Kinara, seorang gadis berusia 24 tahun, baru saja kehilangan segalanya, rumah, keluarga, dan masa depan yang ia impikan. Diusir ibu tiri setelah ayahnya meninggal, Kinara terpaksa tinggal di panti asuhan sampai akhirnya ia harus pergi karena usia. Tanpa tempat tujuan dan tanpa keluarga, ia hanya berharap bisa menemukan kontrakan kecil untuk memulai hidup baru. Namun takdir memberinya kejutan paling tak terduga.
Di sebuah perumahan elit, Kinara tanpa sengaja menolong seorang bocah yang sedang dibully. Bocah itu menangis histeris, tiba-tiba memanggilnya “Mommy”, dan menuduhnya hendak membuangnya, hingga warga sekitar salah paham dan menekan Kinara untuk mengakui sang anak. Terpojok, Kinara terpaksa menyetujui permintaan bocah itu, Aska, putra satu-satunya dari seorang CEO muda ternama, Arman Pramudya.
Akankah, Kinara setuju dengan permainan Aksa menjadikannya ibu tiri atau Kinara akan menolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Perjalanan pulang terasa panjang. Tidak ada yang bicara, kecuali sesekali suara napas Arman yang terdengar berat dan teratur. Kinara duduk diam, mencoba mengatur dirinya, sementara Rudi sesekali melirik lewat kaca spion untuk memastikan tidak ada keributan lanjutan.
Mobil berhenti perlahan di halaman megah rumah keluarga Pramudya. Begitu pintu mobil dibuka, suara kecil langsung meluncur bagaikan roket.
“Mommy!”
Aksa berlari keluar dari pintu depan rumah, seolah sudah menunggu sejak subuh. Tubuh kecilnya menghantam kaki Kinara dengan pelukan erat.
Kinara hampir tersedak udara.
“Hey, pelan, Nak. Mommy belum turun sepenuhnya...”
Aksa mendongak dengan mata berbinar-binar.
“Mommy beneran nikah sama Daddy? Mommy nggak bohong? Mommy nggak pergi lagi?”
Kinara menelan ludah.
“Ya-ya. Mommy di sini kok.”
Anak itu menjerit kegirangan, memeluk lagi, kali ini lebih erat. Para pelayan yang berbaris menyambut kedatangan tuan rumah terbelalak begitu melihat buku nikah di tangan Kinara. Mereka saling berbisik, bahkan ada yang tak bisa menutup mulut saking terkejut.
“Jadi … benar-benar menikah…”
“Istri baru Tuan Arman?”
“Masih muda sekali…”
“Cantik juga … pasti demi uang.”
“Kenapa mendadak begini?”
Rudi menelan tawa kecil melihat reaksi itu.
Sementara Arman hanya berkata dingin, “Aksa, minggir. Daddy mau turun.”
Anak itu langsung patuh, menyingkir.
Sikapnya berubah cepat seperti lampu yang dipadamkan. Ada sesuatu di antara mereka sesuatu yang membuat Aksa sangat takut ketika ayahnya berbicara dengan nada tertentu. Kinara memperhatikan itu, dadanya sedikit sesak.
Arman turun dari mobil dengan bantuan Rudi. Tanpa berkata lagi, ia langsung masuk ke dalam, roda kursinya bergerak melewati karpet panjang menuju ruang keluarga.
Aksa menarik tangan Kinara.
“Mommy, ayo! Daddy pasti mau ngomong sesuatu!”
Mereka masuk bersama, Arman berhenti di depan tangga besar. Tatapannya jatuh pada Kinara, tajam, seperti sedang menilai karakter seseorang sampai ke tulang terdalam.
“Mulai hari ini, kamu tinggal di sini,” katanya datar. “Dan sebagai pengingat ... pernikahan ini hanya kontrak.”
Kinara mengangguk pelan.
“Tapi aku harus tegaskan satu hal.”
Tatapan Arman turun ke arah Aksa yang menyandarkan kepala pada lengan Kinara.
“Mulai sekarang, kamu adalah pengasuhnya.”
Kinara langsung melotot.
“Pengasuh?”
Arman mendesis kecil, jelas tak suka nada tidak patuh.
“Ya, pengasuh. Kamu bertugas...”
Kinara menepis kata-katanya.
“Tidak, saya istri Anda. Ibu tiri Aksa dan bukan pengasuh.”
Arman berkedip, sedikit kaget dengan keberanian itu. Bahkan para pelayan sampai menunduk dalam saking tegangnya udara mendadak membeku.
Kinara mengangkat dagu.
“Kalau saya sudah menikah, saya punya hak untuk mencintai Aksa dengan cara saya. Mau Anda sebut apapun, saya tetap ibunya sekarang.”
Aksa menghentikan napas, Rudi membeku.
Pelayan menahan diri agar tidak menjatuhkan nampan. Arman menatap Kinara lama sangat lama, sorot matanya gelap dan sulit ditebak.
Akhirnya ia menghela napas.
“Lakukan sesukamu. Asal tidak melewati batas.”
Kinara mengerutkan kening.
“Batas?”
Arman mendekat beberapa sentimeter, cukup dekat untuk membuat Kinara merinding.
“Batas bahwa ini hanya pernikahan kontrak. Jangan berharap lebih. Jangan menyentuh kehidupan pribadiku. Dan…” tatapannya turun ke kursi roda, dingin, menusuk dirinya sendiri, “jangan pernah merasa kasihan.”
Kinara terdiam, tak punya jawaban. Arman mengalihkan tatapan. Rudi mendorongnya perlahan menuju lantai atas. Tapi sebelum ia naik tangga, suara kecil memecah keheningan.
“Mommy…”
Aksa menarik baju Kinara, menatap dengan mata berbinar penuh harapan.
“Mulai hari ini … Mommy tinggal sama Aksa beneran?”
Kinara tersenyum, meski hatinya campur aduk, ia mengusap kepala bocah itu.
“Iya, sayang. Mommy tinggal di sini.”
Aksa bersorak pelan, memeluk Kinara sekali lagi. “Aksa sayang Mommy!”
Dan dari kejauhan, Arman berhenti memutar rodanya. Tak ada yang melihat wajahnya berubah sedikit. Seperti ada garis halus dari masa lalunya yang retak.
minta balikan lagi sama Arman
nanti pasti Aksa yg di jadikan alat
dasarrrr orang 🤣🤣