Terpaksa Menikahi CEO Bisu

Sepulangnya Aldo dari kampus ia langsung di hadapkan dengan sang papa yang sedari tadi sudah menunggu nya di rumah.

"Aldo, ada hal penting yang harus papa bicarakan padamu," kata papa nya yang kini berdiri di hadapan Aldo.

"Nanti saja pa, aku lelah," jawab Aldo tak kuasa meladeni sang papa.

"Tidak bisa, ini menyangkut kepindahan mu," sang papa yang tak ingin banyak basa-basi segera mengatakan nya.

"Apa? Pindahan? Aku mau di pindahkan ke mana?" Aldo sedikit terkejut dengan pertanyaan sang papa barusan.

"Kau harus pindah ke luar negeri, karena itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan kita," ucap sang papa lagi.

"Jadi demi perusahaan papa memindahkan aku ke luar negeri? Ini bukan pindah pa, tetapi di asingkan! Apakah semua ini perbuatan tuan muda Xavier? Bagaimana bisa ada manusia sekejam itu!" ucap Aldo dengan suara lantang.

"Cukup Aldo, papa tau bagaimana perasaan mu saat ini, tetapi kau lah yang lebih dahulu membuat masalah dengan keluarga Yudistira, ingat lah, perusahaan yang papa miliki saat ini adalah satu-satunya harapan untuk masa depan mu jika itu bangkrut sekarang, kedepannya kau tidak akan punya apapun untuk hidup," sang papa menepuk pundak Aldo setelah mengatakan hal itu ia yang sebenarnya sedih pun segera berlalu pergi.

Aldo masih tak habis pikir dengan keadaan tersebut, dia tidak menyangka kalau Xavier akan melakukan ini kepada nya, namun ia juga menyadari kesalahan yang telah dia lakukan malam itu, keluarga Yudistira benar-benar bukan keluarga yang mudah di hadapi.

Aldo juga memikirkan ucapan sang papa barusan, ia sebenarnya tidak ingin pergi namun dirinya sendiri butuh perusahaan tersebut untuk masa depannya.

Mau tidak mau Aldo pun harus pergi, dia tidak mungkin bisa menolak keputusan papa nya saat ini. Keberangkatan nya mungkin akan terjadi secepat mungkin.

Beberapa hari kemudian ...

Kini tibalah hari di mana Aldo akan pergi ke luar negeri, ia memutuskan untuk berpamitan dengan Kayla dan sekali lagi meminta maaf kepada nya.

Taman kampus ...

"Kayla, sekali lagi aku minta maaf kepada mu atas perbuatan ku padamu dulu, aku tau perasaan ini sudah terlambat, namun setidaknya berikan maaf mu padaku sebelum aku pergi," ucap Aldo.

"Kayla, maafkan Aldo, dia sudah mau pergi," ucap Reyhan.

"Baiklah, aku sudah memaafkan mu, dan aku juga minta maaf karena aku kau jadi seperti ini," ucap Kayla merasa bersalah.

"Sudah jangan merasa bersalah," sambung Vania.

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah memaafkan ku, kalau begitu aku pamit, sampai jumpa di lain waktu," Aldo yang tak ingin bersedih terlalu lama segera meninggalkan kampus tersebut setelah menerima maaf dari Kayla.

Dia tidak tau kapan dia akan kembali ke Jakarta lagi yang jelas itu akan memakan waktu yang cukup lama.

Beberapa puluh menit kemudian,

"Aku tidak menyangka Xavier sekejam itu," ucap Kayla yang saat ini duduk berhadapan dengan Vania dan Reyhan di kantin kampus.

Kini mereka bertiga terlihat bersahabat, apalagi Reyhan yang sudah di tinggal oleh Aldo. Namun akhir-akhir ini dia lebih dekat dengan Vania.

"Dia tidak kejam hanya posesif sebagai suami," Reyhan sebagai laki-laki memberikan tanggapan dari sudut pandang nya.

"Maksudnya?" tanya Vania dan Kayla secara bersamaan.

"Kalian ini tidak pernah pacaran atau bagaimana? Laki-laki ketika dia mencintai seseorang dia pasti akan merasa cemburu dan tidak rela jika laki-laki lain mendekati wanita yang dia cintai itu, jadi Kayla menurutmu apakah tuan muda Xavier bersikap kejam tanpa alasan?" jelas Reyhan panjang lebar.

Vania dan Kayla seketika terdiam dan larut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Reyhan benar," ucap Vania sadar.

"Dia cemburu? Itu artinya dia menyukaiku?" tanya Kayla lagi.

"Jika tidak, bagaimana mungkin dia sampai menyingkirkan Aldo dari kampus ini," jawab Reyhan sambil menyeruput teh manis dingin milik nya.

"Hmm," gumam Kayla masih ragu-ragu.

Hari itu pun berlalu dengan banyak tanda tanya di benak Kayla.

Malam harinya, di apartemen Xavier.

Malam ini Kayla tidak datang ke kamar Xavier untuk tidur, hal ini membuat Xavier merasa tidak nyaman karena beberapa malam terkahir Kayla selalu tidur dengan nya, ini sudah cukup jadi kebiasaan bagi Xavier karena ia mulai bisa tertidur nyenyak dengan memeluk Kayla.

Sementara itu di kamar Kayla,

"Huh, apa yang di katakan Reyhan membuat ku gelisah sampai-sampai tidak bisa tidur, bagaimana ini," batin Kayla kepikiran kejadian tadi siang.

Namun di saat yang bersamaan pintu kamar nya di ketuk oleh seseorang dari luar.

Tok ...

Tok ...

Tok ...

Kayla yang mendengar itu segera bangkit dan berlari kecil menuju pintu kamar lalu membuka nya.

Ia sedikit tersentak setelah melihat Xavier yang saat itu berdiri di depan kamar sambil membawa guling dengan cara di peluk.

Kayla mengerutkan keningnya, untuk yang pertama kalinya Kayla melihat suaminya bertingkah aneh seperti itu.

Seperti anak kecil yang sedang mencari sosok ibu setelah malam hari, berdiri memeluk bantal dengan wajah manyun.

Beberapa hari terkahir sudah cukup membuat hubungan mereka semakin erat, di tambah kebiasaan tidur mereka yang sering sekali saling memeluk satu sama lain. Dan tentunya Xavier sudah mulai terbiasa mengontrol diri.

"K-kenapa?" tanya Kayla kebingungan.

Xavier tak menjawab, dengan wajah manyun itu ia masuk ke dalam kamar istrinya dan merebahkan diri di atas tempat tidur Kayla.

Kayla menarik nafas panjang dan menghembuskan nya dengan pelan dan kemudian menutup pintu kamar lalu menghampiri Xavier.

"Kak, kenapa?" tanya Kayla lagi sambil berdiri di samping Xavier yang sedang berbaring.

Lagi-lagi Xavier tidak menjawab, dia melepaskan bantal guling nya dan kemudian menarik Kayla sehingga tubuh mungil sang istri jatuh tepat di atas tubuh kekar nya.

"Aduh," leguh Kayla.

Bukan nya melepaskan Kayla Xavier malah memeluk nya menjadikan nya bantal guling.

"Ahhh, sakit lepaskan aku," jerit Kayla seperti ulat kecil yang teraniaya di dalam pelukan Xavier.

Xavier tidak peduli, dia hanya memeluk dan kemudian menarik selimut sehingga menutupi tubuh mereka berdua.

Cie ada yang manja nih sama istri, pertama gak mau tidur seranjang dan beda selimut sekarang malah ngedusel-dusel.

"Ada apa dengan laki-laki tua bangka ini? Kenapa tiba-tiba dia memperlakukan ku seperti kepompong? Ah lemas sekali," batin Kayla masih dalam keadaan kaget setengah sesak nafas.

"Xavier! Aku tidak bisa bernafas," kesal Kayla.

Xavier yang mendengar Kayla meneriaki namanya segera melepaskan pelukan itu dan menatap Kayla dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Beberapa hari Kayla selalu memanggil nya dengan sebutan kak, atau kak Vier, dia sudah sangat nyaman dan terbiasa dengan panggilan tersebut ada kesenangan dan kebanggaan tersendiri mendengar sang istri punya nama panggilan khusus untuk nya, setelah mendengar Kayla kembali memanggil namanya dia jadi sedikit kesal sekarang.

Next?