Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peka di keheningan
"Aku nggak nyalahin kamu, Laras! Tapi setidaknya tahu situasi, Hera masih belum pulih betul dari depresinya, banyak pikiran sedikit, dia bisa langsung pingsan." Malam itu, Hasbi masuk ke dalam kamar mereka, Laras yang sedang memakai skincare rutin tak bergeming ditempatnya.
Tidak ada emosi di wajah Laras, tapi raut kecewa sangat tergambar apik diwajah Hasbi.
"Kamu tahu? Hera harus di rawat beberapa hari di rumah sakit, nanti kalau kamu sempat, jenguk dia...jangan lupa minta maaf." dengan enteng Hasbi memerintah.
Laras meletakkan cream malamnya, perempuan itu berbalik menatap Hasbi tajam.
"Tujuan awal kita bawa Hera kesini untuk apa sih? Kalau kamu tau betul dengan kondisinya yang kurang waras, ngapain maksa dia tinggal disini? Lihat kan! Belum apa-apa dia sudah nggak bisa diandalkan, baru datang sudah bikin susah, pakai acara di rawat segala.. Aku minta kamu cari pengasuh! Bukan buat nambahin beban!" Mata Hasbi membulat akibat ucapan Laras, dia tentu tidak menyangka, istri yang biasanya patuh, berani membantah perkataannya.
"Ada apa denganmu, Laras? Kenapa tiba-tiba jadi sangat perhitungan?" marah Hasbi, biji mata itu seperti hampir keluar dari rongganya.
Laras tak gentar, langkahnya terayun mendekat, lebih merapat pada Hasbi. "Perhitungan kamu bilang?" Tanya itu terdengar sinis.
"Bu-bukan begitu maksud ku," Hasbi terbata, matanya yang mendelik tajam, kini memancarkan sorot lembut, tangannya berusaha meraih tangan Laras, tapi selalu di tepis.
Laras, memalingkan wajah, menatap jendela. Diluar, langit malam tampak gelap, seperti perasaannya saat ini, kosong tapi penuh kabut. "Kalau kamu begitu khawatir sama dia, ngapain pulang?"
Hasbi makin gelagapan. "Laras, kamu salah paham, aku cuma nggak mau kamu merasa bersalah nantinya kalau tahu Hera di rawat karena kata-kata yang kamu ucapkan."
Laras menyeringai dihadapan Hasbi, "Aku nggak akan ngerasa bersalah, apa yang ku omongin fakta,"
Hasbi geleng-geleng kepala. "Aku makin nggak ngerti sama sikapmu, Laras." tuturnya dengan nada kecewa.
"Ucapanmu benar, kamu memang nggak pernah ngerti aku. Sekarang aku mau tidur, lebih baik kamu keluar, aku sedang tidak ingin di ganggu." pungkas Laras.
"Naila dan Cantika rewel dibawah, Ibu kewalahan masak kamu malah mau tidur?" Hampir seharian ini Hasbi dibikin sakit kepala dengan perubahan sikap Laras, hari yang diharapkan akan begitu bahagia berubah kelabu, berjalan tak sesuai harapannya.
Laras masa bodoh, dia berjalan santai menaiki tempat tidur dan mulai menutupi setengah tubuhnya dengan selimut, "Sebelum keluar, tolong matikan lampu." katanya mengakhiri perdebatan. Hasbi tak langsung merespon, ia berdiri cukup lama di tempatnya, mungkin laki-laki itu sedang mencerna setiap kejadian yang membuat Laras berubah seperti orang lain.
*******
Suara tangis saling bersahutan memenuhi runggunya, saat Hasbi menginjakkan kakinya di lantai bawah.
Naila dan Cantika sedang rewel, entah kenapa? Sedangkan Nur terlihat berusaha membujuk Naila dan Cantika dibantu seorang pelayan.
"Hasbi, mana Laras? Dia tidak ikut turun?" paruh baya itu segera mencecar anaknya. Wajahnya tampak lelah, matanya mencari-cari sosok Laras.
"Dia juga rewel, Bu. Tambah pusing kepalaku." Jawab Hasbi berjalan mendekati dua putrinya.
"Mereka rewel ingin main sama Laras, istrimu sejak pagi nggak pernah pegang mereka." kening Hasbi mengernyit.
"Maksud Ibu, Laras menolak main sama mereka?" informasi ini mengejutkan Hasbi.
"Hasbi, Apa kalian bertengkar? Ibu merasa, Latas sangat berbeda. Tidak hanya dengan anak-anak, dia bahkan tidak menyiapkan keperluan ibu seperti biasanya."
Lipatan di kening Hasbi semakin banyak, ternyata perubahan Laras dirasakan semua orang.
"Mungkin dia sedang datang bulan, makanya sensitif. Besok aku coba bicara sama Laras." jawab Hasbi, dia sendiri sedang mencari dugaan yang masuk akal.
"Apa Laras,.... "
"Aku harus kembali ke rumah sakit, mengantar pakaian ganti Hera, minta Bibi bawa anak-anak ke kamarnya, ibu jagain sebisanya, aku akan segera pulang."
Ucapan Nur, dipotong begitu saja oleh Hasbi, pria itu buru-buru masuk ke kamar tamu untuk mengambil pakaian Hera.
Sejak tadi telfon genggamnya terus berbunyi, Hera tak berhenti menghubunginya menanyakan kapan Hasbi kembali ke rumah sakit menemaninya.
Nur tersenyum miris, melihat punggung Hasbi yang menghilang di balik pintu. "Ibu hanya takut kamu akan kehilangan orang yang benar-benar mencintaimu, meskipun Laras tak bicara apapun, melihat cara pandangnya padamu yang berbeda, sepertinya dia tahu sesuatu."
######
Yay masih bisa up hari ini teman-teman...
Padahal tadi author lagi sibuk pake banget..
Jangan lupa suport nya ya...