Ariana seorang artis papan atas dan multitalenta, terpaksa harus mengakhiri karirnya karena skandal. Ia menghabiskan waktunya di rumah dengan membaca novel, salah satu novel kesukaannya berjudul "Love for Stella" dimana pemeran utamanya adalah Stella yang akan menikah dengan putra mahkota dan berakhir bahagia. Tapi tidak untuk Roselia si pemeran figuran yang mencuri perhatian Ariana, Roselia mendapatkan kebencian dari semua orang karena dia adalah putri seorang penjahat, dia memiliki akhir kematian mengenaskan ditangan putra mahkota.
"Oh tuhan, tolong Roselia! Jika aku jadi Roselia, aku akan menjadi kuat dan bertahan hidup! Aku tidak akan baik pada orang-orang yang menindasku!"
Malam itu Ariana mendapatkan kunjungan dari kekasihnya, mereka berdebat dan tak sengaja dia terjatuh dari balkon dan saat terbangun menjadi sosok Roselia, di dalam novel itu dan di perebutkan oleh empat orang pria tampan didalam novel itu.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Proses perbaikan PUEBI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Salah paham pengawal
...🍁🍁🍁...
"Akh....cepat lepaskan ini yang mulia!"
"Sabar lah, apa kau tidak lihat aku sedang berusaha?!"
"Akhh...sakit! Jangan cepat-cepat! Kubilang pelan kan!" hardik Roselia dengan suara keras.
"Sedikit lagi...tunggu...ugh."
Ketika suara Roselia Michael terdengar keras sampai keluar ruangan yang tidak kedap suara itu, beberapa pengawal didepan sana terkekeh sendiri. Mereka mulai berpikir yang macam-macam dan otak mereka tentunya jadi traveling begitu mendengar suara-suara yang dianggap aneh itu.
"Astaga... aku tidak menyangka bahwa yang mulia yang terlihat beku bisa seperti ini," kata seorang pengawal sambil terkekeh pelan dan berbisik-bisik dengan pengawal lainnya.
"Apa yang mulia benar-benar jatuh cinta?"
"Haha... sepertinya begitu. Telah terjadi perjuangan keras didalam sana, Jangan sampai kita mengganggu kesenangan yang mulia putra mahkota."
"Benar, yang ada kepala kita yang nantinya akan menjadi taruhannya."
"Tapi bukankah yang mulia putra mahkota terlalu ganas? Yang mulia putri mahkota sampai menjerit-jerit seperti itu?"
"Hey...menjerit itu karena puas, wanita kan memang begitu. Artinya yang mulia putra mahkota kita memang hebat dalam urusan ranjang!" kata seorang pengawal yang membuat ketiga temannya tertawa kecil.
*****
Setelah cukup lama memisahkan rambut dari kancing baju Michael, akhirnya Roselia berhasil melepaskan dirinya. "Kau lihat ini? Kancingku menjadi korban!" Michael protes karena dua kancing bajunya menjadi korban dan terlepas, karena rambut Roselia.
"Itu kan hanya kancing, kenapa kau sangat mempermasalahkannya? Bukankah yang mulia di adalah calon penguasa negeri ini, apakah yang mulia tidak punya baju lain?"
"Hey! Tutup mulutmu itu! Apa kau tidak sadar bahwa kau yang berbuat ulah dan kau berani bicara?" hardik Michael kesal.
"Kenapa kau selalu berteriak-teriak? Bisakah kau bicara dengan nada yang pelan? Mana ada wanita yang akan menyukaimu, jika sikapmu saja seperti ini." komentar Roselia seraya menasehati pria itu untuk menurunkan ada bicaranya yang selalu tinggi.
Pertama kali bertemu sampai sekarang, Michael selalu berbicara dengan nada tinggi dan sinis kepadanya. Nada bicaranya ini menunjukkan keangkuhan pada dirinya. Roselia tidak peduli, tapi dia hanya sedikit menasehati pria itu untuk bersikap lebih baik setidaknya dalam hal berbicara kepada orang lain.
"Oh kau tenang saja putri mahkota, aku juga tidak berniat untuk memikat wanita dan aku benci wanita!" tunjuk Michael pada wajah gadis itu.
'Huh? Kau benci wanita? Ingin sekali aku melempar novel yang kubaca tentangnya, sekarang saja dia bilang dia benci wanita tapi-- saat dia jatuh cinta pada Stella, segalanya dia lakukan untuk wanita itu. Benci? Hah omong kosong'
Sepasang netra saling menatap satu sama lain, satunya menatap tidak suka dan satunya lagi menatap tak percaya. "Kenapa? Apa kau tidak percaya dengan apa yang kuucapkan?" tanya Michael begitu melihat netra Rosalia menatapnya dengan begitu tajam dan tidak percaya.
"Benar, aku tidak percaya bahwa kau benci wanita karena--"
"Karena apa?"
"Sudahlah! Tanpa perlu aku mengatakannya kau juga akan tahu sendiri dan kau akan merasakannya. Kalau begitu aku pergi dulu, aku harus bersiap-siap untuk pertunangan kita."
"Ah ya baiklah, kau ingat kan apa yang harus kau lakukan nanti di pesta?"
"Tenang saja! Aku bisa berakting dengan baik dan aku tidak akan mengecewakanmu, kau juga harus tepati janjimu!" tegasnya pada Michael. "Karena aku tidak suka ada pengkhianatan." imbuhnya lagi dengan helaan nafas panjang.
Mendengar ucapan Roselia, dia teringat beberapa saat yang lalu di dekat taman istananya. Saat gadis itu membela adik tirinya dan mengatakan hal yang merujuk pada pengkhianatan. Sebenarnya Michael sangat ingin bertanya, apa yang membuat rosellia berkata seperti itu. Tapi dia tidak mau disangka peduli dan ingin tau tentang Roselia. Terserah wanita itu mau bagaimana pun juga, toh mereka hanya terikat dengan pertulangan kontrak bukan tunangan sungguhan. Bahkan jauh dari kata perasaan. Jadi untuk apa dia peduli pada urusan Roselia.
"Siapa orang didunia ini yang tidak benci dengan yang namanya penghianatan? Kalau ada, katakanlah padaku!" ucapnya dengan senyuman sini seperti biasa, tapi sekarang Roselia juga mulai terbiasa dengan melihat senyuman itu.
Awalnya memang mungkin senyuman itu amat menyeramkan, tapi sekarang sudah biasa saja.
"Kalau misalkan orang itu ada, kau mau bagaimana?"
"Tidak mau bagaimana, tapi aku hanya ingin mengatakan padanya bahwa dia adalah manusia yang sangat bodoh! Terlebih lagi ketika orang yang menghianatinya itu adalah orang terdekat dengannya dan ia masih memaafkan orang itu. Sungguh benar-benar bodoh, bukan?"
Roselia tersenyum tipis mendengar ucapan Michael tentang penghianatan dan orang terdekat. Roselia tau benar, danau Roselia membaca keseluruhan isi novel tersebut selama berkali-kali. Ia ingat benar bahwa ada bagian di mana Michael terluka karena penghianatan ayahnya kepada ibunya, tapi sang Ibu masih mau bertahan dengan ayahnya meski telah dikhianati berkali-kali.
Sebenarnya, sindiran itu adalah untuk dirinya sendiri. Sebab dia tidak percaya Cinta adalah karena penghianatan ayahnya yang begitu dalam. Tapi itulah seorang raja, dia tidak hanya bisa mencintai satu orang, cintanya pasti akan terbagi. Kepada ibunya, istrinya, wanita lain, atau mungkin juga kepada rakyatnya. Raja, mungkin tidak ditakdirkan untuk setia di dalam kamusnya.
"Yang mulia, orang seperti itu tidaklah bodoh tapi dia hanya terlalu polos. Tidak semua orang yang kita sayangi mengkhianati kita, kadang hanya kita saja yang tidak bisa melihat ketulusan di dalam hati seseorang. Jadi jangan pernah salahkan kata cinta untuk semua yang telah terjadi, jangan juga menyalakan hati karena memiliki perasaan. Ingatlah, bahwa kita tidak pernah tahu kepada siapa kita akan jatuh hati dan karena siapa hati kita akan terluka, intinya yang paling penting adalah bagaimana caranya untuk menjaga hati kita bukan menguncinya!"
Michael terhenyak mendengar ucapan panjang lebar dari Roselia, entah kenapa dia merasa tidak senang dengan perkataan Roselia. Keningnya berkerut dan matanya memicing menatap gadis itu.
"Ya sudah yang mulia, Aku harus pergi ke istana Dahlia." Kali ini gadis itu benar-benar pamit, tangannya sudah memegang gagang pintu ruangan itu.
Namun suara Michael membuatnya kembali menoleh ke belakang."Tunggu! Kau jangan lupa, kau harus bicara formal padaku!"
"Oh baiklah, aku paham... maksudku saya paham," Roselia hampir lupa bahwa Michael adalah seorang putra mahkota dan calon pewaris tahta, seharusnya dia bersikap formal kepadanya dan bukan berbicara seperti seorang teman.
Gadis itu pun pergi keluar dari ruangan Michael. Alangkah kagetnya dia begitu melihat ke empat pengawal yang tadinya berdiri tegap di sana, kini terlihat sedang memperhatikannya.
"AKHHH!"
Oh astaga! Kenapa mereka semua menatapku seperti itu? Mata yang penuh dengan rasa penasaran?
Mendengar teriakan Roselia di luar ruangan, membuat Michael menyusulnya ke luar. "Ada apa?" tanyanya dengan suara dingin seperti biasa. Begitu melihat Michael, sontak saja keempat pengawal itu kembali ke tempat mereka masing-masing dan berdiri tegap, seolah tidak terjadi apa-apa di sana.
"Kau kenapa sayangku?" tanya Michael dengan nada manja kepada Roselia.
Roselia balas tersenyum manis pada Michael dengan mata tajam melihat pria itu. Dia kagum pada akting Michael.
Astaga! Dia langsung bersikap manis dalam sekejap mata, aktingnya boleh juga.
"Aku tidak apa-apa sayang, tadi aku hanya terkejut saja. Kalau begitu aku pergi dulu sayang," ucap Roselia dengan suara mendayu-dayu.
Sayang...blee...sungguh menjijikkan.
Di luar mengucap sayang tapi di dalam jijik. Tapi para pengawal itu malah tersenyum senang dengan kedekatan Roselia dan Michael.
Waktu pun berlalu, malam itu Roselia dan Michael sama-sama sudah bersiap untuk pergi ke aula istana dan mengadakan pesta pertunangan mereka. Namun tentunya hal ini tak mudah bagi Roselia, sebelumnya dia menerima pelatihan dari Pierre dan guru tata Krama untuk menghadapi pertunangan ini.
Ketika Roselia sedang berdandan bersama Doris dan Stella, tiba-tiba saja Derrick masuk ke dalam ruangan itu dan meminta semua orang keluar dari sana.
"Kakak? Apa yang kakak lakukan disini? Harusnya kakak berada bersama tuan Pierre bukan?" tanya Roselia retoris dengan nada tegas.
*Mau apa dia kemari*?
Derrick menatap Roselia dengan tatapan yang sulit diartikan, dia kemudian mendekat kepada gadis yang mengenakan gaun berwarna merah itu. Menatap kedua matanya dengan dalam.
*Tidak, aku tidak mau kau bertunangan dengan putra mahkota*. Batin Derrick perih.
"Kak..."
Derrick tiba-tiba menarik Roselia ke dalam dekapannya.
...\*\*\*\*\*...
**Aku lanjutkan lagi kalau komen banyak** 😘😘