Niatnya ingin bertemu teman lama, Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Sky dalam pengaruh obat merasa tenang saat seorang wanita masuk ke kamarnya. Ia pikir wanita ini telah di atur oleh asistennya untuk melepaskan hasratnya.
Anne memberontak saat Sky menarik dan menciumnya secara paksa. Tenaganya jelas tidak sebanding dengan pria ini. Sekuat tenaga memberontak pada akhirnya Anne hanya bisa pasrah. Kesuciannya diambil oleh orang yang sangat ia benci.
**
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Apa yang akan Sky lakukan saat tahu Anne hamil anaknya? Menikah atau ada opsi lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Untuk Ibu dan Anak
Ronal akhirnya bisa bernapas lega. Kini, Lilia dan Tante Sania tak lagi punya ruang untuk berkutik. Sambil menunggu Sky menyelesaikan urusannya, ia memutuskan memberi pelajaran pada dua orang itu.
Tanpa banyak bicara, Ronal menarik kasar lengan Lilia dan mendorong tubuh perempuan itu ke dalam kolam renang. Air memercik keras, menelan tubuh Lilia yang berteriak tertahan. Ronal tidak berhenti di situ—ia dengan sengaja menenggelamkan Lilia, menahannya di bawah air beberapa detik, lalu menariknya kembali ke permukaan hanya untuk menceburkannya lagi.
Lilia terengah-engah, paru-parunya terasa terbakar, tangannya menggapai-gapai mencari udara. Namun setiap kali ia hampir bisa bernapas lega, kepala dan tubuhnya kembali ditekan ke dalam air. Rasa takut bercampur panik membuatnya mengap-mengap, seolah hidupnya sedang direnggut detik demi detik.
Sania hanya bisa menatap dengan mata membelalak ketika melihat Lilia diperlakukan begitu kasar oleh Ronal. Hatinya berontak, ingin sekali ia menolong, tapi ikatan di tangan dan kakinya terlalu kencang. Jangankan berdiri, untuk sekadar menggeser tubuh pun ia tak mampu.
“Mau menolong putri sambungan kesayanganmu?” sindir Indira dengan senyum penuh kemenangan. “Tidak akan kubiarkan. kamu sudah membohongi kami… bahkan Sky, yang notabene anak kandungmu sendiri.”
Plakkk!
Satu tamparan keras kembali mendarat di pipi Sania, membuat wajahnya menoleh ke samping. Pedih terasa, tapi hatinya lebih sakit lagi. Sky memang bukan darah dagingnya, namun kasih sayang yang ia berikan pada anak itu begitu tulus—lebih dari sekadar ibu tiri.
“Gleen…” suara Sania bergetar, penuh harap, memanggil mantan suaminya. Ia berharap pria itu, meski dengan segala kebencian yang ada, masih memiliki secuil belas kasih untuk menolongnya.
Namun tatapan Gleen justru dingin, penuh luka yang tak lagi bisa ditutup-tutupi. “Aku tidak akan berbaik hati lagi padamu, Sania,” katanya tegas, nada suaranya seperti pisau yang menusuk hati. “Apa yang telah kamu lakukan pada Sky… tidak akan pernah bisa aku maafkan. Tega sekali kamu memintanya menikah dengan anak sambungmu itu?”
Jarinya teracung tajam ke arah Lilia, yang masih berjuang dalam genggaman Ronal. “Padahal Lilia bukan wanita baik. Dia seorang pelacur! Berkali-kali tidur dengan pria lain, bahkan sampai hamil. Dan kalian… kalian benar-benar tidak punya hati nurani! Kalian memilih menggugurkan anak dalam perut Lilia tanpa rasa bersalah sedikit pun.”
Nada kecewa Gleen mengandung getir yang mendalam. Padahal dulu Sania adalah wanita baik, wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati. Tapi kini, di hadapannya hanya ada sosok asing yang penuh kebohongan dan pengkhianatan.
Indira melipat tangan di dada, suaranya dingin menusuk. “Dibandingkan kata polos, kata yang lebih tepat menggambarkan Lilia adalah liar.” Nada jijik terdengar jelas; seketika rasa hormatnya pada Lilia lenyap tanpa sisa.
“Aku terpaksa melakukannya, Gleen!” Sania bersuara lantang, mencoba membela diri meski tubuhnya masih terikat. “Aku butuh uang… butuh perlindungan. Dan hanya dengan Lilia menikah dengan Sky semua bisa terpenuhi. Hutang yang ditinggalkan mendiang suamiku—ayah Lilia—sangat banyak. Jika tidak segera dibayar, hidupku dan Lilia tidak akan pernah tenang.”
Ia menatap Gleen dengan mata berkaca-kaca. “Toh Sky itu putraku! Aku yang melahirkannya. Meskipun kamu dan Indira yang membesarkannya, aku tetap ibunya. Ibu yang berhak mengatur jalan hidup anaknya.”
“Itu bukan mengatur, Sania.” suara Indira memotong, tajam bagai belati. “Itu memaksa! Agar Sky setuju, kamu bahkan mengancam akan bunuh diri. Itu bukan cinta seorang ibu… itu gila!” Nada benci dan jijik jelas terdengar. Tak ada lagi rasa sungkan—Indira sudah lama mengubur semua toleransi terhadap wanita yang dulu pernah jadi madunya itu.
“Jika hanya butuh uang dan perlindungan, kamu tidak perlu memaksa Sky menikahi Lilia,” ucap Gleen dengan suara bergetar menahan emosi. Ia menggelengkan kepala, napasnya berat. “Aku bisa memberikannya. Aku tidak akan rela masa depan Sky ditukar dengan ketidaknyamanan atas sebuah pernikahan.”
Belum sempat Sania menjawab, suara Ronal menyusul lantang, menyambar seperti petir. “Papa, sedari awal Tante Sania hanya mengincar semua harta keluarga kita! Tujuannya bukan membuat Sky bahagia menikah dengan Lilia, tapi karena harta.” Tatapannya menusuk tajam pada Sania.
“Buktinya jelas,” lanjut Ronal dengan nada penuh tuduhan. “Saat Papa menawarkan rumah, mobil, atau aset lainnya, mereka menolak mentah-mentah. Karena menurut mereka itu tidak seberapa dibanding apa yang sebenarnya dimiliki keluarga kita.”
Meski mulutnya terus menyuarakan amarah, tangannya belum berhenti mempermainkan Lilia—mendorong kepala perempuan itu kembali ke dalam kolam, membuatnya terus megap-megap di antara hidup dan mati.
“Ronal, lepaskan aku! kamu ingin membunuhku, hah?” suara Lilia parau, tubuhnya sudah tak kuat lagi menahan siksaan. Ia terus menggapai permukaan, memohon dengan sisa tenaga.
Ronal hanya menatap dengan senyum mengerikan, matanya berkilat penuh dendam. “Sejujurnya, aku memang ingin kamuu mati sekarang juga, Lilia. Tapi mengingat Sky belum memberimu hukuman, kupikir kematian terlalu mudah untukmu.”
“Tidak! Ronal, maafkan aku…” Lilia terisak, suaranya tercekat di antara rasa takut dan keputusasaan. “Aku tahu aku salah. Tapi semua ini ide Ibu! Ibu yang menyuruhku berpura-pura menjadi gadis bisu, menyedihkan… supaya Sky merasa iba dan akhirnya tertarik padaku.”
Kata-kata itu membuat Sania sontak melotot tajam ke arah putri sambungnya. “Lilia! Tega sekali kamu melimpahkan semua pada Ibu?” suaranya meledak penuh amarah. “Bukankah ini semua idemu?! kamu tahu aku punya mantan suami orang kaya, dan anakku—Sky—pasti hidupnya terjamin. Itulah alasanmu ingin masuk ke dalam keluarga ini!”
“Ya, itu karena Ibu sudah tua, tidak bisa apa-apa! Semua beban aku yang menanggung,” bentak Lilia, napasnya masih tersengal. “Padahal kalau saja Ibu mau bekerja, hidup kita tidak akan sesengsara ini!”
Sania membalas dengan suara serak penuh amarah. Keduanya saling menyalahkan, lidah mereka tajam bagaikan pisau. Adu pendapat itu membuat Ronal muak.
Dengan kasar ia menarik Lilia dari kolam, menyeret tubuhnya yang lemah lalu mendorongnya hingga terjatuh di dekat Sania. Tatapannya menusuk penuh jijik.
“Kalian berdua sama saja!” hardik Ronal, berdiri dengan kedua tangan bertolak pinggang. “Sama-sama busuk hati! Sudah jelas salah, tapi masih juga mencari pembelaan.”
Ia mendekat, suaranya rendah tapi penuh ancaman. “Sekarang, sembari menunggu Sky pulang… aku akan mengurung kalian di tempat yang sangat indah.”
Ronal melirik ke arah beberapa bodyguard yang sudah berjaga, lalu memberi instruksi tegas. “Bawa mereka ke gudang belakang. Kurung sampai Sky kembali.”
Tanpa banyak bicara, para bodyguard segera mengikat lebih erat tangan dan kaki Sania juga Lilia, lalu menyeret keduanya menjauh. Jeritan protes dan isakan tangis hanya terdengar seperti gema yang tidak lagi berarti di telinga Ronal.