Hidup bersama dengan keluarga yang tidak peduli dengan kehadirannya, kemudian memiliki seorang adik yang akhirnya meninggal dunia dan menjadi kesalahannya. Ditinggal pergi oleh orang tuanya karena dianggap pembawa sial, lalu hidup sendirian dalam rasa bersalah pada apa yang bukan menjadi kesalahannya. Hidup dengan keras hingga membuatnya lupa akan arti kebahagiaan, akankah suatu saat Cassie menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gemini Pride, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewi Kampus
Setelah adiknya dimakamkan, orang tuanya Cassie merapikan semua baju mereka ke dalam sebuah koper. Hal itu menarik perhatian Cassie dan membuatnya bertanya-tanya, akan pergi kemana orang tuanya itu?
"Ma, kalian akan pergi kemana?" tanya Cassie.
"Kami akan pergi sejauh mungkin dari seorang pembawa sial seperti mu, jangan sampai kejadian seperti ini terjadi lagi" sahut ibunya.
"Aku akan sendirian, tidak bisakah kalian membawa ku juga?" ucap Cassie.
"Dasar tidak tahu diri!" ujar ibunya.
Setelahnya sang ibu dan ayah langsung pergi tanpa menoleh, meski Cassie sudah memohon dan menangis tersedu sedu namun tidak menggerakan hati kedua orang tuanya itu.
Dalam usianya yang masih terbilang kecil, dia ditinggalkan sendirian. Tanpa tahu akan hidup seperti apa, tanpa tahu akan makan apa dan bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya.
~ ~ ~
"Cassie? Nak!" seru seorang wanita yang masuk ke dalam rumahnya, seperginya orang tuanya pintu rumah mereka memang tidak tertutup.
"Bibi? Mereka meninggalkan ku, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Bagaimana aku akan melanjutkan hidup ku?" ucap Cassie yang semakin terisak.
Wanita yang masuk ke rumahnya itu adalah ibunya Evelin, dia melihat orang tuanya Cassie yang pergi bersama dengan barang bawaan mereka namun tidak melihat keberadaan anak itu.
"Dasar orang tua yang tidak berhati nurani! Bagaimana bisa mereka setega itu pada anak kecil seperti mu? Kejadian yang menimpa adik mu itu adalah bentuk kegagalan mereka sebagai orang tua, bagaimana bisa mereka justru menyalahkan mu?" ucap ibunya Evelin.
"Mulai dari sekarang, aku akan mengangkat mu menjadi putri ku juga. Kamu harus memanggil ku dengan sebutan mama, kamu bisa memilih untuk tinggal di rumah ini atau bersama kami" ucap ibunya Evelin.
Wanita itu pun memeluk tubuhnya Cassie dengan sangat erat untuk menenangkan anak kecil itu.
* * *
Tanpa terasa sepuluh tahun sudah berlalu, Cassie kini sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Saat ini dia tengah kuliah di sebuah perguruan tinggi dengan mengambil jurusan psikologi, karena kecantikannya itu pun membuatnya terkenal dengan panggilan dewi kampus.
Cassie memilih tinggal di asrama, karena dia cukup pintar maka dia kuliah dengan beasiswa sehinga tidak mengeluarkan banyak biaya kecuali untuk kebutuhan lainnya.
Cassie memiliki pekerjaan sampingan, jadi dia mendapatkan uangnya dan secara sedikit demi sedikit dia menyimpan uang di rekeningnya. Setiap bulan pun orang tuanya Evelin mengirim uang padanya, namun dia merasa tidak enak hati jadi tidak pernah menyentuh uang pemberian mereka.
Cassie sudah cukup berhutang budi pada kebaikan mereka yang merawatnya sejak kecil, jadi dia tidak mau lagi membebankan mereka. Hanya saja orang tuanya Evelin memang sudah menganggapnya seperti anak kandung mereka, bahkan Evelin pun sangat menyayanginya.
~ ~ ~
Drt . . Drt . . Drt . .
Cassie sedang mengerjakan tugasnya di mini market, tempat dia bekerja sampingan. Tiba-tiba ada panggilan masuk dari Evelin, dia pun tersenyum dan segera mengangkatnya.
"Mn, kenapa?" ucap Cassie.
"Tsk! Kamu lagi apa? Ada di mini market? Aku mau ke situ juga yah?" ucap Evelin.
"Ini sudah malam tidak perlu kemari, jalanan di malam hari sangat berbahaya" ucap Cassie.
"Haih! Kenapa kamu sudah seperti papa dan mama yang sangat protektif?" celetuk Evelin.
"Siapa itu? Cassie?" seru ibunya Evelin dari balik telfon.
"Mn!" sahut Evelin.
"Cassie!" seru ibunya Evelin dengan bersemangat.
"Ma! Sedang apa?" tanya Cassie.
"Lagi membuatkan lauk untuk mu, besok akan mama titipkan pada Eve yah" ucap ibunya Evelin.
"Tidak perlu repot-repot ma" ucap Cassie.
"Bagaimana mama tidak bisa untuk tidak repot, mama tidak akan tenang! Kamu pasti selalu makanan instan, itu tidak baik untuk kesehatan tubuh mu" ucap ibunya Evelin.
"Baiklah kalau begitu! Aku hanya tidak mau mama kelelahan" ucap Cassie.
"Lihat kan, dia sangat perhatian pada mu. Jadi jangan merasa sedih hanya karena dia jarang datang berkunjung ke rumah" celetuk Evelin.
"Ya sudah, kamu lanjutkan saja kerjaan mu. Jangan sampai bos memarahi mu karena telah lalai dalam bekerja" ucap ibunya Evelin.
"Mn!" sahut Cassie.
"Cassie?" panggil ibunya Evelin.
"Mn?" sahut Cassie.
"Kalau sudah lelah dalam bekerja, kamu bisa istirahat. Untuk merawat mu dan Evelin, papa dan mama masih mampu" ucap ibunya Evelin.
"Jika aku sudah tidak kuat, maka aku akan pulang ke rumah" ucap Cassie.
"Baiklah, kamu sudah berjanji yah!" ujar ibunya Evelin.
"Mn!" sahut Cassie.
"Ya sudah aku matikan telfonnya yah?" celetuk Evelin.
"Mn! Cepatlah tidur, jangan terlalu asik bermain game sampai larut malam. Itu tidak baik untuk kesehatan mu, kalau sakit akan membuat papa dan mama sedih" ucap Cassie.
"Iya aku tahu, papa dan mama serta kamu pun akan sedih. Kamu juga, jika sudah selesai dengan pekerjaan mu langsung pulang dan beristirahat" ucap Evelin.
"Iya" sahut Cassie.