NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Setelah Kamu

Cinta Terakhir Setelah Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Melisa satya

Tristan Bagaskara kisah cintanya tidak terukir di masa kini, melainkan terperangkap beku di masa lalu, tepatnya pada sosok cinta pertamanya yang gagal dia dapatkan.

Bagi Tristan, cinta bukanlah janji-janji baru, melainkan sebuah arsip sempurna yang hanya dimiliki oleh satu nama. Kegagalannya mendapatkan gadis itu 13 tahun silam tidak memicu dirinya untuk 'pindah ke lain hati. Tristan justru memilih untuk tidak memiliki hati lain sama sekali.

Hingga sosok bernama Dinda Kanya Putri datang ke kehidupannya.

Dia membawa hawa baru, keceriaan yang berbeda dan senyum yang menawan.
Mungkinkah pondasi cinta yang di kukung lama terburai karena kehadirannya?

Apakah Dinda mampu menggoyahkan hati Tristan?

#fiksiremaja #fiksiwanita

Halo Guys.

Ini karya pertama saya di Noveltoon.
Salam kenal semuanya, mohon dukungannya dengan memberi komentar dan ulasannya ya. Ini kisah cinta yang manis. Terimakasih ❤️❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa satya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Warna yang berbeda.

Tiba di kantor.

Dinda melayani bosnya dan menyiapkan seluruh kebutuhannya. Teh hangat telah tersaji, dan gadis itu kini sibuk menyiapkan laporan kerja sama untuk proposal yang akan dibawa ke Paris.

Tristan melamun memikirkan ucapan Dinda mengenai dirinya, dia memang telah banyak bicara malam itu tapi tak menyangka Dinda mengetahui banyak hal tentang masa lalunya.

"Pak Bos! Astaga!"

Tristan terkejut dan menoleh.

"Ada apa?"

"Luka anda, kapasnya basah!" Dinda segera berlari keluar mencari kotak P3K sedang Tristan menuju ke toilet. Pemuda itu mengecek lukanya dan membuang plaster yang menahan darah sejak tadi.

Dinda kembali ke ruangan dan tak menemukan bosnya.

"Loh, dia di mana?"

"Bos!"

"Bos!"

Saat Tristan kembali, Dinda menghela nafas lega, dengan gerakan cepat gadis itu meraih tangan Tristan dan membawanya ke sofa.

"Kamu mau ngapain?"

"Ngobatin bos lah, kalau nggak, aku bisa habis dimaki maki sama Pak Daren."

"Nggak perlu, biarkan saja lukanya kering sendiri."

"Bos! Ini masih basah, kalau infeksi bos bisa demam dan ngga masuk kerja, kalau nggak kerja, kita ngga ke Paris."

Tristan menatapnya sejenak.

Dinda dengan berani menyentuh wajah Tristan dan membuat pemuda itu menghadap ke arahnya.

"Diam, Bos. Jangan bergerak."

Tristan tertegun. Pelan tapi pasti gadis itu membuatnya patuh. Dinda meraih kapas, membubuhkannya dengan Betadine dan membasuh luka dengan hati-hati.

"Auw, sakit!"

"Hehe, sorry. Oke saya akan berhati-hati."

Dinda meniup lembut luka itu, dia juga memasang kapasnya kembali dan menutupinya dengan plester. Gadis itu merasa tenang setelah berhasil mengobati bosnya namun Tristan tampak melamun.

"Sudah, Bos. Sudah selesai."

Tristan tak mengatakan apapun, dia kembali ke meja kerjanya dan Dinda tampak bingung.

"Bos, ada apa?"

"Tidak ada, terimakasih."

Pemuda itu kembali menyelesaikan pekerjaannya. Dalam dua hari semuanya harus beres.

"Dinda, kamu boleh pulang."

"Saya pulang? Tapi kan jam kantor belum sampai, Bos."

"Bukankah kamu ingin mengurus kepulangan nenekmu, kamu juga mau mengurus paspor dan yang lainnya."

Dinda melihat jam tangannya.

"Apa saya melakukan kesalahan?"

"Tidak ada, pekerjaan kamu beres."

"Bos!"

Tristan menatapnya, entah mengapa Dinda tak bisa berkutik dalam perintah lelaki itu.

"Pulanglah."

"Baik."

Dinda mengambil tasnya, dengan perasaan gelisah dia mengumpulkan pekerjaannya dan memasukannya ke dalam tas.

Gadis itu tak hentinya memikirkan kenapa Bosnya tiba-tiba menyuruhnya pulang. Dinda lama berpikir sampai dia menyadari sesuatu, dia menyentuh wajah bosnya tanpa meminta izin.

"Astaga."

Gadis itu menoleh dan Tristan bersiap pergi.

"Bos, saya minta maaf."

Tristan berbalik dan menatapnya bingung.

"Untuk apa?"

Dinda segera menghadap dengan tangan saling terpaut.

"Maaf, Pak. Saya lancang, saya salah."

Tristan mengerutkan kening.

"Saya harusnya minta izin dulu kalau mau menyentuh bapak."

"Saya tidak menganggap itu kesalahan, santai saja. Kamu memang harus pulang agar urusan soal paspor cepat selesai."

Tristan berlalu dan Dinda merasa ada yang ganjil, walau bagaimanapun juga, di suruh pulang setelah mengobati bosnya adalah perasaan yang aneh.

"Ah sial! Kenapa tadi gue berani banget. Pak Tristan pasti ngga nyaman."

"Dinda." Tristan kembali.

"Iya, Pak?"

"Pastikan ponselmu selalu aktif, jika saya butuh kamu, saya akan nelpon."

Gadis itu terkesiap dan Tristan benar-benar pergi.

"B-butuh saya? What?" Dinda keluar dari ruang kerja dengan perasaan aneh.

Gadis itu tiba-tiba tersenyum dan Tristan melihatnya. Dinda segera pergi menuju lift dan kembali ke rumah sakit.

Ada yang bergejolak di dalam hati, perasaan senang yang menciptakan senyum ceria di wajahnya. Dinda berdendang, dia seperti orang kasmaran namun sedetik kemudian gadis itu tersadar.

"Wait! Gue barusan kenapa?"

Gadis itu menyadari perubahan dalam dirinya.

"No, big no! Gue ngga boleh tertarik sama Pak Bos. Nggak! Dia butuh gue, karena gue adalah sekertarisnya. Ya, itu benar."

Dinda teringat bagaimana Tristan melepaskan daging lobster untuknya. Pemuda itu telah memberinya banyak, sang Bos bahkan memberinya uang cuma-cuma.

"Ya ampun, gue ngga boleh gini. Nggak boleh."

Tiba di rumah sakit, Dinda langsung melunasi biaya pengobatan sang nenek. Masih ada yang tersisa dari uang yang diberikan Tristan. Dinda menghubungi Daren untuk membuat paspor dan yang lainnya.

[Halo, Napa lo nelpon gua?]

[Pak Daren, pak bos meminta saya untuk mengurus paspor. Saya ngga tahu gimana caranya.]

[Ribet banget lu, gitu aja pakai nelpon gua.]

[Ya, gimana saya ngga tahu caranya.]

[Ya udah, besok gua temenin.]

[Ngga bisa, Pak. Pak Bos ngasih waktunya sekarang.]

Daren mengeluh di seberang sana.

[Keterlaluan banget sih si Tristan, ngga bisa lihat orang rehat bentar. Ya udah, lu mau di jemput dimana?]

[Dimana ya? Saya lagi di rumah sakit mau antar nenek saya pulang, Pak. Mungkin nanti dari rumah baru bisa keluar sama bapak.]

[Lu atur sendiri lah, bentar telepon gua lagi.]

[Oke.]

Panggilan terputus.

Dinda menghela nafas dan menemui Siska dan neneknya di ruang rawat.

Tiba di kamar, baik Siska dan Nenek Layla bingung melihat kehadiran Dinda di sana.

"Loh, kok lu di sini? Masih jam 2 kali."

"Gue disuruh pulang sama bos, Sis."

"Loh, kenapa? Lu buat kesalahan? Apa lu di pecat?"

Nenek Layla segera bangun setelah mendengar itu.

"Kamu di pecat?"

"Enggak, Nek. Sebaliknya aku bingung mau gimana."

"Kenapa?"

"Biaya rumah sakit sudah dibayar, Bos yang ngasih uang, tapi besok lusa ada perjalanan bisnis ke Paris."

"What! Paris! Ya ampun, mimpi apa lu semalem? Keren banget jalan-jalan ke Paris."

Dinda memeluk neneknya.

"Ada apa?"

"Aku bingung, Nek. Kalau aku ikut sama bos, nenek siapa yang jaga?"

"Ngomongnya kok gitu? Kan ada Siska."

Siska seketika menoleh.

"Sis, please bantuin gue ya. Gue janji deh, pulang dari sana gue beliin oleh-oleh."

"Emang lo berapa lama di sana, Din? Masa iya gue nginap di rumah lo."

"Sis, gue nggak punya siapa-siapa dan gak punya kerabat yang bisa dipercaya. Gue cuman bisa tenang, kalau lo mau jagain nenek gue, selama gue pergi."

"Gue kasih bonus deh, ya."

Siska tampak cemberut.

"Pliese."

"Oke deh."

"Thank you, lo emang sahabat gue yang paling baik, paling cantik dan paling manis sedunia."

"Gombal!"

Haha!! Mereka tertawa bersama, Nenek Layla pun tampak senang mendengar cucunya dapat pekerjaan yang bagus.

"Tapi, sebelum kamu dan bos kamu itu pergi, boleh nenek ketemu sama dia?"

"Hah?" Dinda terkesiap.

"Nenek cuman mau ketemu biar nenek ngga merasa was was."

Dinda menatap sahabatnya, terlihat jelas jika permintaan sang nenek begitu berat.

"Nek, Pak Tristan itu sibuk banget. Ngga mungkin beliau mau menyempatkan diri bertemu dengan orang seperti kita."

Nenek Layla tampak murung.

"Nenek tenang aja, Dinda yakin kok, Pak Tristan orang baik, beliau ngga akan ninggalin atau macem-macem. Meski begitu, aku segan untuk memintanya datang di rumah kita."

Nenek Layla pun tak berkeras, mereka segera merapikan barang-barang dan segera pulang.

Satu masalah selesai dan masalah lain menunggu. Setelah membawa neneknya pulang, Dinda menghubungi Daren. Atas pertimbangan Tristan, pemuda itu rela membantu dengan ikhlas.

Dinda menunggunya di tepi jalan dan mobil Daren berhenti di hadapannya.

"Buruan!"

"Makasih, Pak."

"Hemm!"

Daren mengurus semuanya, Dinda hanya tahu membawa dirinya saja dan mengikuti arahan.

"Baik-baik lu di sana, jangan nyusahin."

Dinda hanya diam.

Pengurusan paspor tak butuh waktu lama di tangan Daren, Dinda menatap benda itu dan berkata.

"Apa benar gue bisa ke Paris?"

"Ini seperti mimpi?"

Daren berdecak.

"Semoga lu ngga keteteran ikut jadwalnya bos lu itu, si gila kerja."

Dinda menyimpan paspornya baik-baik.

"Kalau kerja sih aku jabanin, tapi kalau urusan patah hati, oh my wow. Moga aja terhindar dari segala mara bahaya."

Daren tertawa.

"Kalau di lihat-lihat, lu lucu juga ya."

"Bapak baru tahu ya, ya si bapak." Sikap percaya diri gadis itu membuat Daren kembali ilfeel.

"Dah lah, lupakan saja."

1
Wina Yuliani
tristan lg dlm mode pms nih, galau kan din
Firdaicha Icha
lanjut 👍💪💪
Isma Isma
ohh si Dinda lucuu 🤣🤣
ma az ran
cerita ny keren
lnjut thor
Melisa Satya: terimakasih kak🥰❤️❤️
total 1 replies
Wina Yuliani
mantap dinda👍👍👍👍
kalau bos mu tak bisa melindungi ya sudah kamu pasang pagar sendiri aja ya
ma az ran
ternyata sambngan letisya toh autor
Melisa Satya: kok tahu kak? ini kisah Tristan Bagaskara, Letisya dan Nana hanya jadi cameo nya
total 1 replies
Wina Yuliani
hayoloh bos, anak orang marah tuh,
kejar dia, atau justru anda yg akan d tinggalkan lagi
Wina Yuliani
makin seru ceritanya👍👍👍,
bikin ketawa sendiri, makin rajin upnya ya thor,
Melisa Satya: sip terimakasih kak
total 1 replies
Wina Yuliani
tanpa bos cerita pun pasti bakal ketahuan bos, anda sendiri yg membiat org lain mengetahuinya
ma az ran
ketemu lg kk
Wina Yuliani
ceritanya seru,ringan, gk neko neko tp bikin ketawa ketiwi sendiri nih, keren 👍👍👍
Wina Yuliani
awal yg manis dan seru👍👍👍
🌸ALNA SELVIATA🌸
Di tunggu updatenya thor😍
Melisa Satya: Terimakasih 🥰🥰🥰
total 1 replies
kusnadi farah
Aku butuh lebih banyak kisah seru darimu, cepat update ya thor 🙏
Melisa Satya: terimakasih akan saya usahakan 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!