Irgi beralih menatap Humaira.
Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.
Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.
Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Isi Hati Seorang Istri
Setelah Irgi pergi untuk menemui sahabatnya di Studio, Humaira kembali pada aktifitasnya seperti biasa-mengurus pekerjaan rumah yang tidak sedikit dan tentunya menguras banyak energi.
Tubuh Humaira sebenarnya letih, selama menginap di rumah sang Ibu, ia juga mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah tangga di sana. Tidak ada yang menyuruh namun ia sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang anak pertama, apa lagi waktu itu ibunya sedang sakit.
Langit pukul sebelas siang nampak semakin terang, membiaskan cahaya yang panas dan terik yang menyengat.
Humaira memasukkan pakaian kotor ke dalam tabung mesin cuci lalu menuang detergent cair serta pelembut pakaian pada tray mesin cuci. Mode pencucian diatur seperti biasa. Mesin pun melakukan pencucian secara otomatis.
Sambil menunggu mesin cuci beroprasi, Humaira berdiri di sisi dapur. Ia menyalakan kompor lalu mulai memanaskan kembali bistik daging yang dibawakan oleh Ibunya.
Mata Humaira menatap gumpalan daging yang menyatu dengan bumbu serta lemak, mulai mencair di wajan. Hatinya tiba-tiba membeku. Ucapan Ibunya beberapa jam lalu di dapur kecil itu, terngiang kembali.
"Maira, sekarang itu lagi musim yang namanya Pelakor! Kamu harus hati-hati! Apa lagi suami Kamu ganteng,"
Gadis dua puluh dua tahun itu menarik nafas yang cukup berat mengingat beberapa potong kalimat yang disampaikan sang Ibu.
"Kamu harus bisa nyenengin suami Kamu, semua kebutuhannya harus kamu penuhi! Lahir dan batinnya. Supaya dia gak nakal di luar."
Ibunya benar. Ada satu sisi hatinya yang mulai merasa tidak rela bila ada perempuan lain di hati Irgi. Dia tidak mau bila sang suami mencari kesenangan di luar rumah.
Kebahagian suami adalah tanggung jawabnya!
Humaira pernah mengikuti sebuah kajian online bertajuk 'Membangun Rumah Tangga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. Dalam kajian itu, Ustadzah yang mengisi kajian tersebut menyampaikan bahwa berbakti pada suami dengan tulus dan ikhlas akan mendatangkan banyak pahala.
Beliau juga mengatakan bahwa, istri yang berinisiatif lebih dulu untuk melakulan hubungan badan dengan suami, berpotensi meraup banyak pahala yang nilainya setara dengan dua ratus kali ibadah Haji dan Umrah.
Dengan kebutuhan batin yang saling terpenuhi antara suami dan istri, hubungan rumah tangga akan semakin harmonis. Ikatan emosional semakin lekat dan bisa mencegah dari perbuatan zina di luar.
Humaira ingat semua poin yang di bahas pada kajian itu. Dia menyimpan file videonya di drive ponsel.
Namun Humaira masih bingung harus bersikap seperti apa pada Irgi.
Dia mematikan kompor lalu larut lagi dalam pikirannya sendiri.
Irgi memang menunjukkan perubahan sikap yang lebih hangat dan romantis. Malam itu, saat sang suami mendekapnya dalam pelukan, hati kecil Humaira sudah bertekad untuk melakukan apa pun agar suaminya bisa bahagia, termasuk melayaninya di ranjang.
Otak Humaira tiba-tiba menjadi rumit seperti benang kusut.
Bagaimana caranya dia harus memulai?
Apakah sebaiknya menunggu Irgi beraksi?
"Aaah..." Humaira mendesah pelan.
Ia mengambil piring bersih dari rak lalu membawanya ke meja makan. Dia harus segara mengisi perut lebih dulu, karena badannya terasa sangat lemas.
Humaira menyendok satu centong nasi putih hangat ke dalam piring, di sebelahnya ia tambahkan empat iris daging bistik beserta bumbu hitamnya yang lekoh. Agar lebih segar dan ada sensasi pedas, ia menambahkan asinan acar cabai bawang dari dalam toples kaca.
Setiap suapan makanan yang masuk ke mulutnya, satu momen juga melintas di kepalanya.
Satu sendok, ia mengingat kejadian di kabin Bianglala malam itu. Irgi begitu emosi ketika dirinya membicarakan tentang Ibrahim. Laki-laki itu sangat marah ketika dirinya terus memuji sifat baik Ibrahim.
Irgi mungkin cemburu, batinnya dalam hati.
Kunyahan dalam mulutnya lamban dan tidak berselera. Padahal masakan Ibunya sangat lezat seperti biasanya.
Suapan ke-dua, Humaira terkenang saat tangan Irgi sigap membantunya turun dari kabin bianglala di pasar malam. Tapi yang membuatnya merinding adalah, Irgi menggenggam tangannya dan memberikan sentuhan hangat di sana.
Di sini, Irgi mulai menginginkannya, gumam Humaira sambil mengunyah pelan isi mulutnya.
Humaira lalu memejamkan mata pada suapan ke-tiganya. Ia teringat ketika Sang suami meminta dirinya untuk tidur di atas, tepat di sebelahnya dan menautkan tangannya dengan mesra. Jantung Humaira kembali berdebar-debar mengingat malam itu.
Dan pada suapan yang ke-empat, ia kembali memejamkan mata, bayangan wajah Suaminya yang tampan, hidung mancungnya, bibirnya yang kemerahan. Seketika tubuh Humaira meremang mengingat dekapan tubuh sang suami yang hangat malam itu. Dia merindukan aroma tubuh Irgi.
Humaira meletakkan sendoknya di atas piring.
Puk puk puk
Ia menepuk-nepuk pelan pipinya yang mulai memerah. Dadanya naik turun tidak karuan. Humaira merasa pikirannya begitu mesum dan kotor. Di sisi lain ia paham bahwa itu adalah hal wajar yang dirasakan oleh setiap wanita dewasa yang sudah memiliki suami seperti dirinya.
Yang menjadi masalah adalah, ia dan sang suami belum saling mengakui perasaan mereka masing-masing. Ada kesepakatan yang dulu pernah mereka buat dan kini belum menemui titik terangnya.
Apakah Irgi benar-benar menginginkannya?
Atau Humaira hanya besar kepala?
...----------------...
...TERIMAKASIH READERS, SUDAH BACA KARYA INI 🤗🙏...
.......
.......
...JANGAN LUPA FAVORITKAN CERITA INI YA ❤️...
...BERI PENILAIAN JUGA 🌟...
...VOTE, LIKE, KOMEN 👍...
...HADIAHNYA JUGA BOLEH 😁🙏...