Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.
Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.
Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.
Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama sekolah
Aziya masuk ke dalam walk in closet untuk menyiapkan seragam sekolahnya. Ia sudah diperbolehkan sekolah oleh papanya, ia tidak sabar untuk membalas orang-orang yang pernah membully Azira.
Aziya terperanjat kaget saat merasakan ada tangan seseorang yang melingkari perutnya. Dengan gesit Aziya hendak memukul orang itu, tapi orang itu lebih dulu menahan tangan Aziya.
"Lo lagi!" Aziya menatap pria yang tersenyum kearahnya dengan tajam."kenapa lo bisa masuk?"
Aziya yakin telah mengunci pintu kamar ataupun pintu balkon. Tapi kenapa pria dihadapannya ini bisa masuk tanpa ia ketahui.
"Nggak penting sayang tapi yang jelas aku kangen."Aziya menghindar saat pria dihadapannya hendak memeluk nya.
"Jangan lancang! Gue nggak kenal lo!"
Pria dihadapannya berdecak dan tanpa aba-aba menggendong Aziya ala bridal style menuju ranjang. Pria itu duduk diatas ranjang sambil memangku Aziya. Tentu saja Aziya memberontak walaupun ia ahli beladiri. Tapi Aziya yakin pria dihadapannya ini lebih ahli dari dia.
Aziya yang awalnya memberontak diam saat pria dihadapannya ini memberikan ponselnya. Disana Aziya dapat melihat foto seorang gadis berkuncir satu dan seorang pria tengah tertawa. Aziya yakin gadis itu adalah Azira. Apa benar pria ini pacar Azira?
Pria itu hanya diam menatap Aziya yang fokus dengan ponsel miliknya. Aziya malah terus menelusuri isi galeri pria itu dan banyak sekali ia menemukan foto Azira disana.
Pria itu terkekeh kecil, ia menyibakkan rambut sepinggang Aziya yang menghalangi pandangannya untuk menatap wajah Aziya. Gadisnya sangat berbeda sekarang lebih cantik dan wangi. Baru kali ini ia mencium bau wangi ditubuh gadisnya.
Aziya menghindar saat pria itu hendak mencium lehernya. Ia menatap tajam pria itu.
"Jangan lancang!"
Pria itu terkekeh kecil dan kembali menarik pinggang Aziya lebih dekat kesisinya.
"Aku cuma pengen hirup aroma leher kamu. Kamu sangat wangi, aku suka."
Aziya mendelik dan menjauhkan wajah pria itu yang sudah nempel dileher nya.
"Nama lo siapa?"
"Gabriel."Aziya hanya mengangguk.
"Gue masih belum bisa percaya kalau lo pacar gue, ada bukti lagi?"
Gabriel terkekeh kecil. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Aziya. Tentunya Aziya terbelalak kaget.
"Lancang!"
Aziya hendak turun dari pangkuan Gabriel tapi pemuda itu lebih dulu menahan nya.
"Kita pernah melakukan lebih. Apa kamu juga lupa kenangan indah kita hm?"
Aziya terdiam. Apakah Azira pernah melakukan lebih dengan pria ini? Kalau benar sungguh perempuan itu murahan sekali. Tapi Aziya tidak ingin langsung percaya karena dia tipe orang yang tidak gampang percaya sebelum ada bukti.
Kenapa ia tidak menemukan ingatan dengan pria ini, padahal ia bisa dengan mudah mengingat perlakuan buruk dirumah ini, semua perlakuan buruk Aziya bisa mengingat tapi kenapa ingatan dengan pria ini tidak bisa ia temukan.
Lamunan Aziya buyar saat Gabriel memeluk nya semakin erat dan menenggelamkan wajahnya dileher Aziya. Aziya dapat merasakan lehernya basah, apa dia menangis?
"Maaf aku nggak ada disisi kamu saat kamu kesusahan.."Aziya hanya diam ia tidak tau harus merespon seperti apa.
"Aku cuma natap dalam diam saat mereka menindas kamu. Aku bahkan nggak bisa liat kamu dirumah sakit. Aku memang pacar yang buruk!"Aziya menatap wajah Gabriel yang juga menatapnya dengan wajah penyesalan.
Bagaimana bisa Azira yang kucel dan dekil itu punya pacar setampan dan semanis Gabriel. Hidung mancung, kulit putih, rahang tegas dan masih banyak kesempurnaan di wajah pacarnya. Bahkan Gino kalah jauh, cih! Mengingat dia bikin mood Aziya buruk.
"Sudah puas natap Wajah aku?"Aziya memalingkan wajahnya, mampus! Ia kepergok liatin pacar orang.
Cup
"I love you"
...~ Transmigrasi Aziya ~...
Aziya memandangi pantulan wajahnya didepan cermin. Penampilan yang sangat mirip dengannya dulu, Aziya benar-benar tidak habis fikir, kenapa dia dan Azira bisa semirip ini sedangkan Azura yang kembaran nya saja sama sekali tidak mirip.
Tidak mau ambil pusing Aziya memilih keluar dari kamar. Ia menuruni tangga dan berjalan kemeja makan. Aziya dapat melihat tatapan takjub dari semua orang yang duduk dimeja makan. Semua keluarganya ada disana pagi ini.
"Kakak Zira udah sekolah lagi"girang Zero sambil menatap berbinar Aziya.
Aziya hanya tersenyum kecil dan duduk disebelah Zero.
"Pagi pa"sapa Aziya dengan tersenyum manis kehadapan papanya. Arion hanya tersenyum kecil menanggapi.
Aziya menatap kembaran Azira yang masih menatapnya dengan tatapan permusuhan. Mungkin masih tidak terima karena tidak bisa mendapatkan keinginannya. Aziya beralih menatap kakak paling tua Azira. Dia hanya menatap datar kearah Aziya. Aziya membalas tatapan pria itu tak kalah datar.
Pandangan Aziya beralih menatap pemuda yang duduk disebelah Azura. Pemuda itu hanya menatap Aziya sekilas dan kembali menatap ponselnya.
Dua pria itu. Jonatan dan Evan mereka bisa-bisanya ikut membenci Azira. Dasar tolol!
"Kamu kenapa ngelamun nak?"ucapan lembut itu membuat Aziya menatap datar Brianna. Kalau didepan suaminya Brianna akan sangat baik kepada Azira bersikap layaknya seorang ibu. Padahal aslinya ia sangat kasar kepada Azira.
"Nggak papa."ucap Aziya seadanya.
"Kamu nanti berangkat bareng Evan sama Azura ya. Biar mereka yang anterin kamu kekelas nanti"mendengar itu membuat Azura dan Evan membulatkan matanya. Tapi apa boleh buat. Ingin membantah tapi tidak bisa.
Aziya mengangguk. Setelah beberapa menit dimeja makan Aziya memilih pergi terlebih dahulu. Ia sangat tidak nyaman berhadapan dengan orang Munafik ini. Setelah berpamitan Aziya duduk dikursi teras rumah menunggu Evan dan si sampah keluar.
"Kalau bukan karena papa gue nggak Sudi bawa lo"Aziya memalingkan pandangannya menatap Evan yang langsung berjalan memasuki mobilnya terparkir dilobby.
Aziya berdiri dari duduknya. Ia menatap Azura yang berjalan menuju mobil sambil menatap tajam Aziya. Aziya hanya menaikkan bahunya acuh dan memilih masuk kejok belakang.
"Kamu anterin dia aja. Abang mau ketemen-temen dulu"Azura memandang Aziya sekilas dan setelah itu menggeleng.
"Aku nggak mau bang"mendengar nada manja itu membuat Aziya ingin muntah. Cih sampah banyak gaya.
Setelah sampai disekolah Aziya dengan bodoh nya mengikuti langkah Evan dan Azura padahal ia ingat dimana kelas Azira dulu, ia ingat saat teman kelasnya juga ikut membully nya.
Evan berdecak dan memilih melangkah ke segerombolan teman-temannya tepatnya didepan kelas XII IPA 1. Azura mengikuti langkah Evan dengan anggun. Karena kelas Azira yang searah Aziya memilih mengikuti dua curut dengan berjalan dibelakangnya.
"Eh neng Zira udah sembuh"Aziya berhenti ia menatap orang yang berbicara tadi. Kalau tidak salah namanya Roy.
"Tumben dia bareng lo" Evan menatap Aziya sekilas dan setelah itu kembali menatap temannya Gilang.
"Disuruh bokap"Evan menatap Azura yang hanya diam."kamu anter dia gih"
Azura kembali menggeleng."aku takut kak"
Dalam hati Aziya berdecih sinis. Memang munafik.
"Nggak usah repot-repot gue bisa cari sendiri"tukas Aziya sinis dan berlalu meninggalkan gerombolan orang itu yang terdiam tidak percaya.
Aziya melirik Gabriel yang entah kenapa ada disana sekilas. Setelah itu ia benar-benar pergi meninggalkan para sampah-sampah itu.
"Good, baby"