NovelToon NovelToon
Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / CEO / Janda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Itz_zara

Selena tak pernah menyangka hidupnya akan seindah sekaligus serumit ini.

Dulu, Daren adalah kakak iparnya—lelaki pendiam yang selalu menjaga jarak. Tapi sejak suaminya meninggal, hanya Daren yang tetap ada… menjaga dirinya dan Arunika dengan kesabaran yang nyaris tanpa batas.

Cinta itu datang perlahan—bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyembuhkan.
Kini, Selena berdiri di antara kenangan masa lalu dan kebahagiaan baru yang Tuhan hadiahkan lewat seseorang yang dulu tak pernah ia bayangkan akan ia panggil suami.

“Kadang cinta kedua bukan berarti menggantikan, tapi melanjutkan doa yang pernah terhenti di tengah kehilangan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Mengantar Sekolah Arunika

Selena sedang mengajari Daren agar menaruh handuk pada tempatnya. Ia berdiri di depan gantungan kamar mandi, memeragakan gerakan sederhana dengan wajah serius seolah sedang memberikan pelatihan penting.

“Nih, Kak. Handuk dipakai, dijemur, terus digantung di sini. Bukan di kursi, bukan di kasur, apalagi di atas lemari,” ucapnya sambil menatap suaminya tajam namun tetap lucu.

“Gimana, Kak? Ngerti nggak?” tanya Selena sambil menepuk tangannya.

Daren yang duduk di tepi ranjang hanya menaikkan satu alis, lalu menggeleng pelan. “Nggak.”

Jawaban singkat itu membuat Selena refleks menarik napas dalam-dalam. Ia memejamkan mata, menahan diri agar tidak melempar handuk itu ke wajah suaminya. “Kak Daren,” katanya datar, “mau aku buat gepeng sekarang atau nanti malam aja biar hemat tenaga?”

Daren langsung tertawa keras, suaranya menggema di kamar. Ia bangkit, mendekati Selena yang sudah bersedekap dengan ekspresi setengah kesal, setengah gemas.

“Hahaha, bercanda, Sel. Aku ngerti kok, sumpah ngerti. Cuma ya… kadang lupa aja,” ujarnya dengan senyum menawan yang jelas sengaja dipamerkan.

Selena mengerucutkan bibirnya. “Lupa? Kamu tahu nggak, tiap kamu bilang ‘lupa’, handuk kamu tuh kayak punya kaki sendiri. Pindah ke mana-mana. Kadang di kursi makan, kadang di depan TV. Aku heran, itu handuk atau hantu gentayangan.”

Daren tertawa makin keras hingga membuat Arunika yang sedang bermain di ruang tengah ikut menoleh penasaran. “Ayah kenapa ketawa-ketawa?” tanya bocah kecil itu polos.

“Ayah lagi dimarahin Mama,” jawab Daren sambil menatap istrinya penuh cinta.

Selena hanya menghela napas dan akhirnya ikut tertawa kecil. Ia mengambil handuk dari tangannya dan menggantungnya sendiri di tempat yang benar. “Udah ah, sana. Jangan bikin aku ngajar lagi kayak instruktur pelatihan rumah tangga.”

Daren tersenyum, lalu tiba-tiba meraih pinggang Selena dari belakang. “Tapi aku suka kalau kamu ngajarin aku hal-hal kecil gini,” bisiknya lembut di telinga Selena.

“Rasanya kayak… rumah kita tuh selalu hidup. Ada kamu, ada Aru, ada tawa. Dan meskipun aku sering lupa, aku nggak akan pernah lupa satu hal—rumahku ya kamu.”

Selena terdiam sesaat. Wajahnya memanas, pipinya merona. Ia mencoba menepis tangan suaminya, tapi genggaman itu terlalu hangat untuk ditolak.

“Ck, bisa aja,” gumamnya pelan. “Udah sana, gantung handuknya sendiri. Sekalian buktiin kalau omonganmu bukan cuma manis doang.”

Daren tersenyum, menatap Selena dengan pandangan lembut yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. “Siap, Bu Guru Rumah Tangga.”

“Bagus,” jawab Selena dengan senyum tipis, lalu berbalik ke arah dapur. Tapi sebelum sempat melangkah jauh, Daren menambahkan,

“Oh iya, Sel…”

“Apa lagi?”

“Kalau nanti aku lupa lagi, kamu boleh hukum aku kok.”

Selena menoleh, menatapnya tajam. “Hukum?”

Daren mengedip nakal. “Iya, tapi yang romantis aja ya.”

Selena memutar bola matanya, tapi senyum kecil akhirnya lolos juga dari bibirnya. Rumah baru mereka mungkin masih berbau cat, tapi tawa yang mengisi setiap sudutnya sudah membuat tempat itu terasa hidup dan penuh cinta.

---

Pagi itu, udara terasa segar dengan sinar matahari yang mulai menghangatkan halaman rumah. Burung-burung berkicau di pepohonan, seolah ikut menyambut pagi keluarga kecil itu. Daren mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, sementara Selena tampak anggun dengan dress pastel dan tas kerja di tangannya. Arunika berdiri di antara mereka, mengenakan seragam TK lengkap dengan ransel kecil bergambar kelinci dan pita biru di rambutnya.

“Udah siap, Princess?” tanya Daren sambil membungkuk menatap putrinya.

“Siap, Ayah!” jawab Arunika lantang sambil memberi hormat kecil yang membuat Selena terkekeh.

Di dalam mobil, suasana terasa hangat dan penuh tawa. Daren menyetir dengan satu tangan sementara tangan satunya menggenggam jemari Selena di antara kursi. Di kursi belakang, Arunika sibuk bernyanyi lagu anak-anak dengan nada yang kadang meleset, tapi tetap terdengar lucu.

“Wah, suara Aru bagus banget, kayak calon penyanyi terkenal,” puji Daren dari depan.

Arunika tersipu malu. “Iya dong, Ayah. Aru nanti mau nyanyi di panggung sekolah. Mama sama Ayah nonton ya?”

“Tentu dong, sayang,” jawab Selena sambil menoleh ke belakang dan mengusap kepala kecil itu dengan lembut. “Mama nggak akan mau ketinggalan.”

Beberapa menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan gerbang sekolah TK yang penuh warna. Anak-anak lain berlarian riang, sebagian diantar oleh ibu, sebagian oleh ayah, dan beberapa oleh kedua orang tuanya. Arunika turun sambil menggandeng tangan Daren dan Selena di kiri-kanannya.

Sesampainya di gerbang, gadis kecil itu berbalik dan mencium tangan mereka berdua.

“Mama, Ayah, Aru sekolah dulu ya!” katanya dengan mata berbinar.

“Belajar yang rajin ya, Sayang,” ucap Selena dengan lembut.

“Jangan lupa makan siangnya, ya,” tambah Daren sambil mengelus kepala putrinya.

“Iyaaa, Ayah, Mama, Aru janji!” balas Arunika sambil berlari kecil ke arah guru yang menyambutnya. Sebelum masuk, ia sempat melambaikan tangan ke arah mereka—senyum kecil yang begitu tulus dan bahagia.

Selena menatap punggung kecil itu dengan mata berkaca-kaca. “Lihat deh, Kak… dia kelihatan bahagia banget ya,” ucapnya pelan.

Daren merangkul pundak istrinya. “Iya, Sel. Dia bahagia karena akhirnya punya pagi yang lengkap. Ada Ayah, ada Mama, dan ada rumah yang bisa dia sebut tempat pulang.”

Selena tersenyum lembut, menatap Daren dengan mata penuh rasa syukur. “Terima kasih, Kak. Untuk semuanya.”

Daren menatap balik dengan tatapan lembutnya yang khas. “Aku juga harusnya yang bilang terima kasih, Sel. Karena kamu udah buat rumah ini terasa hidup.”

Selena hanya menggeleng kecil, pipinya memanas mendengar kata-kata itu. “Udah, ah. Nanti aku telat ke butik.”

Daren terkekeh pelan. “Baik, Bu Cantik. Ayo, suami siap antar istri tercinta.”

Mereka berjalan kembali ke mobil dengan langkah ringan. Pagi itu mungkin sederhana—hanya mengantar anak ke sekolah dan menuju tempat kerja. Tapi bagi Daren dan Selena, momen kecil seperti itu adalah kebahagiaan yang dulu sempat terasa mustahil. Kini, hidup mereka terasa utuh.

Mobil pun kembali melaju perlahan, meninggalkan halaman sekolah yang ramai, membawa kisah cinta kecil yang tumbuh dari hal-hal sederhana: tawa, kehangatan, dan kebersamaan.

---

Setelah mengantar Arunika ke sekolah, mobil Daren meluncur pelan menuju butik tempat Selena bekerja. Jalanan pagi itu tak terlalu ramai; pepohonan di pinggir jalan berayun lembut diterpa angin, dan aroma kopi dari kafe sekitar sempat menyusup ke dalam mobil yang wangi parfum lembut milik Selena.

Daren sesekali melirik ke arah istrinya di kursi penumpang. Selena sedang sibuk menata isi tasnya—lip balm, dompet, dan buku kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana. Rambutnya diikat setengah, dan sinar matahari yang masuk lewat jendela membuat kulitnya terlihat semakin bersinar alami.

“Cantik banget,” gumam Daren tanpa sadar.

Selena menoleh cepat. “Apa?”

“Nggak, nggak,” elak Daren dengan senyum kecil, tapi matanya tetap menatap jalan dengan ekspresi puas. “Cuma ngomong sendiri aja.”

Selena hanya mendengus pelan sambil menahan senyum. “Kak Daren ini ya, kadang romantisnya suka dadakan.”

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan butik kecil yang tampak ramai dengan pelanggan yang baru datang. Daren memarkirkan mobil dengan rapi, lalu menoleh ke arah Selena yang sudah bersiap turun.

Selena tersenyum, kemudian mencium tangan suaminya dengan lembut—gerakan yang mengingatkan Daren pada kebiasaan Arunika pagi tadi.

“Kak, aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati di jalan,” ucap Selena lembut.

Daren mengangguk, menatapnya penuh perhatian. “Iya. Nanti siang biar aku aja yang jemput Aru.”

Selena cepat menolak. “Eh, nggak usah, Kak. Nanti malah ganggu kerjaan kamu. Biar aku aja yang jemput.”

“Udah, nggak ganggu apa-apa,” sahut Daren santai. “Lagipula, aku juga pengin sekalian jemput kamu. Kita makan siang bareng, ya?”

Selena sempat terdiam, menatap wajah suaminya yang begitu tulus. “Kak Daren ini ya… suka banget bikin aku nggak bisa nolak,” ucapnya pelan sambil tersenyum manis.

“Ya bagus dong. Kan suami yang baik emang harus begitu,” jawab Daren dengan nada menggoda.

Selena tertawa kecil, lalu meraih wajah Daren sebentar untuk mencium pipinya. “Kalau gitu, sampai nanti siang ya, Kak.”

Daren membalas senyum itu, menatapnya penuh kasih. “Iya, Sel. Hati-hati, ya. Jangan kerja terlalu keras.”

Selena mengangguk, lalu turun dari mobil. Ia sempat melambaikan tangan sebelum masuk ke butik. Daren memperhatikan sampai langkah istrinya menghilang di balik pintu kaca. Ada rasa hangat yang menelusup di dadanya—rasa tenang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ia menyalakan mesin mobil kembali, namun sebelum melaju, sempat berbisik kecil sambil tersenyum,

“Punya istri kayak kamu… rasanya dunia ini udah cukup.”

Mobil pun meluncur perlahan meninggalkan area butik, sementara di dalam, Selena berdiri di balik meja kasir, menatap keluar jendela dan tanpa sadar tersenyum—senyum yang sama hangatnya, karena ia tahu seseorang di luar sana sedang memikirkan dirinya.

1
Reni Anjarwani
doubel up thor
Itz_zara: besok lagi ya🙏
total 1 replies
Favmatcha_girl
lanjutkan thor💪
Favmatcha_girl
perhatian sekali bapak satu ini
Favmatcha_girl
lanjutkan 💪
Favmatcha_girl
cemburu bilang, Sel
Favmatcha_girl
ayah able banget ya
Favmatcha_girl
cemburu ya🤭
Favmatcha_girl
pelan-pelan mulai berubah ya
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Itz_zara: besok lagi ya, belum ada draft baru🙏
total 2 replies
Favmatcha_girl
memanfaatkan orang🤭
Favmatcha_girl
Honeymoon Sel
Favmatcha_girl
Dah lama gak liat sunset
Favmatcha_girl
dramatis banget 🤭
Favmatcha_girl
ikutan dong
Favmatcha_girl
ngomong yang keras
Favmatcha_girl
aw terharu juga
Favmatcha_girl
itu mah maunya lo
Favmatcha_girl
Alasan itu
Favmatcha_girl
kenapa yak setiap cowok gitu😌
Favmatcha_girl
Yeyyyy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!