Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?
ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya
ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Girang
Pov Daniza
Ruang kelas yang memang sudah ramai sebab gurunya belum masuk, semakin bertambah heboh ketika Ali di dorong oleh seorang guru menuju tiang bendera.
"Kenapa tuh, Ali ?"
"Bentar, aku lihat grup gosip"
"Dia menggagu adik kelas dengan ulat, sampai mereka teriak ketakutan "
"Parah Ali"
"Tau rasa dia, mana kebetulan guru nya itu lagi yang menangkap basah kelakuan nya " dari balik jendela atau langsung keluar kelas, orang-orang menonton Ali yang dihukum.
"Daniza, kamu tahu ngga ? Kayanya dihukum gara-gara kamu" dengan kebingungan aku menatap Aca yang sangat serius " aku ngasih tahu dia kalo kamu dikerjain begini, begini, terus dia marah dan tersangka utamanya sama dengan apa uang aku pikirkan. Jadi...." Aca mengangkat kedua bahunya, lalu melanjutkan
"Mungkin dia mengancam lagi, biar mereka mengaku" aku lantas menoleh pada Ali yang hormat pada bendera diatas sana, merasa heran dengan tindakan yang diambil nya.
"Wow...sebegitu nya dia bela-belain buat Daniza "
"Kasih minum, sama lap keringat nya Ali nanti Dan! Buat terima kasih untuk pengorbanan nya" rasa kasihan hinggap di hati ku, melihat Ali yang meringis dibawah sinar matahari.
Tapi bukan berarti aku mau melakukan saran dari Aca, nanti Haneul bisa cemburu dan salah paham seperti aku waktu itu. Aku akan membiarkan hari ini berlalu, nanti jika ada kesempatan, baru aku akan bicara pada Ali mengenai masalah ini.
"Terus gimana, adik kelasnya ngaku?"
"Yaa ngga tahu lah Lan, tanya aja nanti sama Ali. Kamu yang dipikirkan adik kelas mulu, padahal mereka salah " Diantara perdebatan itu yang berusaha ditengahi Winda, aku menatap ke arah Haneul yang ternyata juga menatap kearah ku.
Terpikir olehku, jika Haneul tahu tentang ban sepedaku dan sepatu yang basah maka apa yang akan dia lakukan? Siapa yang akan dia tuduh sebagai tersangka nya? Bagaimana dia akan membela ku?
Senin datang, aku sengaja menunggu Ali dikoridor dengan ditemani Lani. Karena setahu ku satu-satunya orang yang belum pernah ku dengar menggoda ku dengan Ali cuma Lani, jika dengan Aca ataupun Winda tindakan ku yang sekarang bisa saja 'dicie-cie in' oleh mereka dan dapat ditonton orang banyak atau gosip tentang kami berdua akan menyebar kemana-mana, itulah yang membuatku membiarkan keadaan itu berlalu sebelumnya.
"Itu Ali, Dan " aku menoleh pada arah yang ditunjukkan oleh Lani, Ali baru saja memarkirkan motornya. Aku lantas beralih mengamati sekitar, sekolah belum terlalu ramai oleh kedatangan Murid-murid lainnya.
Ketika Ali berjalan dikoridor, aku memanggilnya seraya berjalan menghampiri. Sementara Ali nampak terkesiap, lalu di detik berikutnya senyum lebar itu terbit dan langkahnya jadi lebih cepat. Aku harap pilihan ku ini, yang didasari rasa bersalah tidak membuatnya salah mengartikan.
"Kenapa, Dan? Kangen ?" aku memutar bola mata, "Ngga, aku cuma mau nanya kenapa kamu sampai dihukum jum'at lalu?"
"Itu karena aku mengungkapkan kasus, siapa dalang yang jahilin kamu. Aku ancam mereka pakai ulat biar mereka ngaku, tapi mereka ngotot bilang bukan mereka sampai sumpah-sumpah segala. Dan akhirnya karena udah sampai jam masuk, aku ketahuan guru dan dianggap melakukan perundungan, dihukum deh. Tapi ngga apa, kalo buat kamu Dan, apapun lah" Ali cekikikan sambil mengusap rambutnya ke belakang
"Makasih Ali, dan aku minta maaf gara-gara ikut campur masalah ku, kamu jadi kena imbas nya juga" telinganya merah mendengar pernyataan ku itu, aku lantas melanjutkan maksudku bicara sekarang agar masalah ini tidak perlu dibesarkan lagi.
Lalu berbalik setelah memberi nya permen bertusuk, dari balik punggungku terdengar suara teriakan Ali entah karena apa.
"Girang banget, Ali" kata Lani setelah menoleh dari belakang dan aku tidak ingin melakukan hal yang sama, takutnya malah bikin Ali semakin berpikir aneh.
"Salah ngga sih Lan, yang aku lakuin sekarang "
"sekarang aku tanya, gimana perasaan kamu ? Masih merasa bersalah?" Aku menggeleng, tapi hal lain yang malah mengganggu ku.
"Yaudah kalo begitu"
+++
Aku baru saja meneguk air minum ku karena merasa haus setelah menonton pertandingan sepak bola bersama yang lainnya, dan sekarang aku kembali lebih dulu ke kelas karena mereka ke kantin. Lalu aku mengambil permen bertusuk ku, membuka bungkus nya dan menikmati sambil memandang sekeliling kelas yang sepi karena seluruh orang pergi meramaikan lapangan dan hanya tinggal aku sendirian sekarang dikelas.
Agar tidak bosan, aku pun membuka novel baru milik Winda, membuka tiap lembaran dan membaca tiap bait tulisan nya. Sampai kemudian aku dikejutkan oleh suara seseorang, yang sedari dilapangan terus aku perhatikan.
"Boleh aku minta minum nya, Daniza?" Aku mendongak dan ternyata langkah Haneul sudah sangat dekat, aku lalu menggeser botol minum ku yang memang masih dimeja. Sambil berucap pada diri sendiri- jangan gugup
"Terima kasih " dia mengambilnya, membuka botol itu dan langsung menegak nya sambil berdiri. Botol itu langsung menyentuh diantara kedua bibirnya, dan pandanganku turun pada jakun nya yang bergerak, baru ke botol minum ku dan aku seketika berubah panik, melihat air nya nyaris habis.
"Jangan dihabiskan " dia berhenti dan menutup botol itu, mengangkat nya sedikit demi menerawang isinya.
"Sisa sedikit, Daniza "
"Ngga apa-apa, sini" dia meletakkan nya dan menatapku, aku menunduk dan jadi bingung harus berpose bagaimana haruskah memainkan botol atau pura-pura membalikkan lembaran novel. Dan yang bisa ku lakukan hanya berpura-pura merapikan penampilan ku, sambil berbisik pada diri sendiri- sekali lagi jangan gugup Daniza.
"Permen nya mana, Daniza?" Aku mendongak menatap nya dan tangan yang terulur itu bergantian, dengan mulut terbuka.
"Hadiah setelah membantu kamu, mengurus rok "
"Itu...aku akan membelikan nya nanti "
"Aku mau sekarang "
"Aku cuma punya ini dan-" ucapan ku mengambang diudara ketika Haneul tiba-tiba memasukan permen yang ku pegang itu ke mulutnya.
Aksi cepat yang membuat ku terkejut dan bukan hanya itu, tapi juga karena kedekatan kepalanya dengan wajah ku, membuatku mematung ditempat.
"Dan...apa?" Senyum kecil tersungging dibibir nya, lalu dia berbalik setelah mencuri permen bekas ku.
Bahu ku merosot di kursi, aku sentuh dada ku dan itu berdebar bagai genderang mau perang. Lalu aku pun menenggelamkan wajahku dimeja berteriak tapi tidak bersuara, dengan kaki menghentak- hentak, aku kegirangan.
inimah gaya author/Curse/