NovelToon NovelToon
Pernikahan Di Atas Skandal

Pernikahan Di Atas Skandal

Status: tamat
Genre:Spiritual / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak / Pelakor / Pelakor jahat / Tamat
Popularitas:191.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Edelweis Namira

Btari harus menjalani pernikahan kontrak setelah ia menyetujui kerja sama dengan Albarra Raditya Nugraha, musuhnya semasa SMA. Albarra membutuhkan perempuan untuk menjadi istru sewaan sementara Btari membutuhkan seseorang untuk menjadi donatur tetap di panti asuhan tempatnya mengajar.
Sebenarnya Btari ragu menerima, karena hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Apalagi Btari menikah hanya untuk menutupi skandal Barra dengan model papan atas, Nadea Vanessa yang juga adalah perempuan bersuami.
Perdebatan selalu menghiasi Btari dan Barra, dari mulai persiapan pernikahan hingga kehidupan mereka menjadi suami-istri. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan kedua manusia ini?
Bagaimana jika keduanya merasa nyaman dengan kehadiran masing-masing?
Hingga peran Nadea yang sangat penting dalam hubungan mereka.
Ini kisah tentang dua anak manusia yang berusaha menyangkal perasaan masing

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SISI LAIN BTARI

Suara azan subuh yang berkumandang dari masjid terdekat menyelinap masuk ke dalam kamar, mengiringi ketukan keras di pintu.

Tok! Tok! Tok!

“Barra, Btari! Bangun, sudah subuh!” Suara Bian terdengar jelas dari luar.

Btari mengerjapkan mata dengan malas, tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Namun, saat ia bergerak sedikit, ia merasakan sesuatu yang tidak seharusnya ada di dekatnya.

Ia menoleh dan hampir berteriak.

Wajah Barra ada di sampingnya, jarak mereka hanya beberapa sentimeter. Bahkan, satu tangan lelaki itu hampir menyentuh pinggangnya!

Btari langsung terduduk dengan ekspresi terkejut sekaligus kesal. Bukankah tadi malam mereka tidur di ujung ranjang masing-masing? Kenapa sekarang posisinya seperti ini?!

Barra sendiri masih setengah sadar. Ia mengerjapkan mata, tampak bingung dengan situasi mereka sekarang. "Kenapa kamu dekat-dekat, Bi?”

Btari melotot, saking kesalnya, ia langsung menyikut lengan Barra.

“Barra! Kamu geser ke sana!” Bisiknya tajam. Kalau bukan karena Bian yang masih di luar kamar mereka, mungkin Btari sudah meneriaki Barra.

Barra mengerang kecil, lalu mengusap lengannya. “Sakit, tahu! Lagian aku juga nggak sadar kok bisa gini.”

Ketukan di pintu semakin keras. “Hei, kalian masih tidur?” Suara Bian kembali terdengar.

Btari panik. Ia bergegas bangkit dan merapikan jilbab yang sejak tadi malam masih ia kenakan, lalu menatap Barra dengan penuh ancaman. “Nanti kita bahas lagi! Sekarang kita ke luar dulu sebelum Abang curiga.”

Masih dalam keadaan yang belum sepenuhnya sadar, Barra bangkit. "Jangan terlalu benci sama aku, Bi, nanti jatuh cinta." Kekehnya.

Btari menahan napas untuk benar-benar tidak meneriaki Barra saat itu juga.

...****************...

Barra menepikan mobilnya di depan gedung tempat persiapan pameran amal berlangsung. Barra berjalan perlahan mulai memasuki gedung yang kini sudah penuh dengan berbagai foto hasil jepretan para fotografer. Dari kejauhan, ia melihat Btari yang tampak sibuk berbicara dengan beberapa panitia. Wajahnya terlihat begitu hidup, matanya berbinar saat ia menjelaskan sesuatu dengan penuh semangat.

Barra terdiam sejenak, membiarkan pemandangan itu mengisi pikirannya. Ini pertama kalinya ia melihat Btari seantusias itu. Tidak ada sikap kaku, tidak ada jarak yang biasa ia bangun. Perkataannya dengan Bian tadi pagi kembali terngiang—tentang bagaimana Btari begitu menyukai hal-hal yang membuatnya terlibat langsung dalam kegiatan amal kemanusiaan, karena itu adalah satu-satunya warisan yang mengingatkannya pada orang tua mereka.

Matanya melihat sekeliling, memilih untuk tidak menghampiri Btari yang masih sibuk. Ia memilih untuk memeriksa email yang masuk lewat ponselnya untuk kemudian segera diteruskan ke Dika. Tadi ia izin pulang lebih cepat dari biasanya kepada Ryan dan Dika, karena pekerjaannya masih bisa dilanjutkan ketika sampai di rumah.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk. Nama Nadea muncul.

Kamu menghindar dr aku, ya? Kenapa gak angkat teleponnya.

Barra sengaja tidak menerima panggilan dan membalas pesan Nadea sejak kemarin. Selain karena ada Bian, selama di rumah juga Barra malas membuka ponselnya kalau bukan untuk urusan pekerjaannya.

"Barra, ya? Suaminya Btari." Tiba ada yang datang menyapa Barra. Pesan dari Nadea lagi-lagi tidak ia balas. Ia memilih untuk balas menyapa perempuan yang diperkirakan Barra rekan Btari.

"Iya. Maaf, siapa ya? Saya lupa beberapa temannya Btari." Barra tersenyum tipis.

"Alexa. Yang kemarin bareng Btari di Malang." Jawab Alexa ramah.

"Ooh iya. Pantes kayaknya nggak asing sama kamu."

"Mau jemput Btari, ya? Samperin aja, Bar. Dia kalau lagi kerja suka lupa waktu."

Barra mengangguk. "Iya. Nggak apa-apa. Saya tunggu aja. Dia juga lagi sibuk banget." Ujar Barra.

"Oke deh. Saya duluan, ya." Alexa kemudian pergi meninggalkan Barra yang memilih menunggu Barra di sudut ruangan.

Melihat Btari yang masih sibuk, pikiran Barra tertuju pada obrolannya dan Bian tadi pagi. Saat mereka sedang menikmati teh dan kue di teras rumah pagi tadi. Bian bercerita banyak tentang sisi lain dari Btari. Tentang perubahan gadis itu menjadi lebih pendiam, kurang ekspresif dan rasa kesepian yang mendominasi sebagian besar perjalanan hidupnya.

Btari berjalan mendekati Barra. Lelaki itu tampak menatapnya dengan begitu seksama. “Barra? Ngapain kamu di sini?”

Barra tersenyum tipis. "Jemput istri sendiri dong?” Barra menaikkan sebelah alisnya, senyum menggoda di wajahnya.

Btari mendengus, lalu kembali fokus pada panitia yang tiba-tiba menghampirinya untuk membahas rundown acara. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Mengapa akhir-akhir ini suami sementaranya ini begitu sering menjemputnya?

Setelah beberapa menit, akhirnya diskusi selesai. Btari mengemasi barang-barangnya dengan cepat, berusaha tidak menghiraukan Barra yang masih berdiri di dekatnya.

“Tadi siang aku nggak sempat nemenin kamu ke bandara untuk mengantarkan Bang Bian dan Kak Dilara.” Ujar Barra tiba-tiba.

Btari berhenti sejenak, tapi tidak menoleh. “Nggak masalah, Bar. Bang Bian juga ngerti kok. Lagian dia juga pulangnya mendadak begitu." Jawab Btari tenang.

“Tapi tetap nggak enak rasanya. Abangmu kesini, akunya malah sibuk kerja.”

Btari menoleh kali ini, menatap Barra dengan tenang. Setenang caranya bicara dan bersikap. ”Nggak masalah, Bar. Lagian terlalu dekat dengan Abangku juga nggak begitu baik. Jangan tiba-tiba lupa sama perjanjian kita, ya."

Barra menatapnya dalam. “Masih seserius itu ya dengan perjanjian itu?" Tanya Barra ingin tahu.

Btari mengangguk. "Iyalah. Benar yang kamu bilang dulu. Akan lebih susah kalau kamu atau aku terlalu dekat dengan keluarga kita. Bagaimana pun hubungan kita hanya sementara."

Barra mengepal tangannya. Namun ia berusaha menahan emosi. Sekarang ia semakin tidak menyukai ketika Btari mengungkit masalah hubungan kerja sama mereka itu.

“Ayo pulang,” ujar Barra. “Aku udah janji ke Bian kalau bakal jagain kamu."

Btari menghela napas, lalu berjalan menuju mobil tanpa berkata apa-apa. Namun pikirannya merasa aneh karena wajah Bian terlihat menahan marah.

"Kayaknya lagi ada masalah sama pacarnya deh." Pikir Btari yang berjalan di belakang Barra.

Selama perjalanan mereka masih bertahan dalam diam. Barra yang semakin terusik dengan sikap dan bicara Btari yang terdengar biasa saja ketika mengungkit perjanjian mereka, sementara Btari tampak tenang dan tidak mengetahui bahwa Barra merasa jengkel padanya.

Sesekali Barra memandang Btari yang kini sedang menatap luar jendela. Siapa sangka di balik wajah tenangnya itu, ternyata gadis itu menyimpan duka yang begitu membekas. Ia tidak mengira gadis yang ia kenal sejak SMA ini ternyata harus melewati masa-masa sulit itu sendirian. Sosok tenang dan ambisius itu hanyalah caranya mengalihkan pikiran.

"Btari," Panggil Barra memecah hening.

Btari menoleh. Ia tidak menjawab namun sorot matanya menyiratkan bahwa ia siap mendengarkan pembicaraan Barra.

"Aku minta maaf." Kata Barra pelan.

"Udah lewat, Bar. Nggak usah terlalu dipikirkan." Sahut Btari santai. Matanya kembali fokus ke luar jendela.

Barra mengernyit. "Loh, emang kamu udah tahu aku mau minta maaf kenapa?" Tanya Barra heran.

Btari mengubah cara duduknya. Kini ia menatap Barra dengan seksama. "Kamu pasti dengar cerita menyedihkan tentang aku dari Bang Bian, kan?" Tanyanya.

"Dari mana kamu tahu?" Tanya Barra bingung.

"Sorot mata kamu ketika menatapku menjelaskan itu semua, Bar." Jawab Btari. "Jujur... Aku kurang suka itu. Lebih baik kamu ajak aku berantem daripada kami menatapku dengan rasa kasihan seperti itu."

Barra lalu menepikan mobilnya. Ia mengalihkan fokusnya pada Btari yang kini menatapnya dengan sorot...benci.

"Aku nggak bermaksud bersikap seperti itu sama kamu. Semuanya muncul tiba-tiba saat aku mendengar itu dari abang kamu. Semua alasan atas sikap kamu selama ini, jujur itu membuatku merasa bersalah karena sudah memperlakukan kamu dengan buruk."

Btari menghela napasnya. "Jangan mengasihani aku, Bar. Aku nggak suka. Kita jalani saja semuanya sesuai dengan perjanjian. Hidupku tidak semenyedihkan itu sehingga harus kamu kasihani." Ujar Btari dengan nada datar. Namun wajahnya memerah membuat Barra sadar bahwa ia mungkin sudah membuat Btari emosi.

"Aku hanya ingin kamu tahu, Bi, disini kamu masih punya aku, mama papa dan keluarga yang lain. Aku tidak ingin kamu merasa kesepian seperti yang selama ini kamu rasakan. Kehilangan orang tua dan keluarga di usia muda itu tidaklah mudah. Tapi kamu nggak bisa terus-terus menutup diri seperti itu."

"Jangan mengungkit itu, Bar. Jangan menatapku seperti itu."

"Bi-"

"Stop, Albarra! Jangan melewati batas yang sudah kita tetapkan. Anggap saja aku adalah Btari yang kamu kenal saat sekolah. Btari yang menyebalkan, sok idealis, ambisius atau apapun itu. Jangan merasa kasihan padaku karena aku bisa saja pergi dari hidupmu jika sampai kamu terus-terusan memperlakukanku begini."

"Oke. Oke, aku minta maaf atas sikapku yang membuatmu emosi. Maaf atas kelancanganku." Kata Barra mencoba meredam emosi Btari. Ia tidak ingin sikapnya membuat Btari keluar dari mobil dan menghindarinya. "Sekarang kita langsung pulang, ya."

Btari menghela napasnya. Ia kembali menatap keluar jendela. Sementara Barra berusaha mengenyahkan perasaannya pada Btari.

"Kamu bisa mengandalkanku, Bi. Aku hanya tidak ingin kamu kesepian, karena sekarang kamu punya aku." Guman Barra dalam hati.

1
ummilia1180
Maya dan raka lagi
kalea rizuky
pasti bara uda tidur bareng kan ma nadea ih menjijikkan
kalea rizuky
kapok q gk kasian tuh ma pebinor goblok kayak lu
Yusria Mumba
sakit hari kan
Maria Indriyana
kok pinter banget bikin cerita ya Thor.... bagus bangettt
Edelweis Namira: Makasih, Kak
total 1 replies
Indra wijaya
bagus seru ceritanya gak bikin bosen... apa ak ada ektra part nya thor
Ana Susana
❤️❤️
Yayuk Bunda Idza
panggil suaminya gak konsisten, kadang mas... sering nama, menurut q panggil nama aja untuk suami itu kurang sopan
Edelweis Namira: Maaf kak, typo aku nya. Kalau dr awal emang sengaja pake nama. Kesepakatan berdua sih itu. kan nikahnya juga krn ada 'tujuan' lain pada awalnya
total 1 replies
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Yoyoh Rokayah
lanjut
Erni Zahra76
lanjut thor
stnk
bahasa nya Ok.. sejauh ini...
citra marwah
masih ada typo...harus nya bara bukan Raka...dan harus nya Btari bukan maya....lagi nama nya knpa hrus btari knpa gak bintang aja
Indra wijaya
yah di bikin penasaran lagi semoga author up nya cepet yah😁😁
Popo Hanipo
ketimbang wanita manja aku lebih suka karakter wanita yang tegas wkkk kecuali kalo sudah punya suami manjanya cuma depan suami tp juga lihat dulu modelan suaminya wkkk
Popo Hanipo
baru baca ceritanya menarik dan bahasanya dan tulisanya enak di baca
Widya Herida
lanjutkan Thor
Yoyoh Rokayah
lanjut
Widya Herida
beri kebahagiaan untuk btari dan bara Thor
dan buat nadea masuk dalam penjara
Erni Zahra76
beri kbahagiaan utk.btari dan barra thor...jgn biarkan nadea merajalela
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!