NovelToon NovelToon
ANASTASIA

ANASTASIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Kelahiran kembali menjadi kuat / Time Travel / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Lady Anastasia Zylph, seorang gadis muda yang dulu polos dan mudah dipercaya, bangkit kembali dari kematian yang direncanakan oleh saudaranya sendiri. Dengan kekuatan magis kehidupan yang baru muncul, Anastasia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya yang jahat dan memulai hidup sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#15

Salju malam itu bukan turun melainkan jatuh, seperti bulu-bulu raksasa yang kehilangan arah. Angin mengiris melewati menara tertinggi wilayah perbatasan utara, menciptakan suara melolong yang menyerupai makhluk purba tengah merintih. Namun di ruang rapat tertutup Duke Silas, suasananya tidak kalah mencekam.

Peta kerajaan terbentang lebar di meja batu hitam. Lilin-lilin bersumbu panjang bergetar, cahayanya memantul pada wajah Aloric yang dingin seperti lempengan besi.

Di sampingnya, Anastasia berdiri diam memandang peta itu seolah sedang membaca kisah yang tak ingin ia ingat. “Laporan terakhir?” tanya Aloric, suaranya rendah, nyaris seperti dentuman.

Jenderal Ravon menunduk. “Desas-desus pemberontakan di ibu kota semakin jelas, Tuan Duke. Seperti yang anda curigai… Putra Mahkota tampaknya melibatkan penyihir darah.” Ruangan langsung membeku. Bahkan salju di luar terasa kalah dingin dibandingkan atmosfer yang mendadak berat.

Penyihir darah penyihir terlarang yang menggunakan nyawa manusia untuk memperbesar kekuatan mereka. Dalam sejarah kerajaan, hanya ada beberapa catatan tentang mereka… dan semuanya berakhir dengan kehancuran massal. Aloric menatap tajam Ravon. “Kau yakin?”

Ravon menelan ludah, lalu mengangguk. “Kami menemukan mayat para penjaga istana. Tidak ada luka luar. Tubuh mereka kering seolah disedot… dari dalam.” Suara itu membuat bulu kuduk Anastasia berdiri. Ia tak sadar ia menggenggam ujung mantel bulu yang ia kenakan, jemarinya mengeras.

Aloric melirik sekilas ke arahnya tajam, namun samar ada sesuatu yang lain. Sejenis kekhawatiran yang ia sendiri masih enggan akui. “Keluar,” perintah Aloric akhirnya. Semua orang menunduk dan meninggalkan ruangan—hanya menyisakan dia dan Anastasia.

Pintu berat tertutup. Keheningan menyerbu. Hanya suara salju menyentuh jendela yang terdengar, lirih, seperti napas kota yang kelelahan. Anastasia menghela pelan. “Apakah… itu benar? Putra Mahkota menggunakan sihir terlarang?”

Aloric berjalan ke arah jendela. Bahunya lebar, tubuhnya besar sampai bayangannya saja bisa menutup satu setengah ruangan. Ia menyandarkan satu tangan di ambang jendela batu.

“Sihir darah tidak muncul tanpa kehendak,” jawabnya. “Seseorang sengaja membangunkannya. Dan jika Putra Mahkota benar-benar menggunakannya… berarti ada sesuatu yang jauh lebih gelap bersembunyi dalam istana.” Anastasia menatapnya, pupilnya bergetar.

Dalam hidupnya yang pertama, ia terlalu percaya manusia. Sekarang, ia justru terlalu berhati-hati. Namun melihat Aloric seperti ini dingin tapi tidak buta, keras namun melindungi ia mulai merasakan sesuatu yang ia benci rasakan sebuah Koneksi. “Duke,” Anastasia mendekat perlahan, “apa yang akan terjadi pada rakyat… jika perang saudara benar-benar pecah?”

Aloric menoleh padanya. “Rakyat akan mati. Tentara akan mati. Dan aku…” Ia berhenti sejenak, tatapannya menusuk. “Aku akan dituduh sebagai penyebabnya. Karena aku memegang kekuatan tempur tertinggi. Semua mata akan tertuju padaku.” Anastasia menelan napas. Tentu saja.

Itu rencana sempurna bagi mereka yang ingin menjatuhkan Aloric. Dan mendadak, ia mengerti sesuatu Seseorang ingin dua hal jatuhnya Putra Mahkota… dan hancurnya Duke Silas Aloric. Ia mengerutkan kening. “Duke, bolehkah aku bertanya… siapa tunanganmu yang sebenarnya?” Wajah Aloric berubah kaku, lebih kaku dari biasanya. “Anak Kaisar,” jawabnya pelan.

“Putri Helira?”

“Ya.” Anastasia menatapnya lebih lama. “Apakah dia… terlibat?” Aloric menghela napas. Itu pertama kalinya ia terlihat seperti manusia biasa yang lelah. “Jika aku menuduhnya tanpa bukti, aku membuat diriku sendiri masuk perangkap,” katanya. “Tapi ada hal lain yang lebih penting.”

Ia berhenti. Lalu menatap Anastasia. Lama. Dalam. “Semakin banyak pihak yang mengetahui bahwa kau bisa… menghidupkan kembali…” Suaranya merendah. “Semua ini menjadi jauh lebih berbahaya.” Anastasia terdiam. Ia tahu. Ia tahu sejak pertama kali terang putih muncul dari tangannya di tengah medan perang salju dan membangkitkan Aloric.

Kekuatan hidup kekuatan yang bisa menyembuhkan kematian. Kekuatan yang bisa mengubah jalannya peperangan dan politik. Kekuatan yang akan membuatnya diburu oleh siapa pun yang tahu. Ia menunduk, suaranya lirih. “Aku tidak akan membiarkan mereka menggunakanku.”

Aloric menegang. “Aku pun tidak.” Mata Anastasia membesar sedikit. Itu… pernyataan perlindungan? “Jangan terkejut,” gumam Aloric, “aku hanya menjaga apa yang menjadi tanggung jawabku.”

Nafas Anastasia tersendat sedikit. Ia ingin tertawa sinis karena jawaban lelaki itu begitu dingin namun hatinya justru terasa hangat. “Kau menyebutku… tanggung jawab?” Anastasia menaikkan alis. “Bukan… hutang nyawa?” Aloric menatapnya lagi. Dalam tatapan itu ada sesuatu yang jarang terlihat keraguan kecil yang hampir tidak ada. “Hutang nyawa lebih mudah dilunasi,” katanya pelan.

“Namun kau… tidak semudah itu.” Anastasia terpaku. Sejenak ia lupa bernapas. Aloric sendiri terlihat terkejut setelah mengucapkannya suaranya berubah dingin lagi, tapi matanya tak bisa bohong. Ia baru saja mengakui bahwa Anastasia bukan sekadar beban baginya.

Ketukan keras tiba-tiba mengguncang pintu. “Duke! Anda harus melihat ini!” Ravon masuk dengan napas tersekat membawa gulungan surat kerajaan.

Segel merah darah. Stempel Putra Mahkota. Aloric meraihnya, membukanya. Wajahnya menggelap. “Kerajaan memanggilku kembali ke ibu kota.” Anastasia langsung menegang.

“Untuk apa?” Aloric menatap surat itu seolah ingin menembusnya. “Untuk menghadiri pertemuan besar para bangsawan… juga untuk mempersiapkan pernikahanku dengan Putri Helira.” Ruangan langsung beku. Anastasia merasa sesuatu di dadanya turun, seperti batu jatuh ke dasar laut. Namun ia menahan ekspresinya—menyembunyikan semuanya di balik wajah lembut, sama seperti ia lakukan pada kakaknya di kehidupan lampau.

Aloric memperhatikan perubahan halus itu. Garis tegang di rahangnya mengeras. “Perjalanan kita dimulai tiga hari lagi,” katanya. “Dan Anastasia—kau ikut bersamaku.” Anastasia berkedip. “Kenapa aku?”

“Karena istana jauh lebih berbahaya untukmu daripada salju perbatasan,” jawab Aloric, suaranya rendah dan berat seperti sumpah. “Dan aku tidak berniat membiarkan siapapun menyentuhmu.” Anastasia terdiam. Bukan karena terharu. Bukan pula karena takut. Melainkan karena ia baru sadar sesuatu Di ibu kota… setiap rahasianya bisa terbongkar. Termasuk kemampuannya. Termasuk masa lalunya. Termasuk alasan kenapa ia ingin kabur dari keluarganya. Dan lebih buruk daripada itu

Termasuk perasaan aneh yang mulai tumbuh antara ia dan Duke Aloric Silitu Ia menunduk. Dalam hati, ia bergumam Jika istana adalah neraka… maka aku akan masuk neraka itu dengan caraku sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!