NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 31

Benar saja, tak lama setelah percakapan di dapur antara Pak Yusron dan Bu Marni usai, sebuah pesan masuk ke ponsel Pak Yusron. Nama Bagas terpampang di layar. Jantung Pak Yusron berdegup pelan. Ia tahu, cepat atau lambat pertanyaan itu akan datang.

Bagaimana perkembangan terakhir? Ada pria itu di rumah?

Pak Yusron melirik ke ruang tamu. Raka memang ada di sana, duduk sopan, bercakap ringan dengan Bu Aruna yang masih tampak lemah. Di dekat mereka, Bu Marni sesekali menyuguhkan teh dan membantu memindahkan barang ke dapur. Tak ada gerak-gerik mencurigakan, semua berlangsung terang-terangan.

Dengan ragu, Pak Yusron membalas pesan itu dengan tenang:

"Iya, Pak. Tadi Pak Raka mampir. Tapi di rumah tidak hanya berdua, Bu Marni juga ada. Mereka hanya di ruang tamu, dan sejauh ini saya tidak melihat hal yang aneh."

Tak lama setelah pesan itu terkirim, suara dering telepon membuat suasana makin tegang. Nama yang sama Bagas. Pak Yusron mengangkat.

"Kenapa pria itu mesti ke rumah dulu?!" suara Bagas langsung meninggi di seberang, tak memberi ruang untuk jeda. "Kenapa nggak langsung ke kebun aja?! Emangnya dia nggak punya kerjaan lain?!"

Pak Yusron menarik napas pelan sebelum menjawab, "Maaf, Pak. Kejadian kemarin cukup serius. Pak Raka yang bantu Bu Aruna saat jatuh. Saya rasa wajar kalau beliau ingin memastikan keadaan Bu Aruna pagi ini."

Suara di seberang hening sejenak, sebelum akhirnya Bagas kembali menghardik.

"Pak Yusron ini kok malah seperti membela mereka?!"

Pak Yusron buru-buru menjelaskan, "Bukan membela, Pak. Saya hanya menyampaikan kenyataan. Mereka bersikap sopan. Bu Aruna pun jelas menjaga batas. Sampai saat ini tidak ada yang mencurigakan."

"Saya nggak butuh penilaian, Pak!" potong Bagas. "Saya butuh laporan! Ikuti terus! Saya nggak mau kecolongan. Laporkan setiap gerakan pria itu kalau masih datang ke rumah saya!"

Telepon itu pun ditutup sepihak, meninggalkan denting sunyi yang menggantung di udara. Pak Yusron menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum meletakkannya kembali ke meja dengan wajah berat.

Dari balik dapur, Bu Marni memerhatikan Pak Yusron. Ia sudah menduga, arah percakapan itu pasti memanas.

"Apa lagi katanya?" tanya Bu Marni lirih.

Pak Yusron menghela napas, lelah. "Suruh pantau terus. Terus katanya aku malah belain Bu Aruna sama Mas Raka."

Bu Marni menggeleng, kecewa. "Sampai kapan Bapak mau ikut-ikutan dalam bara rumah tangga orang? Jangan sampai niat baik berubah jadi bumerang."

Pak Yusron diam. Matanya tertuju ke arah ruang tamu, tempat Aruna dan Raka masih berbincang ringan. Dalam hati kecilnya, ia tahu niat menjaga bisa menjadi pisau bermata dua, terutama jika dicampuri rasa curiga yang membutakan.

Rasa curiga di dada Bagas tak kunjung mereda. Percakapan dengan Pak Yusron yang selalu terdengar netral bahkan seolah membela Raka, membuatnya gusar. Ia merasa diawasi pun tidak akan ada bedanya kalau hanya mendapat laporan yang setengah-setengah. Ia butuh seseorang yang bisa ia kendalikan sepenuhnya. Seseorang yang tidak akan berpihak kecuali padanya.

Pikiran Bagas melayang ke masa lalu. Ia teringat seseorang, Agus. Teman masa kecilnya, satu sekolah dasar. Dulu mereka kerap bermain layangan dan mandi di sungai bersama. Tapi hidup mereka berpisah di simpang berbeda. Saat Bagas melanjutkan sekolah, Agus terpaksa berhenti. Keluarganya tak mampu membayar biaya pendidikan. Akhirnya Agus bekerja di kebun milik ayah Bagas, dan bertahan sampai hari ini. Ia tahu betul, Agus orang yang setia dan tak banyak cakap. Dan yang paling penting masih punya hutang budi pada keluarganya.

Bagas segera mencari nomor lamanya. Setelah beberapa kali nada sambung, suara berat dan lembut menyahut di seberang sana.

“Halo, ini Agus.”

“Gus ini aku, Bagas. Masih ingat aku?”

Sejenak hening, lalu terdengar suara Agus yang hangat namun agak kaget, “Wah, Mas Bagas? Ya ampun, sudah lama sekali. Apa kabar, Mas? Tumben nelpon aku nih, ada apa, Mas?"

Bagas tersenyum tipis. “Baik, Gus. Aku hubungi kamu karena lagi butuh bantuan. Tapi ini jangan diceritain ke siapa-siapa dulu, ya.”

“Siap, Mas. Ada apa?”

“Aku pengen tahu kondisi kebun. Sekarang aku nggak bisa sering-sering ke sana, jadi pengin ada yang bisa aku percaya buat kasih kabar rutin. Termasuk kalau ada orang luar yang datang, atau kegiatan apa aja yang terjadi di sekitar rumah. Kamu ngerti maksudku?”

Agus terdengar ragu. “Orang luar, Mas? Maksudnya siapa aja yang ke rumah Bu Aruna?”

Bagas langsung menimpali, nada suaranya tenang tapi penuh tekanan, “Gus, kamu tahu sendiri... Aruna sekarang lagi sendiri. Kemarin juga sempat jatuh di kebun. Aku cuma... khawatir. Aku pengen pastikan semuanya aman, gitu. Nggak lebih.”

Agus terdiam sebentar. “Kalau soal kondisi kebun sudah terkendali karena kesigapan Pak Raka dan kalau sekitar rumah Bu Aruna kan ada Pak Yusron, Mas. Mas Bagas bisa tanya langsung, kan?"

“Gus, kamu cuma perlu lapor kalau ada hal yang mencurigakan. Itu aja. Nggak perlu ikut campur. Nanti kalau kamu butuh tambahan buat ongkos, bilang aja. Aku bantu.”

Agus menarik napas panjang. Ia tak pernah berani menolak langsung permintaan dari Bagas, apalagi yang berkaitan dengan keluarga majikannya sejak dulu. Tapi ada ganjalan di hatinya. Ia kenal siapa Bu Aruna, dan ia juga sering melihat bagaimana pria bernama Raka itu bersikap. Selama ini tidak ada yang pantas dicurigai. Tapi ia tahu, perintah tetaplah perintah.

“Baik, Mas. Nanti saya perhatikan. Kalau ada apa-apa, saya kabari.”

“Bagus. Aku percaya sama kamu, Gus.”

Setelah telepon ditutup, Bagas bersandar. Hatinya masih penuh gejolak. Curiga dan cemburu bercampur menjadi bara yang belum padam. Ia tahu, sesuatu sedang berubah. Dan ia tak ingin kehilangan kendali.

1
ovi eliani
ayo aruna waktunya bertindak , tlp bagus agarbmemberikan bukti ke polisi, biar bagas tau senjata makan tuan, biar dia yg masuk polisi biar tau rasa kamu bagas , biar bagas tau dingin nya jeruji besi, aku mwndukung mu aruna jgn kasih ampun bagas dan biar mata mak lampir juga terbuka bahwa kamu wanita yg baik aruna. semangat thor up nya tambah hreget ini.
R 💤
betul sih ini Thor...
R 💤
kok aku ikut seneng ya Raka gitu, dosa gak sih 🙈
Dee: Tenang, itu tandanya kamu punya hati yang peka. Raka emang bikin suasana jadi adem ya~ Yuk terus ikuti kisahnya, siapa tahu kamu makin sayang sama dia 🤭💕"
total 1 replies
R 💤
bisa dikatakan ia lagi puber kedua gak sih
Dee: Siap Kakak, nanti aku coba mampir ya,🥰
R 💤: ditunggu Thor,, jika berkenan mampir di lapakku juga Thor hehe 👋🏻 CINTA TUAN MAFIA , terimakasih
total 3 replies
R 💤
acieee...Aruna berbunga bunga tuhh
R 💤
selamatkan juga hati ibu hehe
ovi eliani
up lagi dong thor ketemuain aruna dan raka ,pingin melihat bicara , mak lampir suruh pulang dulu sama pak lampir biar ngak nganggu...semangat thor up lg malam ini, ceritanya bikin penasaran
ovi eliani
ayo aruna kamu harus membela yg benar, suami mu sdh mulai gila, kasian raka dia tak bersalah. terus buat mak lampir minta maaf sama kamu sampai mengemis maaf mu karena sdh kurang ajar mulutnya
Daniah A Rahardian
puitis banget☺️
ovi eliani
sedih amat sih thor , seng sabar ya aruna, alon alon waton kelakon , awas aja kamu nyamuk nenek lampir tak sedot ubun2 mu, wes tue belagu , semangat thor kasihbpelajaran itu nyamuk mak lampir karo bagas laki2 tak berguna.
Daniah A Rahardian: Beneran deh tuh nyamuk mak lampir sama si Bagas emang udah kelewatan. Aruna tuh udah sabar banget, tapi ya gimana... kadang orang baik tuh malah disakitin mulu 😤.
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Wow.. keren and puitis banget. Author emang pinter ya memilih kata2.
O ya aku udah jg ngeliat visual mereka di ig mu Thor, Aruna cantik banget dan Raka guanteng abis 🫶
Dee: Makasi Kakak, aku nyari yg pos buat karakter mereka.
total 1 replies
xia~xiaoling
ngena banget kata2 e aruna...kyk e aruna ini puitis banget deh...suka ma karakter aruna
Dee: Makasii! Senang banget Aruna bisa nyampe di hati Kakak😍
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Suami 🤬🤬
Dee: Sabar... sabar...☺️
total 1 replies
ovi eliani
aku suka kesal sama nyamuk nyamuk ini selalu heboh embok ya di dengarkan dulu, no sono laporin aja bagas nya biar tau rasa, nyamuk sama bagas memang cocok kumpulan manusia pencinta hutan jadi hifup seenaknya aja. lho kate kebun binatang, semangat thor aku jd gregetan bacanya, sholat dulu ya.
Dee: Memang ya nyamuk dan Bagas tuh kombinasi bikin emosi, tapi tenang... nanti ada kejutan buat mereka, ditunggu terus yaa~ Makasih banyak udah baca dan komen seru begini, semangat terus dan selamat beribadah juga ya kak ,💚🙏
total 1 replies
ovi eliani
aruna aruna saksi ya kan ada para pekerja kan melihat, twrutama kamu melihat sendiri, ngaoain hidup dgn bagas yg egois, lupa kan hempaskan masih banyak laki laki yg lain, semangat aruna ..
ovi eliani
thor up dobble biar tambah semangat bacanya, maunya aruna urusi raka aja, bagas buang aja ke laut
Daniah A Rahardian
Thor pliss...jgn kamu buat kayak di "Ternyata Hanya Kamu Cintaku", nanti aku nangis lagi nih! Aku jadi inget Alex😭
ovi eliani
wah wah mulai agak panas in ceritanyai seperti panas nya matahari di siang hari , bagas2 sekarang aja cemburu orak dewasa dewasa diri mu son son, udah raka laporkan bagas dengan tindak pidana main hakim sendiri biar mampus terkubur di penjara sepertih aruna yg hatinya tetpenjara di hati raka, Hidup adalah perjalanan, jangan lelah untuk terus berjuang. semangat thor buat ceruta yg lebih panas wkwkwwk
ovi eliani
belum greget ini thor, mau yang jeng jeng disaat aruna raka berdua, suami yg tak berguna datang. maaf ya thor bukan berarti aku setuju dhn perselingkuhan tp manusia punya batas kesabaran karena kelah nya wanita akan berujung dengan ke tidak pedulian. wahar klo bagas diberi pelajaran buat sadar diri , dobble up atuh thor semabgat benar bacanya.
xia~xiaoling
baca kayak nak muda lg kasmaran thor..pd hal ini yg bc emak2 berdaster..wkwkwk
Dee: Hahahaha... emak berdaster juga boleh dong kasmaran lagi!, semoga tetap bikin hati deg-degan yaa 😄💖
Tapi justru pembaca setia kayak emak-emak berdaster lho yang paling tulus menikmati cerita😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!