Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 31
Proses pengunduran diri yang dilakukan Aiden ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Jika sebelumnya dia bisa keluar dengan mudah karena memang masa kerjanya sudah habis, jadi dia dengan lancarnya bisa pergi tanpa ada yang berani menahan. Akan tetapi untuk yang saat ini tentu sangat berbeda, Aiden masih terikat dengan kontrak kerja.
Bukan hanya itu, saat ini universitas juga mendekati masa ujian semester, jadi dia tidak bisa sesuka hati pergi meninggalkan kampus.
"Tidak bisa, Prof. Anda tidak bisa melakukan ini. Pada kontrak kerja kita, itu sudah sangat jelas bahwa Anda bersedia untuk bekerja selama 3 tahun lamanya. Dan ini bahkan belum ada 2 bulan. Bagaimana bisa Anda ingin meninggalkannya?"
"Saya akan memberikan ganti rugi."
"Ini semua bukan masalah ganti rugi, Profesor Aiden.Tapi soal tanggungjawab dan kami sungguh membutuhkan Anda. Jika Anda pergi, maka apa yang akan terjadi dengan para mahasiswa?"
Aiden terdiam, kini dirinya sangat kebingungan. Ia bahkan mengacak rambutnya dengan sangat kasar di depan rektor. Ya, dia sama sekali tidak peduli dengan tatapan penuh tanya dari pria paruh baya tersebut.
"Dua minggu, saya akan mengejar pelajaran dari para mahasiswa yang sudah tertinggal jauh itu hingga akhir semester. Mata kuliah dua bulan akan saya selesaikan dalam 2 minggu."
Apa?
Carolus Janson sangat terkejut mendengar ucapan dari Aiden. Entah apa masalah dari pria yang ada di depannya itu hingga melakukan hal sedemikian.
"Apa yang Anda lakukan?"
"Entahlah, tapi yang pasti saya akan melakukan sesuai apa yang saya inginkan. Anda tidak membayar gaji saya juga tidak masalah. Saya hanya perlu menyelesaikan pekerjaan saya bukan? Ya saya akan melakukannya. Kalau begitu permisi, saya harus segera bekerja."
Carolus hanya memandang kepergian Aiden dari ruangannya dengan tatapan penuh dengan kebingungan. Ia hanya berpikir, mengapa orang yang datang mengajar di salah satu mata kuliah ini sama semua. Yang pertama kabur dan yang kedua sangat ... gila.
"Bagimana aku harus bertanggung jawab kepada para mahasiswa dan orangtuanya. Apa yang akan dilakukan orang itu. 2 bulan menjadi 2 minggu, apa dia benar-benar gila. Haah."
Carolus tidak bisa berpikir sekarang. Dia hanya berharap semuanya akan menjadi baik-baik saja.
Sedangkan itu di ruangannya, Aiden tengah memikirkan sesuatu. Dia berpikir tentang bagaimana akan menyelesaikan semuanya dengan lebih cepat dan singkat. Aiden ingin segera pergi ke Indonesia untuk menemui Gryas dan Arlo. Dia sangat ingin melihat mereka berdua secepatnya.
"Hmm, akau akan menggunakan semua hari. Bahkan malam dan juga akhir pekan. Aku akan melakukan itu agar bisa segera pegi. Ya, mari lakukan itu."
Aiden menjadi sangat sibuk sekarang. Dia mengatur jadwalnya agar bisa menyelesaikan semuanya. Untung saja dia hanya memiliki 2 kelas sehingga tidak terlalu bingung dalam mengatur jadwal.
"Mari lakukan ini dan itu. Ya ku rasa ini sangat pas. Dan juga seperti ini."
Adien benar-benar menjadi begitu fokus. Kini dia memiliki sebuah tujuan. Dia memiliki hal yang ingin dicapai, tidak seperti kemarin yang pikirannya kacau dan tidak bisa memikirkan apa-apa.
Sedangkan itu, dibelahan bumi lainnya, Gryas dan Arlo tengah menikmati hari-hari tenangnya. Arlo begitu senang karena setiap hari dia bisa melihat sang ibu. Waktu yang ia lalui sungguh menjadi lebih menyenangkan karena ada ibunya bersamanya.
"Bagiamana perasaan Arlo, apa senang dengan adanya Mommy bersama?"
''Iya, Allo senan setali. Lasanya sepelti mimpi talena tiap hali lihat Mommy."
Gryas memeluk erat tubuh putranya itu. Sampai hari ini, setelah dua pekan kembali dari Nijmegen, tidak ada sesuatu yang membuat khawatir. Arlo juga baik-baik saja, dan tidak ada rasa sakit atau nyeri pasca operasi.
Namun Gryas terus saja memantau perkembangan Arlo. Dia tidak ingin mengetahui sesuatu yang tidak diinginkan secara tiba-tiba nantinya.
Gryas juga merasa sangat beruntung karena sepupunya merupakan dokter bedah anak terbaik yang ada di daerah mereka. Jadi dia bisa dengan tenang karena Arlo benar-benar terawat dan terkontrol.
"Mommy juga sangat senang karena bisa bersama Arlo setiap hari."
"Apa Mommy tida betelja?"
"Untuk sementara ini tidak, sayang. Mommy ingin menghabiskan banyak waktu dengan Arlo."
Yeaaay
Arlo bersorak senang. Dia sungguh sangat senang karena ada ibunya di sisinya.
Pun dengan suasana rumah. Di sana ada Opa dan Oma nya. Dua orang dewasa lain yang belum pernah diketahuinya sebelumnya, tapi sekarang dia merasa sangat senang. Opa dan Oma yang diketahui adalah kedua orang tua ibunya itu begitu menyayanginya.
"Selamat pagi cucu Oma, apa hari ini merasa lebih sehat?"
"Selamat padi Omaa, iya Allo melasa sanat sehat. Badaimana denan Oma?"
"Uuughh, cucu Oma ini pintar sekali. Iya Oma juga sehat. Mari kita pergi sarapan bersama. Opa sudah menunggu Arlo di meja makan."
Aro digendong oleh Gryas, mereka bersama-sama menuju ke ruang makan. Sungguh sangat bahagia sekali dirasakan oleh Gryas. Kembali ke rumah memang pilihan terbaik. Meksipun rumah yang saat ditempatinya bukan rumah pertama dan rumah masa kecilnya, namun tetap saja rasanya senang karena vibes rumah tempat untuk pulang begitu terasa.
Rumah yang ada di Yogyakarta ini adalah rumah kedua Ryder. Rumah utama mereka terletak di Surabaya. Seperti yang dikatakan diawal bahwa mereka memilih tinggal di Yogyakarta untuk sementara karena agar dekat dengan rumah sakit untuk perawatan pasca operasi Arlo.
"Selamat pagi cucunya Opa, apa hari ini Arli bahagia?"
"Selamat padi Opa, tentu saja Allo bahadia talena ada Mommy di sampin Allo dan tentu juda ada Oma dan Opa. Allo sanat senan talena Akhirnya beltemu Opa dan Oma."
Ryder menyentuh dadanya dengan kedua tangannya sendiri. Dia tidak pernah menyangka akan memiliki cucu dari Gryas. Meskipun cara Gryas salah, tapi anak yang dihasilkan dari kesalahan sungguh tidak memiliki salah apapun.
"Duuh rasanya dada Opa mau meleleh mendengar cucu Opa yang sangat manis ini. Opa juga sangaaat bahagia bertemu dengan Arlo."
Arlo tersenyum lebar, namun wajah anak itu tiba-tiba mendadak berubah. Senyumnya hilang dan malah membuat lengkungan murung.
"Sayang, kenapa? Apa ada yang sakit hmmm?" Gryas seketika langsung memeriksa tubuh putranya itu. Dia yakin tadi Arlo masih baik-baik saja.
"Atu tida apa-apa Mommy. Tida ada yan satit juda. Hanya saja ... ."
Arlo menggantungkan ucapannya, membuat Gryas, Ryder dan Ayesha penasaran.
"Hanya saja apa, sayang. Coba katakan, siapa tahu Opa bisa bantu."
"Itu lho, Opa tan ada Oma. Telus, Daddy Gael ada Mommy Teisha. Tapi tenapa Mommynya Allo cuma sendili. Apa Daddy Allo sunduh tida suta dengan Mommy dan Allo?"
Jeeeeenggg
TBC
knp suda tamat aja si..
😭😭😭
keturunan india belom ada nongol lagi nih kak, boleh lah di ceritain.