NovelToon NovelToon
Bintangku 2

Bintangku 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Cintapertama / Keluarga / Cintamanis
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

sambungan season 1,
Bintang kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya, tiba-tiba omanya berubah. ia menentang hubungannya dengan Bio

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bio yang Menghilang

Pagi datang tanpa belas kasihan.

Matahari belum naik sepenuhnya, tapi Bintang sudah terjaga… atau lebih tepatnya, ia tidak pernah benar-benar tidur. Ia hanya memejam sesaat sebelum kembali bangun karena ponsel yang tidak bergetar-getar juga.

Ia meraih ponsel itu lagi, membuka layar dengan harapan bodoh.

Tidak ada pesan masuk.

Tidak ada balasan dari Bio.

Ponsel itu seperti benda paling menyakitkan di dunia.

Bintang menutup wajahnya dengan bantal, menahan suara isak yang ingin pecah. Ia bahkan tidak tahu kapan terakhir kali ia menangis sebanyak ini. Ada rasa takut berkembang di dalam dadanya—takut kehilangan Bio. Takut Bio percaya bahwa ia tidak cukup penting untuk Bintang.

Padahal kenyataannya…

Bio adalah satu-satunya laki-laki yang ia tunggu selama sepuluh tahun.

Ketukan keras terdengar dari pintu kamarnya.

“Bintang! Sarapan!” seru Oma dari luar. Nada suaranya tegas, seperti tidak terjadi pertengkaran apa pun semalam.

Bintang tidak bergerak.

“Sebentar, Oma,” jawabnya pelan.

Ia menyeret tubuhnya keluar dari kamar beberapa menit kemudian. Rambutnya tergerai acak, matanya merah bengkak. Ia tidak peduli. Tidak ada tenaga untuk peduli.

Oma merapikan kotak perhiasan kecil di meja makan, seakan-akan semuanya normal.

“Kamu kelihatan lelah,” komentar Oma tanpa benar-benar menatapnya.

Bintang duduk perlahan. “Aku nggak tidur.”

“Karena Bio?” tanya Oma dingin.

Bintang memejamkan mata sejenak. “Oma bisa berhenti bahas Bio?”

Rosmawati akhirnya menatap Bintang, sorot matanya menilai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Kamu tidak bisa berantakan hanya karena laki-laki tidak membalas pesanmu.”

“Tapi dia bukan laki-laki biasa,” jawab Bintang pelan. “Dia pacarku.”

“Kemarin malam dia membuktikan bahwa dia tidak cocok untukmu,” balas Oma, tanpa jeda. “Kalau sedikit masalah saja membuat dia menjauh, bagaimana dia akan menghadapi hidup bersamamu?”

Bintang hampir membuka mulut untuk membalas—tapi ponselnya bergetar di tangan.

Sekejap jantungnya melonjak.

Bio?

Dengan tergesa ia melihat layar.

Bukan Bio.

Yeni, mama Bio.

Pesannya singkat:

Bintang, Bio tidak pulang semalam.

Ponsel hampir terjatuh dari tangan Bintang.

“Ada apa?” tanya Oma yang melihat wajah cucunya mendadak pucat.

“Bio…” suara Bintang tercekat, “Bio nggak pulang.”

Oma hanya mengerucutkan bibir. “Dia sudah dewasa. Mungkin dia butuh waktu sendiri.”

“Tapi dia nggak pernah seperti ini,” balas Bintang panik. “Aku… aku harus cari dia.”

“Tidak.” Oma menaruh sendok dengan keras di meja. “Kamu tidak pergi mengejar laki-laki yang bahkan tidak menghargai kamu.”

Bintang menatap Oma dengan mata merah dan marah.

“Bio selalu menghargai aku. Dia cuma terluka.”

“Kamu membela dia bahkan sekarang?” tanya Oma dingin.

“Aku sayang dia,” jawab Bintang, tanpa menutupi apa pun lagi.

Oma menghela napas. Lama. Berat. Lalu ia berkata:

“Kamu akan bertemu Rafka sore ini. Oma tidak menerima penolakan.”

Bintang membeku.

“Oma…” suaranya pecah. “Jangan paksa aku ketemu orang lain ketika pacarku bahkan nggak tau aku masih nunggu dia.”

Rosmawati berdiri, merapikan blazernya dengan elegan.

“Cinta boleh, tapi masa depan harus realistis. Ingat itu.”

Bintang ingin berteriak.

Ingin mengatakan bahwa cinta tidak sesederhana itu. Bahwa masa depan yang Oma inginkan bukan masa depan yang ia mau.

Tapi sebelum ia menemukan katanya, Oma sudah pergi. Bintang menutup matanya kecewa, kenapa Omanya jadi bersikap seperti ini pada hubungan dia dengan Bio.

Pintu tertutup pelan.

Dan Bintang kembali sendiri di ruang makan yang terasa terlalu besar dan terlalu dingin.

Ia langsung menekan nomor Bio.

Masih tidak aktif.

Chat tidak dibaca.

Dada Bintang semakin sesak, seakan-akan udara menolak masuk.

Lalu ia mengambil tasnya, berdiri, dan menatap pintu keluar rumah.

“Aku harus ketemu Bio,” gumamnya, lebih pada dirinya sendiri.

Karena hanya satu hal yang ia tahu sekarang:

Ia tidak akan membiarkan Oma atau siapa pun memutuskan hubungan mereka. Tidak setelah semua yang sudah mereka lewati.

Dengan langkah gontai namun penuh tekad, Bintang keluar dari rumah—meskipun ia tidak tahu Bio ada di mana, atau apakah Bio masih ingin ditemui.

Yang ia tahu hanyalah…

Ia tidak akan menyerah.

Tidak pada Bio.

Tidak malam ini.

Tidak besok.

Tidak pernah.

Kalau kamu ingin, aku bisa lanjutkan:

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!