Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Siapa Kau Sebenarnya?
Sesosok tubuh tinggi berdiri di depannya, membelakanginya. Rambut hitam yang agak panjang bergoyang tertiup angin. Postur tubuh yang tegap dan gagah. Tangan kanannya terangkat, menangkap tinjuan wanita tua itu dengan mudah, seolah menangkap bola yang dilempar anak kecil.
Sosok itu adalah Wang Chen.
Tetapi ini bukan Wang Chen yang bodoh dan gila yang selama ini ia kenal. Aura yang memancar dari tubuh Wang Chen sangat kuat, sangat berbeda. Bahkan lebih kuat dari aura ketiga tetua pengkhianat itu digabungkan.
"Apa?!" wanita tua itu menatap dengan horor. "Siapa kau?!"
Wang Chen tidak menjawab. Dengan gerakan yang sangat cepat, ia memutar lengan wanita tua itu dan melemparnya menjauh.
Wanita tua itu terlempar puluhan meter, tubuhnya melayang di udara sebelum jatuh dengan keras ke tanah.
Ketiga tetua pengkhianat itu langsung berhenti menyerang anggota kelompok yang lain yang memang sudah pada oingsan. Kini fokus pada Wang Chen. Mereka merasakan bahaya yang sangat besar dari sosok ini.
"Siapa kau?" tanya Tetua Mo dengan suara yang bergetar sedikit. "Kenapa ada kultivator sekuat ini di antara murid-murid?"
Wang Chen perlahan berbalik. Dan untuk pertama kalinya, Souw Liancu bisa melihat wajahnya dengan jelas dalam kondisi seperti ini.
Wajah itu sama, tetapi ekspresinya sangat berbeda. Tidak ada lagi tatapan kosong dan bodoh. Sebaliknya, mata itu memancarkan cahaya kecerdasan yang luar biasa, tatapan yang tajam dan penuh dengan kekuatan.
Dan yang paling mengejutkan, ada aura pembunuh yang sangat kuat yang memancar dari tubuhnya. Aura seseorang yang telah membunuh banyak orang, yang telah melewati banyak pertarungan hidup dan mati.
"Kalian..." kata Wang Chen dengan suara yang dalam dan penuh otoritas, sangat berbeda dari suara bodoh yang biasa ia keluarkan. "Kalian telah membuat kesalahan yang sangat fatal."
Dan kemudian, pertarungan yang sebenarnya dimulai.
***
Wang Chen berdiri tegak di depan Souw Liancu, membelakangi gadis itu. Aura yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga membuat udara di sekitarnya bergetar. Ketiga tetua pengkhianat yang tadinya sangat percaya diri sekarang menatapnya dengan wajah yang mulai menunjukkan kekhawatiran.
"Siapa sebenarnya kau?" tanya Tetua Mo lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Tidak mungkin ada murid di Perguruan Tangan Sakti yang memiliki kultivasi setinggi ini!"
Wang Chen tidak menjawab. Ia hanya berdiri di sana dengan tenang, tetapi setiap orang bisa merasakan bahaya yang luar biasa dari ketenangan itu.
Tetua kurus dengan mata tajam, yang bernama Tetua Ying, berbisik kepada kedua rekannya. "Ini berbahaya. Kita harus menyerangnya bersama-sama. Jangan ada yang menyerang sendirian."
Ketiga tetua itu mengangguk dan mulai mengambil formasi. Mereka berdiri membentuk segitiga, mengepung Wang Chen dari tiga arah. Aura kultivasi tahap pembentukan inti dari ketiganya meledak keluar sekaligus, menciptakan tekanan yang sangat berat.
Souw Liancu yang masih berdiri di belakang Wang Chen merasakan tekanan itu dan hampir tidak bisa bernapas. Ia melihat anggota kelompok yang lain, termasuk Tung Balang, sudah tergeletak pingsan di tanah karena tidak kuat menahan tekanan aura yang begitu kuat.
Hanya Souw Liancu yang masih sadar, mungkin karena ia dilindungi oleh aura Wang Chen yang menghalangi sebagian besar tekanan itu.
"Serang!" teriak Tetua Mo.
Ketiga tetua itu menyerang secara bersamaan dari tiga arah berbeda.
Tetua Mo melancarkan jurus andalannya, "Tangan Naga Hitam"! Kedua tangannya diselimuti energi spiritual berwarna hitam pekat yang membentuk seperti kepala naga. Naga hitam itu meraung dan melesat menuju Wang Chen dengan kecepatan luar biasa, mulutnya terbuka lebar seolah ingin menelan Wang Chen bulat-bulat.
Dari arah lain, Tetua Ying melancarkan "Cakar Elang Mematikan"! Jemari tangannya yang kurus memanjang, kukunya yang tajam berkilauan dengan cahaya keperakan. Ia menyerang dari atas, cakarannya membidik titik-titik vital di punggung Wang Chen. Setiap gerakan cakarannya meninggalkan jejak energi spiritual di udara yang terlihat seperti cakar elang raksasa.
Wanita tua berambut putih, Tetua Bai, melancarkan "Kabut Racun Seribu Ular"! Dari tangannya keluar kabut ungu gelap yang bergerak seperti ular-ular kecil, menyebar dengan cepat menuju Wang Chen dari arah samping. Kabut itu sangat berbahaya, bahkan menghirupnya sedikit saja bisa melumpuhkan kultivator tahap pembentukan pondasi.
Tiga serangan mematikan dari tiga arah berbeda, diluncurkan oleh tiga kultivator tahap pembentukan inti. Ini adalah serangan yang bisa membunuh bahkan kultivator tahap pembentukan inti level lima.
Tetapi Wang Chen tetap berdiri tenang.
Ketika ketiga serangan itu hampir sampai, hanya sejarak satu meter dari tubuhnya, Wang Chen bergerak.
Gerakannya sangat sederhana, hampir tidak terlihat seperti jurus kultivasi yang rumit. Ia hanya mengangkat tangan kanannya dan menepuk ke arah Naga Hitam yang datang dari depan.
Tepukan itu terlihat sangat pelan, seperti tepukan untuk mengusir nyamuk. Tetapi ketika telapak tangannya menyentuh kepala Naga Hitam yang terbuat dari energi spiritual, terjadi sesuatu yang menakjubkan.
Naga Hitam itu langsung hancur berkeping-keping, pecah menjadi partikel-partikel energi yang tersebar ke segala arah. Bukan hanya itu, gelombang kekuatan dari tepukan Wang Chen terus bergerak maju, melewati sisa-sisa Naga Hitam, dan menghantam Tetua Mo yang berada di belakangnya.
"Tidak mungkin!" teriak Tetua Mo sambil mencoba bertahan dengan mengumpulkan semua energi spiritualnya di depan dadanya sebagai perisai.
Tetapi gelombang kekuatan dari tepukan Wang Chen menembus perisainya seperti kertas. BRAK! Tetua Mo terlempar ke belakang, tubuhnya melayang puluhan meter sebelum jatuh dengan keras ke tanah. Ia memuntahkan darah segar, dadanya terasa remuk.
Sementara itu, Cakar Elang Mematikan dari Tetua Ying sudah hampir sampai di punggung Wang Chen. Tetapi tanpa menoleh, Wang Chen mengayunkan tangan kirinya ke belakang dengan gerakan yang sangat santai.
Tangan kirinya bertemu dengan cakar Tetua Ying di udara. Terdengar suara benturan logam yang keras, seolah dua pedang baja bertabrakan.
Tetua Ying merasakan seluruh tubuhnya bergetar. Kekuatan dari ayunan tangan Wang Chen yang terlihat santai itu ternyata sangat dahsyat. Tulang-tulang di lengannya retak, meridian-meridiannya terguncang.
"Apa kekuatan ini?!" teriaknya dengan tidak percaya.
Wang Chen kemudian menarik tangan Tetua Ying dengan cepat, membuatnya kehilangan keseimbangan. Dengan gerakan yang sangat halus, Wang Chen memutar tubuhnya dan melempar Tetua Ying ke arah Tetua Bai yang sedang melancarkan Kabut Racun Seribu Ular.
Tetua Ying terlempar dengan kecepatan luar biasa, tubuhnya menabrak Tetua Bai sebelum wanita tua itu bisa menghindar. Kedua tetua itu jatuh bergulingan ke tanah.
Wang Chen kemudian menatap kabut racun ungu yang masih bergerak menuju ke arahnya. Ia menarik napas dalam-dalam, dadanya mengembang, kemudian ia menghembuskan napas dengan kuat.
Hembusan napas itu menciptakan angin kencang yang berputar seperti tornado kecil. Angin itu menyapu kabut racun ungu, membalikkannya ke arah Tetua Bai yang baru saja bangkit berdiri.
"Racunku sendiri?!" Tetua Bai mencoba mengontrol racunnya, tetapi energi spiritual Wang Chen yang menyelimuti kabut racun itu jauh lebih kuat dari kontrolnya. Kabut racun itu menerjang Tetua Bai, menyerangnya dengan kejam.
Tetua Bai berteriak kesakitan saat racunnya sendiri menyerang tubuhnya. Meskipun ia memiliki antibodi terhadap sebagian besar racunnya, konsentrasi racun yang begitu kuat dan diperkuat oleh energi Wang Chen tetap melukai tubuhnya.
Ketiga tetua itu sekarang tergeletak di tanah, terluka dan terengah-engah. Mereka menatap Wang Chen dengan mata yang dipenuhi ketakutan dan ketidakpercayaan.
"Siapa... siapa kau sebenarnya?" tanya Tetua Mo dengan suara parau sambil berusaha berdiri