NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:202.6k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 31.

"Sebaiknya, anda beristirahat dulu nona. Jangan lupa, untuk obatnya dimakan sesuai jamnya. Dan mulai biasakan untuk makan, walaupun dalam porsi yang sedikit namun kontinyu." Dokter perusahaan memberikan nasihatnya kepada Fio.

"Hmm, baik dokter. Terima kasih sudah direpotkan." Senyum Fio.

"Sama-sama, nona. Kalau begitu, saya permisi." Dokter tersebut keluar dari ruangan itu, menyisakan dua pria yang sudah memasang wajah tegangnya.

Merasa mendapati tatapan yang cukup membuat kedua matanya silau, Fio memilih untuk memalingkan wajahnya.

"Sepertinya minum kopi hangat enak nih, tuan mau?" Max menawarkan Elio dengan minuman hangat.

"Nona nona, beli makanan dan cemilan dulu lah saya."

Elio hanya menganggukan kepalanya, lalu Max segera berjalan keluar. Terlepas kepergian Max dari sana, tatapan Elio masih tidak teralihkan dari Fio.

"Kalau mau mati, jangan merepotkan orang lain." Ucapan itu berhasil membuat Fio berani menatap ke arah Elio.

"Cukup tuan, anda boleh membenci saya. Tapi jangan pernah melontarkan ucapan seperti itu." Perih, itulah yang kini Fio rasakan untuk kesekian kali.

Fio menaikan tubuhnya dan dengan cepat tangan yang tertancap kan oleh jarum infus itu ia lepas, cairan berwarna merah mengalir disana. Dalam keadaan tubuh yang begitu lemah, Fio memilih untuk beranjak dan pergi dari tempat itu.

"Jangan g*la kamu, kenapa infusnya dilepas? Duduk dan kembali berbaring, Fio." Elio sedikit panik karena Fio melepas infusnya.

"Lebih baik, saya pulang. Kalau pun mau mati, lebih baik saya mati tidak dihadapan anda." Luapan amarah itu sudah tidak dapat terbendung.

"Hei, tunggu!" Elio dapat meraih lengan fio, lalu ia genggam dengan sangat kuat.

"Lepas!" Teriak Fio.

"Diam!!"

Tubuh Fio menegang, kalimat itu sudah tertanam dalam kepalanya yang dimana kalimat itu bisa membuatnya terdiam.

"Tubuhmu masih harus istirahat, tunggu Max sampai dan makanlah terlebih dahulu. Asam lambungmu sudah begitu berat, Fio. Menurut lah." Elio menurunkan nada bicaranya, dirinya secara tidak langsung merespon perasaan yang kini ia rasakan.

"Bisa tuan lepaskan tangan tuan dari tangan saya?"

"Menurut lah, aku tidak akan memaksamu untuk membantuku mengerjakan berkas itu." Elio masih menahan tangan Fio.

"Jika anda meminta bantuan orang lain, ataupun dibantu oleh orang. Bisakah anda memilih ucapan yang pantas atau tidak untuk di ucapkan? Tidak semua orang memiliki mental baja dan tidak berperasaan seperti anda, jadi lepaskan tangan saya." Air mata itu menetes, namun masih bisa Fio tegas dihadapan pria itu.

Tamparan untuk Elio, perkataan Fio sangat membuatnya berpikir keras bagaimana cara ia harus bersikap. Karena tidak semua orang bisa menerima sikap dirinya seperti itu, dan orang itu adalah Fio sendiri.

"Maaf, aku minta maaf. Kembali lah, istirahat." Ucapan itu seakan hendak merayu seseorang.

Fio masih merasakan jika kepalanya itu terus berputar dan rasa perih pada perutnya belum reda, perlahan tubuh itu merosot ke bawah. Bertumpu dengan kedua kakinya untuk bertahan, Fio membenamkan wajahnya di atas kedua kakinya.

"Hei, kamu kenapa?" Elio melepaskan tangan Fio, mendekatkan kursi rodanya agar bisa dekat.

"Loh, nona Fio kenapa?" Max baru saja tiba, langsung membantu Fio kembali ke atas tempat tidur.

Darah keluar dari tempat jarum infus yang dicabut secara paksa, Elio pun mengambil handuk kecil dari atas nakas dan menekannya perlahan untuk menghentikan pendarahan tersebut.

"Tuan, apa sebaiknya nona dibawa saja ke rumah sakit?" Saran Max.

"Sebaiknya seperti itu, daripada ngeyel dan keras kepala seperti ini. Siapkan saja mobil dan ambil jalur VIP, kursi roda jangan lupa." Hal tersebut agar memberikan kemudahan untuk membawa Fio menuju mobil.

"Kursi roda punya siapa, tuan? Kenapa tidak langsung sama tuan saja, kan bisa dipangku nona Fio nya sama anda." Senyum kejahilan itu terbit dari wajah Max.

"Tidak! Anda sudah tidak waras, tuan Max." Fio yang mendengar hal tersebut, langsung membantah dan menolak.

"Loh, bukannya dengan dua kursi roda malah akan memperlambat nona. Lagian juga hanya sebentar, hanya sampai mobil saja." Max semakin jahil.

Penolakan terus Fio lakukan, ia malah memilih untuk pulang ke rumah saja. Akan tetapi, Elio yang lebih keras agar Fio dibawa ke rumah sakit. Tentunya hal tersebut tidak bisa di tolak, awalnya Fio memaksakan dirinya untuk berjalan menuju mobil. Dengan kondisinya yang seperti itu, membuatnya tidak berdaya hanya separuh perjalanan.

"Makanya jangan keras kepala, jadi penurut apa susahnya." Elio menjentik kening Fio.

"Terserah tuan saja, di tolak juga percuma." Fio memejamkan kedua matanya.

Namun, detak jantung Fio maupun Elio berdetak tidak karuan. Max hanya senyum-senyum sendiri melihatnya, berharap jika Elio bisa membuka kembali kehidupannya dengan menerima kehadiran orang baru.

Setibanya di rumah sakit, Fio segera mendapatkan penanganan lebih lanjut dan dirawat.

"Tuan tidak pulang?" Fio pusing mendapati Elio yang masih berada diruangan tersebut.

"Kenapa? Kamu mengusirku?" Elio memberikan tatapan matanya.

"Lebih anda pulang saja tuan, disini juga sudah ada perawat yang menjaga. Anda juga sedang dalam masa pemulihan, jangan sampai orang sakitnya bertambah menjadi dua." Dengan bersandar, Fio memberanikan diri untuk bisa menggerakkan tubuhnya agar mandiri.

Keduanya saling berdebat, akan tetapi setelahnya tidak mendapatkan hasil apapun untuk kepastiannya. Fio hanya bisa berdiam diri mengikuti apa yang diperintahkan oleh Elio, karena pria itu seperti sedang memberikan pendidikan secara militer kepadanya dirinya. Tidak ada penolakan dan hanya ada kata untuk menurut.

...Kenapa aku seperti ini? Apa yang terjadi? Wanita ini, kenapa dia bisa membuatku melupakan semuanya dan perasaan ini. Ah, kenapa aku malah semakin tidak karuan. Elio....

Semua rangkaian perawatan terus diberikan, disaat Fio sudah memejamkan kedua matanya. Elio membersihkan dirinya setelah Max menghantarkan barang-barang pribadi miliknya, ada perasaan yang begitu berbeda tatkala Elio berhadapan dengan Fio. Hanya saja, dirinya masih begitu egois dan juga menjaga harga dirinya dihadapan wanita itu.

Lalu muncullah sebuah keinginan besar dari dalam diri Elio untuk melakukan perubahan dalam dirinya, ia mencoba untuk melatih kedua kakinya sendiri tanpa sepengetahuan orang lain. Bahkan Fio sendiri tidak mengetahuinya, dengan keringat dan rasa sakit yang masih cukup kuat. Elio terus berusaha melatih kedua kakinya, lalu tiba-tiba saja ponsel miliknya bergetar. Terdapat beberapa pesan masuk melalui aplikasi hijau, pesan tersebut dari beberapa kliennya dan juga max.

Akan tetapi, ada salah satu pesan yang cukup membuat elio menatapnya dengan sinis. Ya, pesan tersebut berasal dari Arabella . Wanita itu terus mengirimkan nya permintaan maaf serta ingin kembali padanya. Memulai dari awal lagi hubungan yang sebelumnya telah kandas, wanita itu tidak ada kata mundur.

...Apa yang harus aku lakukan? Jujur saja, rasa cinta itu masih ada. Namun, bagian kecil itu telah tertutupi rasa kecewa yang terlalu besar Arabella. Dan kini, entah kenapa wanita ini bisa membuat kehidupanku seakan kembali memeliki sinar. Elio....

1
Mamath Jahra Tea
🤣🤣 ujung" nya buncin ntar kmu
Hennyy Handriani
Makin seru nih
shena
😍😍😍
Delvyana Mirza
Kadar kali Tuan ini baah,vikin gemes aja
Delvyana Mirza
Jangan ketus2 kalau ngomong Tuan Elio ntar jatuh cinta,baru tau,
Delvyana Mirza
Dadat,sidah di bantu kow kasar dich,
Wance Purba
cowoknya terlalu egois thor😄
Ariany Sudjana
Elio siap-siap saja fio akan pergi tinggalkan kamu, kalau kamu masih seperti ini kelakuannya
Wance Purba
ga usah malu akui aja
Wance Purba
hajar Max ga usa pake izin 😃😃😃
Wance Purba
capek ya ngomong sama batu
Wance Purba
Dosen aneh
Wance Purba
keong beracun ya 🤣
Wance Purba
nyimak
Azizah Sby
bagus ceritanya... meski ada kesamaan dikit2 dr novel lain... tp cerita d sini d kemas apik
Azizah Sby
knp terputus y... pdhl lg seru2nya nih... ayo outhor semangat update nya
Yumma Proling
saya gk suka dengan karakter nya Fio Thor terlalu lemot orang nya
Dinda Anggita: Dia ini tukang curi penulisnya makanya kayak gini tulisannya
total 1 replies
Nadiya Puspita sari
#
Dwi Estuning
lanjutkan
Asih S Yekti
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!