pintu, ekspresi wajahnya sulit terbaca. Ada rasa enggan melepaskan, tapi juga tak bisa menolak keputusan yang sudah bulat.

“Yuna… apa kamu benar nggak mau papi ikut? Papi bisa atur pekerjaan, nggak usah khawatir.” Ucapnya dengan suara serak, matanya menatap putrinya penuh harap.

Yuna menggeleng perlahan, senyumnya lembut tapi tegas.

“Papi jangan paksakan diri. Pekerjaan papi lebih penting. Yuna nggak apa-apa, ada Eyang sama Om Raden. Nanti kalau sudah agak baikan, papi bisa nyusul.”

Indra terdiam, rahangnya mengeras, menahan perasaan yang sulit ia ungkapkan.

Rizal, yang sejak tadi duduk di kursi dekat ranjang, langsung menyela dengan nada penuh keinginan.

“Mas juga bisa ikut. Kerjaan bisa mas handle jarak jauh. Yang penting kamu nggak sendirian.”

Sekali lagi Yuna tersenyum, kali ini lebih dalam. Ia meraih tangan Rizal yang menggenggamnya erat.

“Mas… jangan. Aku nggak mau ngerepotin kamu. Pekerjaan kamu juga banyak, kan? Aku baik-baik aja di sana. Mas bisa nyusul nanti, kalau semua udah lebih tenang.”

Tatapan Rizal melembut, tapi matanya berkaca-kaca. Ia ingin membantah, ingin bersikeras, tapi genggaman Yuna yang penuh ketulusan membuatnya tak sanggup.

“Aku takut, Na… kalau kamu butuh aku, aku nggak ada.” Suaranya lirih, nyaris patah.

Yuna tersenyum lagi, meski air matanya ikut mengalir.

“Mas selalu ada, meski nggak di sini. Aku tahu itu. Dan itu cukup buat aku.”

Ruangan itu hening sejenak. Indra menunduk, mengusap wajahnya. Raden sibuk berpura-pura memeriksa dokumen agar tak terlihat matanya ikut memerah.

Eyang Jihan menepuk bahu Indra.

“Biarkan dia memilih. Ini demi kebaikannya.”

Tak lama, perawat masuk, memberi tahu bahwa ambulans khusus sudah siap untuk mengantar Yuna ke bandara. Kursi roda digeser mendekati ranjang.

Yuna menarik napas panjang, mencoba menyiapkan hatinya. Rizal membantu dengan hati-hati memindahkannya ke kursi roda. Ia melakukannya perlahan, seolah tak ingin melepaskan tubuh rapuh itu dari pelukannya.

Saat Yuna sudah duduk, ia kembali berkata pada Rizal.

“Jaga diri baik-baik, Mas. Jangan lupa makan tepat waktu. Aku nggak ada buat ingetin kamu nanti. Jangan sakit lagi seperti kemarin atau aku bakalan sedih...”

Rizal tersenyum tipis, lalu menunduk, mengecup punggung tangan Yuna lama sekali.

“Aku janji, Na. Tapi kamu juga janji ya… jangan menyerah.”

Yuna mengangguk kecil, air matanya jatuh lagi, tapi bibirnya tetap melengkung dengan senyum tipis.

Indra mendekat, menunduk agar sejajar dengan putrinya. Tangannya bergetar saat menyentuh bahu Yuna.

“Papi… papi minta maaf, Nak. Papi terlalu sibuk sama dunia papi, sampai lupa dunia kamu. Tolong jaga dirimu baik-baik sama Eyang, ya.”

“Iya, Papi. Yuna nggak pernah marah. Yuna cuma kangen.” Yuna menoleh ke arah suara itu, senyum getirnya terbit.

Indra tak sanggup menahan tangis, ia langsung memeluk putrinya sebentar sebelum akhirnya melepaskannya.

Akhirnya, kursi roda Yuna mulai digerakkan keluar. Rizal berjalan di sisi kanan, Indra di sisi kiri, sementara Jihan berjalan mantap di depan. Raden membawa koper di belakang.

Sampai di pintu, Yuna berhenti sejenak, lalu berkata lirih, cukup untuk Rizal dan Indra dengar.

“Aku sayang kalian semua...”

Rizal menggigit bibirnya, air matanya kembali jatuh. Indra mengangguk cepat, meski suaranya tercekat.

Dan dengan itu, Yuna pun didorong keluar ruangan, menuju perjalanan panjangnya ke Singapura... dengan meninggalkan hati yang berat di belakang.

*****

Di rumah sakit, semua orang percaya Yuna akan diterbangkan ke Singapura pagi itu. Indra dan Rizal mengantar sampai pintu keluar, lalu pulang dengan hati berat. Mereka yakin, beberapa hari lagi mereka bisa menyusul.

Namun kenyataannya, begitu memasuki area bandara, arah perjalanan berubah. Ambulans yang membawa Yuna tak masuk jalur terminal umum, melainkan diarahkan ke pintu khusus yang sudah diatur oleh Raden sejak jauh hari. Dua perawat perempuan menyambut di sana, berseragam rapi dengan koper peralatan medis di tangan.

Raden menunduk pada Yuna yang duduk di kursi roda.

“Kita akan langsung boarding. Jangan takut, semua sudah diatur.”

Yuna mengangguk pelan. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena takut, tapi karena beban rahasia besar yang harus ia pikul. Sejak operasi patah tulang paha itu, ia menyadari bahwa penyembuhannya tak akan mudah. Dan lebih dari itu, ia sadar... terlalu banyak mata yang mengawasinya di Indonesia.

“Mas Rizal… pasti kecewa kalau tahu aku bohong.” Suaranya lirih, bergetar menahan isak.

Jihan yang ikut mendampingi sampai pintu keberangkatan internasional, memegang tangan cucunya erat. Wajahnya masih tegas meski matanya memerah.

“Yuna, sayang… Eyang tahu ini berat. Tapi ingat, kesehatanmu jauh lebih penting daripada rasa bersalahmu.”

“Di Jerman, ada sahabat Eyang yang bisa dipercaya. Dokter spesialis yang sangat ahli di bidang ortopedi dan rehabilitasi saraf. Kamu akan aman di sana.” Raden menimpali, suaranya mantap.

“Kalau begitu… titip salamku untuk semua. Bilang aku baik-baik saja. Tapi jangan katakan di mana aku berada.” Yuna menggigit bibirnya, lalu mengangguk kecil. Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan.

“Ya Allah, lindungi cucuku. Maafkan Eyang nggak bisa ikut jauh. Kondisi eyang belum memungkinkan. Tapi nanti, Eyang akan menyusulmu ke sana.” Jihan menunduk, mencium kening cucunya lama sekali.

Pesawat itu sudah menunggu. Raden mengatur napas, lalu memberi kode pada dua perawat perempuan yang direkrut khusus, untuk membantu memindahkan Yuna dengan hati-hati. Setiap gerakan membuat bekas operasi di paha kirinya nyeri, tapi ia menahan, menggenggam selimut erat. Mereka dengan cekatan mendorong kursi roda Yuna menuju boarding gate khusus.

“Eyang jangan khawatir… aku akan kuat. Aku janji.” Yuna menoleh sekali lagi pada Jihan, senyumnya rapuh namun penuh harap.

Dan begitu kursi rodanya masuk ke dalam jalur keberangkatan, Jihan berdiri kaku, selendangnya bergoyang tertiup angin bandara. Air matanya jatuh juga kali ini, meski ia berusaha menyembunyikannya.

“Pergilah, Nak. Kembali dalam keadaan seperti dulu…” Bisiknya lirih.

Sementara itu, jauh di rumah sakit, Rizal masih berdiri menatap jendela kamar rawat yang kini kosong. Ia menatap kosong ke arah langit, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Hatinya berdesir aneh, seakan Yuna pergi lebih jauh daripada yang ia bayangkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!