NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Ratna langsung menyerang, dengan mendorong tubuh kakek Surya hingga lelaki itu membentur tembok sedikit.

“Mas, di luar ada orang yang menyapu," bisik Ratna di dekat telinga kakek Surya.

Kakek Surya pun berusaha mendengarkan, dan benar saja, terdengar suara orang menyapu dari luar. Kakek Surya mengangguk membenarkan.

"Ada orang Mas. Sebaiknya aku keluar dulu," ujar Ratna.

Kakek Surya hanya mengangguk, lalu Ratna merapikan pakaian dan rambutnya agar tak terlihat acak-acakan. Setelah itu, dia membuka pintu kamar mandi, namun sebelum pergi, dia sempat mencium kakek Surya lagi.

Ratna ingin mengetahui siapa sebenarnya yang mengganggu aktivitas bersenang-senangnya di pagi ini. Setelah dia keluar, ternyata itu adalah Mbak Hera, sang pemilik kos-kosan, yang sedang menyapu di halaman.

Dengan sedikit mengendap-endap, Ratna keluar saat Hera tengah sibuk menyapu dengan memunggungi Ratna. Ratna lalu pura-pura keluar dari dalam kos dan duduk di teras depan kamarnya.

"Lagi nyapu ya Mbak?" ucap Ratna menyapa Hera. Dia berusaha berbuat normal, walau gugupnya tak bisa disembunyikan.

"Iya nih, baru keluar Mbak?" tanya Hera.

"Tadi aku sedang beres-beres di dalam Mbak," jawab Ratna, sambil batuk-batuk. Namun, batuknya terdengar seperti batuk dibuat-buat, yang sebenarnya merupakan isyarat agar kakek Surya segera keluar dari kamar mandi.

Tak lama setelah mendapat kode tersebut, kakek Surya pun keluar dengan perasaan kecewa karena tadi dia merasa belum tuntas dan rasanya sangat tidak enak.

Setelah keluar dari kamar mandi, kakek Surya melangkah dan bertatapan dengan Ratna. Ratna tersenyum simpul pada kakek Surya, lalu kakek Surya masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Walaupun pakaian yang ia kenakan semua sudah setengah umur dan tak layak pakai, namun ia tetap mengenakannya.

Kakek Surya pun keluar dan berniat pergi ke terminal, seperti saran penjual nasi kemarin. Melihat kakek Surya pergi, terlihat Ratna merasa bersalah karena ia tahu bahwa kakek Surya sebenarnya kecewa, karena aktivitasnya di kamar mandi tadi terpaksa dihentikan, hingga perasaan ngegantung.

Selama di terminal, kakek Surya tak mendapat pekerjaan sama sekali. Ia hanya duduk-duduk di sebuah warung dekat terminal, sambil mengamati kesibukan di sekitarnya, hingga menjelang makan siang.

Akhirnya kakek Surya memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, merasa usahanya hari ini sia-sia. Sesampainya di kos-kosannya, untuk pertama kalinya ia melihat pintu rumah paling depan terbuka dan ada sebuah mobil di sana. Rumah itu merupakan rumah paling bagus di kos-kosan tersebut.

Di teras rumah itu, duduk seorang laki-laki tua yang paling tidak umurnya 55 tahun. Penampilan lelaki tua itu cukup mentereng, mencirikan bahwa dia adalah orang kaya.

Kakek Surya terus memperhatikan rumah tersebut, karena selama ia tinggal di kos-kosan ini, rumah itu selalu tertutup. Namun, ia tahu bahwa rumah itu ditempati oleh Hera, sang ibu kos, karena beberapa kali ia melihat Hera masuk ke rumah itu. Tiba-tiba, Hera datang sambil memegang sebuah nampan.

Saat Hera melihat kakek Surya, perempuan muda itu lalu menegur kakek Surya.

"Kamu lagi cari apa?" teriak Hera dengan nada sedikit membentak, sambil masih memegang nampan, saat mendekat ke arah kakek Surya yang sedang berjalan di pinggir jalan.

"Tadi dari terminal Neng, mau cari kerjaan Neng," jawab kakek Surya.

"Oh, kirain kamu lagi cari apa. Jangan macam-macam di sini!" teriak Hera.

"Iya Neng,” jawab kakek Surya pendek.

“Siapa dia sayang?" tanya lelaki bertubuh buncit yang masih duduk di kursi yang ada di teras depan rumah Hera.

"Itu dia salah satu penyewa di sini, Mas," jawab Hera.

"Oh, tak kirain siapa. Apa dia punya uang? Penampilannya saja begitu. Kamu hati-hati, jangan sampai ditipu, dia mau numpang gratis saja nanti," jawab orang tua itu.

Hal itu terdengar oleh kakek Surya yang terus melangkah mau masuk ke kosnya.

"Dia sudah bayar, Mas. Tapi sebulan setelah jatuh tempo, aku akan mengusirnya," jawab Hera.

"Ya, kamu jangan mudah ditipu dan kasian oleh penampilan orang. Siapa tahu dia penjahat. Aku melihat dari penampilannya, dia kurang meyakinkan," jawab lelaki bertubuh buncit itu.

"Iya Mas," sahut Hera.

Lalu terlihat Hera duduk di pangkuan lelaki pendek dengan perut buncit itu.

Kakek Surya melihat itu, karena sempat menoleh sebelum memasuki kos-kosan.

Kakek Surya sampai di halaman dan mendapati kos-kosan itu sepi. Tidak terlihat Aulia maupun Ratna di sana. Tapi, sesampainya di depan kos-kosannya, kakek Surya mendapati sebuah keresek tergantung di handle pintu kamar kosnya.

Dia sangat kaget saat melihat hal itu. Namun, setelah dibuka karena rasa penasaran, ternyata isinya adalah makanan. Baru saja kakek Surya mau masuk dan sudah menenteng kresek itu, tiba-tiba Ratna muncul dari kamar kosnya.

"Mas, tadi sudah aku belikan makanan. Silakan makan, juga sudah ada air kemasan di dalamnya. Kalau gitu, aku masuk dulu. Nanti ada orang yang melihat," ucap Ratna sedikit mengecilkan suaranya.

Belum sempat kakek Surya menjawab, Ratna cepat-cepat berlalu dan pergi, meninggalkan kakek Surya yang masih terdiam, karena perlakuan Ratna yang sangat berubah.

Namun akhirnya kakek Surya tak jadi masuk, dia duduk di teras kos-kosannya, untuk makan makanan yang dibelikan Ratna itu. Kakek Surya sudah tak curiga untuk memakannya, karena dia sudah tahu siapa yang memberikannya.

Setelah selesai makan, kakek Surya masuk kamar. Karena Ratna tak muncul-muncul, dia mau istirahat siang. Sore baru kakek Surya bangun, setelah membasuh muka, dia duduk di teras, sambil berpikir ke mana dia harus mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya.

Saat itu tiba-tiba pintu rumah Aulia terbuka, lalu perempuan muda itu duduk di depan teras kos-kosannya bersama Dion, sambil terlihat memegang jajanan juga minuman untuk Dion.

Saat Dion melihat kakek Surya, putra Aulia tersebut perlahan melangkah ke arah kakek Surya, lalu duduk di pangkuan lelaki tua itu.

Setelah beberapa saat, Aulia pun mendekati kakek Surya yang sedang bermain dengan Dion.

"Ayo, kita masuk ke dalam. Mama mau masak," ucap Aulia.

Kakek Surya tersenyum, "Boleh tidak kalau Dion main sama saya saja, Neng? Kalau mau masak, masak saja. Saya tidak jahat kok. Kayaknya Dion suka main sama saya."

Aulia tampak ragu, "Apa tidak ngerepotin, Pak?"

Kakek Surya pun menggeleng,

"Tidak, Bapak juga tidak ada kerjaan. Juga Dion mampu menghilangkan rasa jenuh Bapak. Kalau boleh, Bapak ingin main sama Dion." pinta kakek Surya.

"Boleh banget Pak. Kalau begitu, saya masuk dulu ya. Mau masak." jawab Aulia tersenyum ramah.

"Ya, silakan Neng." jawab kakek Surya, sambil menganggukkan kepala.

Tak lama kemudian, suami Aulia yang bernama Edi datang. Dia melihat putranya bersama kakek Surya dan mendekati mereka.

"Kenapa putra saya di sini Pak?" tanya Edi dengan ramah.

"Tadi Bapak minta main sama Dion dengan izin Neng Aulia." jelas kakek Surya.

Edi tersenyum, "Maaf Pak. Istri saya jadi ngerepotin." ucapnya ramah.

"Tidak apa-apa Mas. Saya senang bisa main sama Dion. Untung saja ada Dion. Saya jadi tak kesepian tinggal di sini sendirian," jawab kakek Surya tersenyum.

"Ya, saya sangat berterima kasih pada Bapak yang sudah mau mengajak Dion bermain," sahut Edi.

Edi lalu ingin mengambil anaknya, namun Dion menolak karena sepertinya masih senang bermain dengan kakek Surya.

"Kalau begitu, saya masuk dulu Pak," ujar Edi.

"Ya, silakan Mas, biarkan Dion bersama saya saja di sini dulu," sahut kakek Surya.

Edi pun masuk ke kamar kosannya, sementara kakek Surya melanjutkan bermain bersama Dion. Tak lama kemudian, Aulia keluar dari dalam kosnya dan sedikit berteriak memanggil kakek Surya.

"Pak, tolong ajak Dion ke sini, saya mau mandiin dia," teriak Aulia.

"Iya Neng," jawab kakek Surya.

Lalu Aulia kembali masuk dan membiarkan pintunya terbuka.

"Neng, Neng," panggil kakek Surya setelah berdiri di teras kos-kosan Aulia.

"Pak. Ayo masuk, mari masuk temani saya ngopi," ajak Edi.

"Tidak usah Mas. Saya di luar saja," jawab kakek Surya, yang enggan masuk ke kamar kos Aulia.

Saat itulah Aulia muncul dari sebuah ruangan yang hanya berdinding triplek, karena kos-kosan ini cukup besar hingga bisa dipetak-petak untuk membuat dapur kalau mau.

Aulia membawa nampan berisi gelas sambil berteriak, "Pak, masuk saja!"

"Tidak usah Neng. Bapak di sini saja. Ini Dion, kalau mau dimandiin," sahut kakek Surya.

Aulia kemudian meletakkan nampan di atas meja dan mengajak Dion mandi. Awalnya Dion menolak, namun saat Aulia menawarinya bermain air, Dion pun mendekat ke arah ibunya, karena main air adalah kesukaannya.

Setelah Aulia dan Dion masuk kamar mandi, Edi mengambil nampan yang tadi dipegang istrinya dan membawanya keluar.

"Kalau gitu, kita ngopi di sini saja Pak," jawab Edi.

"Terima kasih Mas, sudah repot-repot buatin kopi," sahut kakek Surya.

"Hanya sekadar kopi Pak," jawab Edi.

"Ayo Pak, kita duduk di teras sambil ngobrol," ajak Edi.

Mereka pun duduk di teras dan mulai bicara tentang kos-kosan. Edi mengucapkan terima kasih pada kakek Surya.

"Saya sangat berterima kasih, Pak, sudah menjaga Dion dari tadi. Aulia sudah menceritakan semuanya," ucap Edi ramah.

"Tidak apa-apa kok. Kita kan bertetangga. Saya senang kok main sama Dion," jawab kakek Surya dengan ramah pula.

Lalu, keduanya terus mengobrol dengan akrab, saling memperkenalkan diri. Kakek Surya akhirnya mengetahui bahwa Edi bekerja di sebuah perusahaan. Sambil berbagi cerita, Edi mengungkapkan bahwa Aulia ternyata berasal dari keluarga kaya raya. Namun, karena pernikahan mereka tidak mendapat restu dari orang tua Aulia, itulah mengapa mereka memilih untuk tinggal di kos-kosan sederhana ini.

Edi menceritakan semuanya dengan jujur hingga rasa empati yang mendalam merasuk ke dalam hati kakek Surya. Sang kakek merasa cukup kasihan pada pasangan muda tersebut yang harus menghadapi duka karena tak mendapat restu dan berjuang membangun rumah tangga hanya berdua tanpa bimbingan orang tua.

Saat mereka ngobrol itulah Joko datang, dan menatap kakek Surya dengan raut wajah sulit diartikan. Lalu Joko mengetuk pintu cukup lama, baru Ratna keluar, dengan penampilan seperti baru habis bangun tidur.

Saat menyambut suaminya, Ratna menoleh ke arah kakek Surya sambil menoleh, dengan tatapan dan kerlingan mata.

Akhirnya petang itu, kakek Surya diajak makan oleh Aulia dan Edi. Tapi lain halnya keluarga yang di sampingnya, karena terlihat keluarga Joko dan Ratna keluar, yang kemungkinan mereka cari makan keluar.

Pagi hari, saat kakek Surya keluar kamarnya yang hanya gudang itu, dia bangun agak siang hari ini, karena menjelang pagi baru bisa tidur nyenyak. Karena suara kerasak-kerosok tikus yang ramai di gudang itu.

Kakek Surya mendapati Joko duduk di depan kos-kosannya, sedangkan Ratna sedang mencuci di kamar mandi. Lalu kakek Surya ke kamar mandi mau buang air kecil, saat di sana dia berpapasan dengan Ratna.

Ratna lalu menoleh pada suaminya, saat suaminya menatap ke arah lain, Ratna pun bangun pura-pura ambil air, hingga kakek Surya menunggu dan berdiri di depan pintu, menunggu Ratna selesai mengambil air. Dan saat di dalam kamar mandi itu, Ratna lalu berkata dengan sedikit berbisik:

“Mas, suami saya kerjanya nanti malam, siangnya Mas Joko libur.”

Bersambung

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!