Siapa bilang pria dingin yang telah tumbuh dewasa itu tidak menyimpan rasa pada sang adik angkat, yang jelas-jelas dirinya hanyalah kakak angkat yang kebetulan di rawat oleh keluarga Satuan.
"Siapa suruh kamu begitu menarik, jangan salahkan kakak jika kamu selama ini jadi fantasi kakak, kamu cantik dannnn menarik Sea. " Delane menatap bingkai foto milik Sea.
Tapii, hubungan itu telah membawa keduanya ke jenjang yang seharusnya tidak di lakukan. Apalagi setelah itu mereka terpisah negara dan juga waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. cemburu
"Oke, tapi kalau nanti ada yang tiba-tiba marah ke kakak gimana? " khawatir juga rupanya.
"Kakak jamin, gak ada yang berani bikin wajah kakak babak belur kok, " Ungkapnya percaya diri.
Lagian siapa sih yang berani membuat wajah tampan rupawannya jadi jelek, sungguh mulus sekali perjalanan ketampanan Kai.
"Oke kalau gitu, oh ya Kak. Tadi aku bawa bekal, ini untuk kakak. Tadi niatnya mau ku kasih ke kak Sky tapi teringat kalau kak Sky orangnya jail pasti endingnya ada aja orang yang gak suka dan berbuat ulah. " sedih raut wajahnya.
"Kamu lawan saja cantik, jangan diam. " Kai hendak mengusap pipi Sea, tapi Sea menghindarinya.
Nasehat itu mudah, tapi yang di nasehati gak mudah sebab posisi orang yang di nasehati tidak baik-baik saja, mau melangkah ke depan juga jadi ragu. Apalagi orang-orang tak pernah benar-benar tulus terhadap dirinya, bahkan saat ini saja Sea ragu pada Kai ini.
"Gak punya teman, mau lawan gimana? " mencoba mengalihkan rasa resahnya.
"Kakak temani, bila perlu para pengawal aku datangin gimana? " menawarinya.
Menggeleng pelan. "Gak usah kak dan terimakasih atas tawarannya, " Meletakkan bekal di samping Kai.
Sea turun dari mobil dan menutupnya kembali, tak terasa mengobrol dengan Kai enak juga dari dulu, tapi ya gitu Sea selalu membatasi hal ini sebab ia sadar diri ada kekurangan di wajahnya yang cacat.
"Kak terimakasih. " Ia segera ke area sekolah.
Kai menatap bekal itu.
"Bisa masak kah? " Berbunga-bunga hatinya.
Kini Kai mulai bertanya-tanya, apa ada laki-laki yang pernah ia masakkan makanan mengingat ada Delane juga di rumahnya belum lagi Sky yang jelas-jelas abang kandungnya.
Delane berada di atas motornya menunggu Kai keluar dari mobilnya, Sea ini apa gak lihat ada orang segede gapura di parkiran motor, gak nyapa gak tersenyum apa semacamnya juga enggak, seperti makluk halus tak terlihat.
Senyum Kai sedari tadi keluar dari mobil terus terpancar di wajahnya.
"Tumben senyum-senyum? " Menatapnya lalu beralih ke wadah bekal itu.
Tas bekal itu tak asing di matanya.
"Punya Sea? "
"Iya, gak nyangka ya baru juga jemput dia pagi-pagi udah dapat bekal gini. Gimana kalau tiap hari aku jemput dan ngapel ke rumah nya? "
"Ck, basi, " Delane berlalu pergi.
Tangannya mengepal.
Kai langsung merangkul pundak Delane.
"Baper amat bro, lagian ya kalau kalian ada hubungan rasanya gak mungkin deh. Kamu kan kakaknya dan gak ada perasaan kan? " celotehnya riang.
Sebab beberapa kali Kai memancingnya tak ada pergerakan, jadi ya Kai mengklaim bahwa Delane ini gak ada perasaan sama sekali pada Sea makanya ia berani dengan terang-tetangan mau mengejar Sea secara ugal-ugalan. Kesempatan tidak datang 2 kali makanya di gunakan sebaik mungkin mumpung masih ada waktu dan belum masuk kuliah tahun ini.
Sring.
Sorot mata Delane tajam.
"Jangan macam-macam kamu, Sea itu dari awal sudah di klaim kepemilikannya. "
"Sebelum janur kuning melengkung dan dah di mata agama serta negara. Aku gak peduli seberapa besar halangannya tetap aku jalanin, " Percaya diri.
"Terserah."
"Kita saingan secara sehat, "
Tak bergeming saat Kai mengajukan persyaratan sangan secara sehat, Sea sangat pemilih tak mungkin mau begitu saja dengan mudah meski sudah kenal sejak lahir.
"Ya ampun bro, gitu aja ngambek. "
"Males, awas saja jika kamu berani-berani sentuh dia, "
Dalam hati Kai sih sudah ada niatan, tinggal Sea nya oke atau engga nih.
"Berani kok, udah pegang tangan tadi. " Senangnya dalam hati setelah mengucapkan hal itu. 'Tapi yang pipi gagal, sebab dia menghindari ku. '
Jaman sekarang pergaulan sangat bebas, sebenarnya sama saja sejak dulu bedanya jika sekarang ada media sosial sebagai bukti sedangkan dulu belum secanggih sekarang saja.
Menyingkirkan Kai yang bergelayut seperti monyet.
"Minggir, kamu berat. "
Kai menggerutu.
"Perasaan enggak deh, " Masih menganggap dirinya usia kanak-kanak.
Kini Kai tak sabaran untuk mengantar Sea pulang lagi, orang-orang tak se fanatik penggemar Sky dan Delane di sekolah ini. Hanya dua orang itu yang populer di sekolah, tampan, kaya, pintar dan sama-sama dingin.
Ketika tanpa sengaja lewat depan kelas Sea terjadi kehebohan lagi, Delane tak menanggapinya.
"Waaah si ganteng dan kaya, tolong jadikan aku beban hidupmu Delane. " Mereka saling bersahutan berucap begitu.
Memang ya wanita-wanita jaman sekarang lihat yang bening dan kaya langsung mengklaim beban hidup tanpa malu untuk menggatal.
"Dasar cewek ga tel, hidupnya gitu-gitu doang. " Sea ini tipe cewek pintar tapi culun.
Teman memang tidak punya di SMA ini.
Delane menatap ke arah Sea, cih lagi-lagi ia ingin pelepasan.
"Aku ke toilet. " Liriknya bicara pada Kai.
Gadis-gadis di sekolah ini langsung berhenti mengejar Delane kalau sudah masuk ke toilet, peraturan di Sekolah ini sangatlah ketat, antara laki-laki dan perempuan dilarang masuk toilet masing-masing yang sudah di khusus kan untuk laki-laki dan perempuan sendiri, melanggar siap-siap di denda dan denda nya gak main-main sampai puluhan juta demi mendisiplinkan mereka.
Kai menunggu di luar.
"Cek sange mulu. " Tak bisa di pungkiri Kai juga bukan laki-laki polos di usianya 18 tahun.
Dan kejadian Delane ke toilet bukan sekali dua kali sejak SMP dulu, dasar kecil-kecil suka gituan.
Beberapa menit kemudian barulah Delane keluar.
"Lama amat? "
"Durasi panjang ya harus lama, emangnya punya kamu cepet keluarnya. " Meremehkan.
"Lama lah, kalau bisa nanti istriku yang ngerasain duluan, "
"Yakin masih kamu pertahankan sampai punya istri. Insting ku gak sampai punya istri udah gak perjaka lagi tuh ttit. "
"Emang kamu masih perjaka? " Kini gantian Kai meledeknya.
"Masih lah, buat apa sih melepas harta satu-satunya yang kita punya. Yang ada sesal, dan satu lagi Kai. Seorang laki-laki yang merenggut kesucian wanita yang belum menjadi istrinya dengan memaksanya itu adalah awal kehancuran kehidupan yang sebenarnya, "
"Jadi, kalau antara suka dan suka enggak kan? "
Plak.
Delane memukul kepala Kai, kenapa isi otaknya cetek sekali. Dinasehati bukannya di cetan malah di lepeh gitu aja, nih orang harus sering-sering kena pukulan biar otaknya nyatu dan jernih lagi.
"Aduhh sakit tau. "
"Masih sadar sakit, saat di nasehati kenapa gak sadar sakitnya sebelum di dengarkan dengan baik, " Kesal sekali Delane ini.
Kai ini anak orang kaya dan pintar juga, tapi otaknya sering ketinggalan di rumah.
"Iya iya, cerewet banget kayak mama tiriku. "
"Salah sendiri baper, "
"Gimana gak baper, selalu menasehati ini itu padahal ibu ku sendiri aja pergi gitu aja setelah aku lahir. "
"Terussss? "
"Ya aku mau adu nasib, "
"Kamu salah kalau mau adu nasib denganku. " Delane terdiam.
Ia memang di besarkan dan di didik dengan baik di keluarga Satuan tapi ia bukan keturunan Satuan yang asli, mana bisa ia bahagia atas dirinya sendiri di sini gak bisa yang ada ia harus patuh dan dilarang melanggar peraturan yang sudah ada di kediaman Satuan.
Namanya cari ma ti jadinya kalau berani melanggar, tapi Delane berhak memutuskan pilihannya sendiri maka dari itu ia nekat mengambil keputusan besar untuk berkuliah disana.