"Sudah sedari dulu, aku memang hanya pemuas nafsu di ranjang mu, jadi jangan meminta lebih untuk menikahiku, karna aku tak ingin berurusan dengan istrimu!"
Itulah kalimat yang sering keluar dari mulut gadis cantik bernama Diana, ia ikhlas menjadi selir dari seorang Mafia berdarah dingin padahal keduanya sudah menjalin cinta sedari masih duduk di bangku SMA.
Lalu apa alasan yang membuat Diana bisa menjadi simpanan dari pria yang amat mencintainya itu?
Mampukah ia bertahan dengan hubungan yang selalu disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SCSM 27
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Diana yang masih lemas usai pemakaman terus di temanin oleh Amel di kamarnya, sedangkan Adam dan ketiga temannya memilih mengobrol di teras depan rumah kontrakan Diana.
"Bapaknya Dee, kemana?" bisik Ardi.
Adam yang baru sadar mengedarkan pandangannya mencari sosok pria paruh baya yang sedari tadi nampak santai, tak ada gurat sedih di wajah suami yang baru saja di tinggal meninggal istrinya itu.
"Kemana ya? gue tuh takut ninggalin Dee berdua sama bapaknya" ucap Adam yang sontak membuat ketiga temannya menatap Adam sedikit penuh selidik karna teman mereka itu tak pernah bercerita apapun tentang keluarga kekasihnya.
"Emang kenapa?" tanya Akram.
"Gue gak percaya, takut!" lirih Adam.
.
.
Hari beranjak semakin malam, Tahlilan pertama pun sudah selesai satu jam lalu karna tak banyak yang datang, gemercik hujan sedari Maghrib memang membuat siapapun enggan keluar dari rumah.
"Dee, makan ya" rayu Adam pada Diana yang bersandar lemah di ruang tengah.
"Aku suapin ya, nanti kamu sakit"
Diana tetap menggeleng, satu persatu kerabat dan tetangga sudah berpamitan untuk pulang, hanya tersisa tiga orang pemuda yang akan mengaji hingga Subuh menjelang nanti.
***
Adam bergeliat di balik sarung yang menutupi tubuh tingginya, ia merenggangkan otot yang terasa begitu nyeri karna harus tidur beralaskan tikar dan satu bantal.
"Dee, sayang" panggil Adam sambil mengetuk pintu kamar kekasihnya yang tertutup rapat.
Diana yang masih meringkuk akhirnya bangun dan membuka pintu, matanya masih sembab dan merah pertanda ia tak tidur karna menangis semalam.
"Aku pulang dulu ya, mau ganti baju. Kamu mau sarapan apa biar aku bawakan"
"Aku gak pengen apa-apa, terimakasih sudah ada bersamaku selama ini" ucap Diana lirih, air matanya kini kembali turun saat ia membayangkan jika tak ada Adam bersamanya.
"Aku akan selalu ada untukmu, aku pamit ya"
Diana melepas kepergian Adam dengan perasaan tak ikhlas, belum puas rasanya ia menangis dalam pelukan pemuda yang sedari kemarin siang tak melepas genggamannya.
Pandangannya beralih pada bapak yang baru saja pulang entah darimana, tak ada niatan sedikitpun untuk Diana bertanya pada sosok pria yang sudah dua kali di tinggal meninggal oleh istrinya itu.
"Ibumu sudah tidak ada, siapa yang akan bekerja nanti" sentak Bapak kesal memikirkan hari-harinya kedepan sekedar untuk makan atau mungkin untuk modal berjudi.
"Apa bapak pantas bertanya seperti itu padaku? kedua ibuku meninggal karna lelah bekerja, sedangkan bapak justru melakukan hal haram setiap waktu, kenapa bukan bapak aja sih yang mati!" jerit Diana kesal dengan tangis kembali pecah.
Plaaakk..
Tamparan cukup keras mendarat di pipi Diana, wajahnya langsung merah karna amarahnya semakin memuncak.
Rasa kesalnya yang tertahan bagai keluar begitu saja saat ia tadi menjerit, tak perduli ada beberapa pasang mata yang melihat keduanya bertengkar. Bahkan ada tetangganya yang datang mendekat tapi Diana mencegahnya, ia tak ingin orang lain ikut dalam amukan bapak.
"Kurang ajar! anak tak tahu diri" bentakan bapak begitu menggema ke seisi ruang tengah, pria paru baya itu tak kalah menaikan nada bicaranya.
"Berani berkata seperti itu pada bapakmu mu sendiri!"
"Bapak gak pantas disebut Bapak, karna bapak gak pernah berguna untuk kami".
Diana lari menuju kamarnya, ia mengunci pintu bercat coklat itu dengan rapat sambil duduk berjongkok dibawahnya.
Ia menangis tersedu-sedu menumpahkan rasa kecewa dan sakit hatinya.
.
.
.
.
Dee pengen ikut mama sama ibu...