NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Saingan

"Yuk, ajak Danan sama Choki juga biar rame," ujar Romeo sambil memantulkan bola basketnya ke tanah.

"Setuju! Gue chat mereka sekarang," sahut Dika sambil sibuk mengetik di ponselnya.

Di belakang, Tina berjalan santai dengan Momo di gendongannya. Hanan, yang selalu bawel, langsung melirik ke arah Tina. "Eh, Tin, kucing lo tuh cewek atau cowok sih?"

"Cowok," jawab Tina singkat, masih asyik mengelus Momo.

"Cowok? Wah, berarti Momo bakal jadi cowok tangguh dong kayak gue!" Hanan membusungkan dadanya, membuat Tina terkikik geli.

"Kagak, kayak lo mah bawel," balas Tina cepat, membuat Romeo dan Dika yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak.

"Eh, Tin, kalau Momo bisa main basket, dia bakal lebih hebat dari Romeo nggak, ya?" goda Hanan lagi sambil melirik Romeo.

Romeo mendengus, tapi sambil tersenyum. "Yaelah, Han. Kucing aja lo bandingin sama gue? Jangan-jangan Momo lebih pinter dari lo," balasnya santai.

Tina tertawa kecil sambil memeluk Momo erat-erat. "Momo sih udah pasti lebih pinter. Nggak perlu banyak omong kayak kalian," katanya.

Dika, yang akhirnya selesai menghubungi Danan dan Choki, menoleh ke mereka. "Danan sama Choki udah otw. Kayaknya mereka juga bakal ikut bawa tim hore."

Romeo mengangguk, matanya melirik Tina yang masih sibuk dengan Momo. "Tina, jangan lupa ya, tim hore utama itu lo. Kalau nggak ada lo, nggak seru."

Tina hanya tersenyum kecil, lalu mengangkat Momo sedikit ke udara. "Oke, gue dan Momo bakal jadi supporter terbaik. Tapi inget ya, kalau kalah, traktir es krim!"

Hanan langsung mengacungkan jempolnya. "Deal! Tapi yang kalah cuma Romeo aja ya. Gue nggak mau rugi!"

"Momo cuma kucing, Tin," sela Romeo sambil tersenyum tipis, matanya melirik ke arah Momo yang nyaman di pelukan Tina.

Tina menatap Romeo dengan alis terangkat, seolah menantangnya. "Dan lo cuma manusia, Ro. Jadi apa bedanya?" balas Tina, nada suaranya penuh candaan.

Dika yang mendengar itu langsung tertawa keras. "Wah, Romeo kena mental! Skor 1-0 buat Tina dan Momo!"

"Eh, eh, jangan underestimate Momo!" tambah Hanan sambil berpura-pura serius. "Gue yakin, kalau Momo dikasih bola basket kecil, dia bisa slam dunk lebih jago daripada kita semua."

"Seriusan, Han? Slam dunk?" Romeo menggeleng pelan, tapi ada senyum di sudut bibirnya. "Kucing gue aja, Mimi, nggak segila itu."

Tina tertawa sambil mengelus kepala Momo. "Tuh kan, Momo emang spesial. Dia nggak cuma kucing biasa."

"Apa-apaan sih? Gue lagi disindir semua di sini?" Romeo menepuk dahinya, pura-pura kesal, tapi matanya tetap tertuju pada Tina.

"Udah, udah," potong Dika sambil mendorong punggung Romeo ke arah lapangan. "Momo cuma kucing, dan Romeo cuma manusia. Jadi kita lihat aja siapa yang lebih hebat di lapangan."

Tina tersenyum penuh kemenangan. "Kita lihat aja, Ro. Mungkin nanti Momo bakal jadi coach buat lo."

Semua tertawa lagi, sementara Romeo hanya menggeleng pasrah. "Ini kenapa Momo jadi  saingan gue sih?"

"Mending Lo ajarin Tina juga, biar ada saingan."

"Kan udah di ajarin dribble." kata Romeo mereka sekarang di tengah lapangan.

"Gak bisa masukin bola," ucap Tina pada Romeo.

"Ah gampang biar gue ajarin."

Romeo mendekat ke Tina, mengambil bola basket dari tangannya dengan mudah. "Oke, perhatiin ya, Tin. Gini caranya," katanya, sambil memantulkan bola dengan santai.

Tina menatap skeptis. "Udah tahu cara dribble, Ro. Masalahnya, masukin bola ke ring itu nggak semudah kelihatannya."

Romeo tersenyum, mengangkat alisnya dengan percaya diri. "Makanya ada gue. Lo cuma perlu percaya, oke?"

Hanan dan Dika duduk di pinggir lapangan, menonton sambil memakan snack. "Wah, ini drama romantis live ya?" bisik Hanan pada Dika, yang langsung mengangguk setuju.

Romeo berdiri di belakang Tina, memegang bola bersamanya. "Oke, angkat tangan lo, posisikan bola di depan dada. Terus fokus ke ring."

"Jaraknya jauh banget, Ro," keluh Tina.

"Makanya jangan lihat jaraknya, fokus aja sama targetnya," balas Romeo dengan nada sabar. "Gue bantu, oke?"

Dengan lembut, Romeo membantu Tina mengarahkan bola. "Sekarang lempar, pelan tapi pasti."

Tina mengikuti instruksi Romeo, melempar bola dengan bantuan dorongan dari tangan Romeo. Bola melayang ke arah ring... dan masuk!

"WOAAH! Masuk!" teriak Tina dengan penuh semangat, melompat kegirangan.

"Yoi, itu hasil teamwork," jawab Romeo sambil tersenyum bangga.

Hanan bertepuk tangan dengan dramatis. "Romeo, coach of the year. Tina, rising star di lapangan."

Tina memutar tubuh, menunjuk Romeo dengan jari telunjuknya. "Lo harus sering ngajarin gue. Tapi jangan sombong ya!"

Romeo tertawa, mengacak rambut Tina. "Siap, bakal gue ajarin sampai lo jago."

Setelah momen sukses itu, Dika mendekat dengan senyum menggoda. "Wih, Ro, lo bakal buka sekolah basket khusus buat Tina, nih?" godanya sambil merebut bola dari tangan Romeo.

Romeo menggeleng, tersenyum tipis. "Enggak, gue cuma ngajarin dasar-dasarnya aja. Lagian, dia butuh latihan lebih banyak kalau mau lawan gue."

Tina mendengus, menatap Romeo dengan pandangan menantang. "Oh, gitu ya? Oke, gue tantang lo. Kalau gue bisa masukin bola lagi dua kali berturut-turut, lo traktir gue es krim!"

Dika dan Hanan langsung bersorak riuh. "Wah, seru nih! Taruhan!"

Romeo melipat tangan di dada, memandang Tina dengan alis terangkat. "Oke, deal. Tapi kalau lo gagal, lo yang harus traktir gue sama mereka," katanya sambil menunjuk Dika dan Hanan.

Tina mengangguk percaya diri. "Deal!"

Tina mengambil bola, mencoba meniru gerakan yang diajarkan Romeo tadi. Namun, lemparan pertamanya meleset jauh dari ring.

Dika langsung tertawa keras. "Waduh, Tin, itu lemparannya kayak ngirim surat cinta, melambung terlalu tinggi!"

Tina cemberut, menatap Romeo dengan raut kesal. "Lo nggak bantu gue, sih!"

Romeo mendekat lagi, mengambil bola dan mengembalikannya ke Tina. "Oke, fokus, Tin. Jangan mikirin mereka, lihat ke ring aja. Ingat, santai tapi presisi."

Dengan sungguh-sungguh, Tina mencoba lagi. Lemparannya kali ini hampir masuk, tapi bola hanya memantul di tepi ring.

Hanan bersiul. "Hampir, Tin, hampir!"

Tina mendesah. "Susah banget, sih!"

Romeo mengangkat bahu. "Gue bilang juga kan butuh latihan." Dia mengambil bola dan menunjukkannya lagi. "Ayo, sekali lagi. Gue yakin lo bisa."

Dengan penuh tekad, Tina melempar bola untuk ketiga kalinya. Dan kali ini, bola meluncur sempurna ke dalam ring.

"Masuk!" teriak Tina, melompat kegirangan lagi.

Hanan dan Dika bertepuk tangan sambil bersorak, sementara Romeo tersenyum puas. "Oke, oke, gue akui. Lo punya potensi."

Tina memandang Romeo sambil tersenyum lebar. "Siap-siap traktir es krim, Romeo!"

Romeo menggeleng pelan, tapi akhirnya tersenyum. "Baiklah, lo menang kali ini. Tapi jangan senang dulu, latihan belum selesai."

"Apa? Latihan lagi?" protes Tina.

"Ya dong. Kan lo mau jadi saingan gue," jawab Romeo sambil melempar bola ke arah Tina lagi.

Di sisi lain, Hanan dan Dika sudah duduk santai, tertawa sambil menonton mereka. "Ini pasangan apa pelatih dan murid, sih?" gumam Dika sambil menggigit snack-nya lagi.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!