NovelToon NovelToon
Merebutmu Kembali

Merebutmu Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Romansa / Menikah Karena Anak / Lari Saat Hamil / Balas Dendam
Popularitas:727
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Bayangan Xylos di Kabut

Nama itu. Xylos. Nama keluarga yang didengar Megan di televisi dan surat kabar, selalu dihubungkan dengan kekuasaan global, intrik gelap, dan kekayaan yang tak terhitung. Bos mafia yang dingin, Vega Xylos. Sekarang, nama itu terucapkan di rumah kayu terpencil, ribuan kilometer dari Jakarta, di tengah kabut yang membekukan tulang.

“Warisan Sang Xylos?” ulang Megan, suaranya kering dan tajam, seluruh rasa kantuknya hilang digantikan adrenalin. Ia melangkah maju, tangannya mencengkeram lengan Ibu Rosa. “Bu, Anda harus jelaskan. Siapa pria itu? Apa yang dia katakan persisnya? Kenapa dia tahu tentang kehamilan saya?”

Ibu Rosa menarik lengannya perlahan, sorot matanya yang lelah kini berubah menjadi waspada. Ia menatap Megan dengan tatapan yang mengatakan, ‘Kau tidak ingin tahu lebih jauh, Nak.’

“Lepaskan aku, Nak. Aku hanyalah perantara. Aku tidak tahu namanya, dan aku tidak tahu urusannya,” jawab Ibu Rosa, menyalakan lampu minyak kecil di meja dapur. Cahaya kuningnya memantul pada mata Megan yang penuh ketakutan.

“Anda tahu. Anda menyebut namanya. Warisan! Itu putra saya, bukan warisan siapa pun!” Megan berbisik keras, mencoba menahan tangis dan teriakan frustrasi. Pelarian yang ia banggakan, upaya untuk melindungi putranya, ternyata telah diatur, dibayar, dan dikendalikan.

Ibu Rosa menggelengkan kepala. “Pria itu sangat teliti. Dia hanya memberiku amplop berisi uang tunai dan alamat ini. Katanya, ‘Ketika Gadis Malam itu datang, pastikan dia bekerja. Jangan biarkan dia berpikir dia adalah tamu. Perlindungan adalah bayaran, bukan hadiah.’ Aku di sini untuk melaksanakan tugas yang dibayar mahal, Nak. Tugas untuk menjagamu dan bayimu tetap hidup, tersembunyi dari musuh-musuhnya.”

“Musuh-musuhnya?” Megan merasakan mual yang luar biasa. Itu pasti Rommy. Atau bahkan mungkin Jose dan Wina, yang kini telah bersekutu dengan kekuatan gelap yang lebih besar. “Apakah dia yang mengirim pria berjas itu? Pria yang memberi saya alamat?”

“Mungkin,” gumam Ibu Rosa, mengambil cangkir tehnya yang dingin. “Aku tidak bertanya. Dia hanya memastikan bahwa tempat ini terisolasi, aman, dan kau akan segera sampai di sini. Dia tahu kau akan lari. Dia hanya mempercepat pelarianmu ke tempat yang dia inginkan.”

Megan mundur selangkah, menabrak meja kayu di belakangnya. Itu berarti, malam di klub itu, penculikannya, bahkan mungkin pesan-pesan mesra Jose dan Wina, semuanya ada dalam radar Vega Xylos. Pria itu tidak hanya berkuasa, tetapi juga memiliki mata dan telinga di mana-mana. Dia tahu segalanya.

“Dia tahu saya hamil, Bu Rosa,” kata Megan, suaranya kini kembali tenang, namun penuh tekad baja. “Itu artinya dia tahu siapa ayah dari anak ini.”

Ibu Rosa menghela napas. “Tentu saja dia tahu, Nak. Kenapa kau pikir dia membayar sewa setahun penuh dan mengirimmu ke tempat terpencil ini? Dia memastikan bayinya lahir dalam keadaan aman. Vega Xylos mungkin seorang raja mafia, tetapi mereka bilang, dia sangat menjaga apa yang menjadi miliknya.”

Kalimat terakhir itu menghantam Megan. ‘Menjaga apa yang menjadi miliknya.’ Itu terdengar seperti ancaman, bukan perlindungan. Vega tidak menyelamatkannya; dia mengklaimnya.

“Dengarkan aku, Bu Rosa,” kata Megan, menatap lurus ke mata wanita tua itu. “Mulai sekarang, Anda tidak tahu apa-apa. Anda tidak pernah mendengar nama Xylos. Anda hanya tahu saya adalah Megan, seorang janda yang mencari pekerjaan. Saya akan bekerja keras, saya akan mengurus semua ternak dan kopi Anda. Tapi, tidak ada yang boleh tahu saya di sini. Terutama dia. Pria yang membayar itu.”

“Tapi, Nak…”

“Dia mungkin tahu saya di sini, Bu. Tapi dia tidak tahu apa yang saya pikirkan,” potong Megan dingin. “Jika dia mengirim utusan, saya akan berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang ‘Warisan’ itu. Putra saya hanya memiliki satu nama belakang, nama belakang saya. Dan saya tidak akan pernah memberitahu siapa pun siapa ayahnya.”

Ibu Rosa meneliti wajah Megan lagi. Ada sesuatu yang berubah. Ketakutan masih ada, tetapi kini dibungkus oleh ketegasan yang dingin. Wanita yang diculik dan dibuang itu telah mati, digantikan oleh seorang ibu yang bertekad melindungi anaknya.

“Baiklah, Neng Megan,” ujar Ibu Rosa akhirnya, mengangguk. “Di sini, di peternakan ini, kau adalah pekerjaku. Kau tidur di gudang, kau makan apa adanya, dan kau bekerja dari subuh sampai gelap. Kau adalah pelayan. Jika ada yang datang, kau tidak tahu apa-apa selain membersihkan kandang dan memberi makan ternak. Paham?”

“Paham,” jawab Megan, lega karena Ibu Rosa mau berkompromi. Ini adalah perang batin pertamanya melawan Vega Xylos: perang kerahasiaan.

...****************...

Pagi pertama di Peternakan Bunga Api dimulai sebelum matahari terbit. Udara dingin pegunungan menusuk tulang, dan kabut tebal masih menggantung di antara pepohonan pinus. Megan yang biasanya hanya memegang spons pencuci piring, kini harus memegang ember besar berisi pakan ternak. Tugas pertamanya adalah membersihkan kandang ayam dan kelinci, diikuti dengan memberi makan beberapa ekor domba yang terlihat kurus.

Pekerjaan fisik itu sangat melelahkan, tetapi itu juga menyelamatkan kewarasannya. Rasa sakit di ototnya jauh lebih baik daripada siksaan mental memikirkan Vega Xylos yang mungkin sedang mengawasinya dari jauh.

Ibu Rosa mengawasi dari kejauhan, diam dan tanpa emosi. Dia tidak menunjukkan simpati, tetapi dia juga tidak kejam. Dia memperlakukan Megan layaknya seorang pekerja. Ini adalah hal yang Megan butuhkan—rutinitas yang keras, yang bisa memecah fokusnya dari kegelisahan akan masa lalu.

Saat tengah hari, Megan sedang membersihkan sudut gudang tua yang menjadi kamarnya. Gudang itu gelap, lembap, dan berbau tanah. Di sana hanya ada satu dipan tua, sebuah meja kayu kecil, dan rak buku yang hampir roboh. Megan mencoba merapikan tumpukan koran bekas di rak itu, berharap menemukan sesuatu yang bisa ia baca.

Saat ia menarik sebuah tumpukan majalah pertanian usang, sebuah kotak kayu kecil yang tersembunyi di belakang rak jatuh ke lantai. Kotak itu tidak dikunci. Jantung Megan berdebar kencang.

Ia mengambil kotak itu, berat dan terbuat dari kayu jati yang diukir halus. Di tutup kotak itu, terdapat ukiran seekor elang yang sedang menukik, matanya setajam aslinya. Ukiran yang indah, sekaligus mengancam.

Megan membuka kotak itu dengan tangan gemetar. Di dalamnya, tidak ada perhiasan atau uang. Hanya ada dua benda.

Pertama, sebuah buku jurnal kulit hitam tebal, kosong. Dan kedua, sebuah liontin perak berbentuk inisial 'V' yang dihiasi berlian kecil, berkilauan samar dalam kegelapan gudang.

Inisial V. Vega. Liontin itu terasa dingin di tangannya. Itu adalah isyarat. Sebuah pesan bahwa dia tahu di mana Megan berada. Dan dia telah meninggalkan sebuah 'hadiah' yang tidak bisa dibantah.

Megan menatap liontin itu, lalu mengalihkan pandangannya pada jurnal kosong itu. Sebuah buku harian? Apakah Vega memintanya menuliskan setiap detail kehamilannya?

Saat ia membalik jurnal itu, ia melihat ada tulisan tangan yang terukir samar di halaman pertama, seolah-olah ditulis dengan tekanan yang kuat hingga menembus kertas.

Hanya tiga kata.

Tunggulah. Aku kembali.

Megan menggenggam liontin dan jurnal itu, air mata menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak tahu apakah itu janji atau peringatan. Dia aman, tetapi dia juga terikat. Dia tidak bebas. Dia adalah tawanan di surga terpencil yang dibayar oleh raja mafia. Dan dia harus menemukan cara untuk melepaskan diri sebelum Vega kembali dan mengambil apa yang diklaimnya sebagai 'Warisan Sang Xylos'.

Megan segera menyembunyikan kotak itu di bawah papan lantai yang longgar, jauh dari pandangan. Ia harus berpura-pura tidak menemukan apa-apa. Ia harus menanti dan bersiap. Karena perang yang sebenarnya baru saja dimulai. Megan pun tertidur dalam rasa yang benar-benar lelah....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!