Laura Vince Claudia seorang Queen Mafia yang telah lama vacum karena ingin bertobat dan menjalani hidup normal seperti gadis lainnya. Laura kini menjalani hidup dengan bekerja sebagai seorang pelayan cafe.
Lucas Alistair Eezar seorang King Mafia dari Klan Shadowy Angel. Generasi penerus keempat setelah pemimpin sebelumnya meninggal dunia karena sakit.
Malam itu, Lucas tertembak oleh musuhnya dan sekarat di depan pintu cafe yang telah tutup. Laura yang pulang paling akhir menemukan keberadaan Lucas, lantas menolongnya serta memberi tumpangan tinggal sementara.
Lucius Alaric Eezar seorang CEO yang sedang melarikan diri karena menolak bertanggung jawab atas penjebakan seorang gadis yang terobsesi dengannya.
Lucius tidak sengaja menabrak Laura yang menyeberang jalan tanpa menoleh. Laura yang sejak menolong Lucas sudah jatuh cinta, akhirnya menyatakan perasaannya pada Lucius yang dianggap pria yang pernah ditolongnya dulu.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta ini?
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Identitas Asli Laura
"Namaku Laura Vince Claudia, aku lahir dan besar di Surabaya. Entah siapa kedua orang tuaku, aku sama sekali tak tahu. Aku kecil tinggal di panti asuhan, tapi setelah beranjak remaja aku tinggal sendiri di kontrakan. Aku mengenal dunia mafia, setelah aku berkenalan dengan seorang pria. Pria itu mengajariku banyak hal."
"Dari semua bela diri, menggunakan aneka macam senjata dan juga meramu obat-obatan dari tumbuhan. Pria tua yang aku panggil Kakek Lesmana itulah yang membimbingku. Aku bisa sekolah karena beasiswa, sedangkan untuk makan aku bekerja. Kerja apa saja, bahkan aku menjadi kuli panggul di Pasar. Tapi, semua berubah setelah aku..."
"Apakah Lesmana yang kamu maksud, pria cacat yang hanya punya satu kaki?" Tanya Kakek Jauhar dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya, meskipun dia cacat tapi dia tangguh sebagai seorang guru. Karenanya aku terjun di dunia mafia, ternyata Kakek Lesmana memiliki kelompok mafia yang hampir punah. Maksudnya anggotanya hanya tinggal beberapa."
"Di mana keberadaan Lesmana sekarang? Tanya Kakek Jauhar sangat penasaran.
"Kakek sudah lama meninggal dunia, dia mengorbankan nyawanya demi menyelamatkanku. Dan karena itu, aku mundur dari dunia yang telah membesarkanku. Karena kakek berpesan sebelum hembusan nafas terakhirnya." Ucap Laura terisak.
"Apa kata terakhir Lesmana, apa pesan yang membuatmu memilih bersembunyi."
"Katanya, aku harus tetap hidup. Karena aku satu-satunya keturunan sahabatnya yang telah lama pergi. Dan Kakek juga mengucapkan dua kata 'maafkan aku' berulang kali. Bersembunyi lah sejauh mungkin, biarkan klan ini bubar dengan sendirinya. Kamu tidak perlu memikirkannya lagi. Itulah pesan terakhir Kakek Lesmana." Ucap Laura masih dengan tangisannya.
"Kakek Lesmana pernah berkata, jika dia pernah membuat kesalahan fatal hingga sahabatnya kehilangan seluruh keluarganya. Dan saat dia menemukan aku, dia memelukku erat dan selalu berbicara sendiri tiap malam hari. Katanya, aku sudah menemukan cucumu. Tapi kenapa kamu justru sudah pergi jauh dan semakin menjauh. Aku akan tetap membuatnya kuat."
"Itulah kata-kata Kakek yang selalu aku dengar tiap malam. Tapi, setiap aku tanya Kakek Lesmana tidak mau berkata jujur. Hanya bicara suatu saat kamu akan mengerti. Dan pesan Kakek juga supaya aku menyembunyikan identitasku, mata merahku jangan sampai terlihat. Aku... Aku memiliki mata yang sama seperti yang Kakek perlihatkan."
"Laura... Kamu cucuku." Ucap Kakek Jauhar kemudian memeluk erat Laura.
"Akhirnya, aku menemukanmu. Terima kasih Tuhan." Ucap penuh syukur Kakek.
"Aku cucu Kakek?" Tanya Laura.
"Benar, karena hanya keluarga kita yang mempunyai mata merah darah. Aku, ayahmu dan kamu cucuku."
"Jadi, katakan Kek siapa yang ingin membunuh Kakek?" Tanya Laura.
"Dia adalah musuh bebuyutan klan yang pernah aku dirikan. Klan Dead Forest, dia selalu mencari musuh tanpa alasan yang jelas."
"Klan Dean Forest? Sebulan yang lalu aku pernah menolong seorang pria. Dia terkapar tak berdaya di depan pintu kafe. Dengan tiga peluru yang bersarang di tubuhnya, aku lah yang menolongnya."
"Apa kamu mengenal pria itu?"
"Tidak, tapi..." Tiba-tiba tubuh sex pack Lucas terbayang di kepala Laura, membuatnya tersenyum sendiri.
"Hmmm... Kamu menyukai pria itu?"
"Ahhh... Jangan di bahas lagi. Kek, aku ingin ke Surabaya. Aku mau melihat rumah yang telah ku tinggalkan 5 tahun. Banyak barang tersimpan di sana."
"Kamu yakin benda-benda itu masih ada, sedangkan kamu sudah meninggalkan rumah itu begitu lama."
"Kakek tenang saja, aku tidak menyimpannya di lemari atau laci. Tapi aku punya ruangan khusus di bawah tanah, yang hanya aku yang tahu jalan masuknya."
"Ternyata kamu sangat hebat, apa itu juga ajaran dari Lesmana?"
"Benar, Kakek Lesmana yang waktu itu membangun dengan tangannya sendiri. Jadi setelah Kakek Lesmana meninggal, hanya aku yang punya akses. Pintu tak terlihat oleh mata telanjang. Dan hanya bisa terbuka dengan retina merahku." Ucap Laura.
"Hebat, kapan kita pergi? Tapi Kakek takut keberadaan Kakek di sampingmu akan membuat mereka bertanya?"
"Tak apa, jika memang ini sudah takdirku untuk menghadapi mereka. Lambat laun mereka juga pasti tahu, jika aku keturunan Kakek."
"Baiklah jika memang kamu sudah bertekad seperti itu, aku mendukungmu. Apa itu artinya kamu akan berhenti bekerja atau hanya cuti?"
"Entahlah, urusan itu biar aku pikirkan nanti setelah kita pulang."
Keesokan harinya, pada saat matahari belum bersinar terang, Laura mengajak Kakeknya pergi ke Terminal Bus. Laura sengaja pergi dini hari, karena menurutnya semua orang tak terkecuali pengintai masih sedang beristirahat. Laura yakin, mereka sudah tahu jika Kakek Jauhar ada bersamanya. Seorang gadis yang menolongnya dari bidikan senjata oleh penembak jitu.
Waktu terus berputar, jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Lucas bergegas pergi ke kantor. Setelah dia mempelajari semua berkas perusahaan Maheswara, dan juga kebiasaan Lucius saat berada di kantor.
"Huft... Kamu memang terlalu ramah, makanya Lisya tergila-gila padamu. Seharusnya, tak perlu menunggu 3 bulan untuk tinggal di sini."
"Karena semua sudah sangat jelas, memang Lisya telah hamil sekarang. Dan Lucius harus bertanggung jawab. Tapi tak apalah aku di sini sebentar lagi, hitung-hitung aku juga ingin merasakan tinggal di Surabaya." Gumam Lucas sendiri.
Dengan wajah datar tanpa senyuman, Lucas melangkah tegap memasuki kantor. Membuat heran karyawan yang melihatnya.
"Itu si bos? Tumben tidak menyapa seperti biasa?" Ucap seorang satpam merasa bosnya sedikit berbeda.
Baru juga Lucas ingin duduk, tapi pintu sudah kembali terbuka.
"Lucius... Aku hamil, kapan kamu menikahiku?" Tiba-tiba Lisya menghampirinya.
"Aku belum memberitahukan pada keluargaku, aku akan tetap menutupinya sehingga kamu tidak dipersalahkan oleh mereka."
"Aku memang tidak bersalah, kamu yang menjebakku Lisya. Dasar murahan."
Deg
"Lucius...? Kamu baru saja menghinaku? Apa salahnya aku mencintaimu. Aku melakukan semua itu ada alasannya. Karena aku ingin kamu menikahiku. Kalau tidak, aku pasti akan dipaksa menerima perjodohan itu. Aku tidak mau, kamu tahu aku hanya mencintaimu." Lirih Lisya.
"Tetap saja, caramu sangat murahan. Kamu begitu agresif dan gila."
"Lucius..." Tangis Lisya seketika pecah.
Lisya merasa kali ini hatinya benar-benar patah, biasanya Lucius hanya mengusirnya tanpa berkata kasar. Tapi sekarang sudah dua kali dia mendengar kata murahan dari bibir Lucius yang ditunjukkan untuknya.
"Apa kamu tidak pernah mencintaiku?"
"Bagaimana mungkin aku mencintai wanita yang tidak mencintai dirinya sendiri. Kamu merusah hidupmu sendiri Lisya. Hamil sebelum adanya ikatan, apa kamu pikir itu hal biasa? Apa kamu tidak malu melakukan cara kotor untuk menarik simpatiku? Setidaknya jangan jatuhkan harga dirimu."
"Maaf, maafkan aku Lucius. Aku hanya tidak ingin kamu mengabaikanku."
"Jadi kamu berfikir jika dengan hamil duluan, aku akan langsung tertarik kemudian menikahimu?" Cecar Lucas.
"Bukankah kamu gadis yang cerdas, berfikir terbuka tapi apa? Yang aku lihat saat ini kamu hanya gadis licik yang menghalalkan segala cara demi obsesimu itu..."
"INI BUKAN OBSESI, TAPI AKU MENCINTAIMU LUCIUS..." Teriak lantang Lisya.
"Aku sudah mengejarmu sejak kuliah, aku bahkan menolak semua perjodohan. Aku rela dicap sebagai perawan tua oleh orang-orang karena umurku sudah lebih dari cukup. Aku...aku..." Belum selesai berbicara Lisya jatuh tak sadarkan diri. Beruntung Lucas yang berdiri dengan gesit berlari lalu menahan tubuhnya supaya tidak ambruk di lantai.
"Cckkk... Merepotkan." Ucap Lucas, mengangkat tubuh Lisya lalu menggendongnya keluar. Lucas akan membawa Lisya ke Rumah Sakit, sekaligus bertanya pada Dokter kondisi kandungan wanita itu.
Sementara itu, Laura dan Kakek Jauhar masih berada dalam perjalanan. Kakek dan cucu itu melakukan penyamaran, sehingga mereka lolos dari pantauan mata-mata Dead Forest.
Sekitar jam 5 sore, Laura dan Kakeknya tiba di Surabaya. Setelah sampai di terminal, Laura memesan taxi online untuk mengantar mereka hingga ke depan rumah.
"Sudah sampai Neng, apa ini rumah kalian? Sayang sekali dikosongkan. Padahal jika disewakan lumayan juga dapat uang, daripada kotor dan rusak." Ucap sopir taxi itu.
"Iya Pak, kami baru pulang merantau. Ini ongkosnya terima kasih." Ucap Laura menatap tanpa ekspresi.
Setelah mobil taxi itu pergi, Laura lali membuka pintu gerbang yang sudah dipenuhi rumput liar.
"Sepertinya kita harus bersih-bersih, benar kata sopir taxi itu. Rumahmu sangat tidak layak huni." Ucap Kakek Jauhar ikut mencibir.
"Iya, besok saja kita bersihkan. Kalau begitu, kita cari penginapan untuk malam ini. Aku lelah." Ucap Laura, kembali mengunci pagar.
"Apa kamu bisa mengantar Kakek ke Rumah Sakit terdekat Laura?"
"Rumah Sakit? Untuk apa Kek?"
"Karena Kakek punya penyakit asma, dan obat Kakek tertinggal di rumah kontrakan kamu di Jakarta."
"Astaga, kenapa Kakek ceroboh sekali. Aku pikir semua barang-barang Kakek sudah masuk ke dalam tas." Ucap Laura penuh sesal.
"Sudah tak apa, sebelum hari semakin malam. Dan Kakek semakin lelah, takut asma Kakek kambuh."
"Baiklah, kita ke Rumah Sakit."
Beberapa saat kemudian, Laura sudah mengantar Kakek Jauhar mendapatkan obatnya.
"Kakek tunggu di sini, aku ingin ke toilet." Ucap Laura.
Saat menuju toilet, Laura tidak sengaja melihat siluet seorang pria.
"Bukankah dia pria itu? Kenapa ada di Rumah Sakit ini." Karena penasaran, Laura mengikuti Lucas. Hingga Lucas masuk ke dalam ruangan rawat inap kelas vvip.
"Makanlah." Ucap Lucas bernada dingin.
"Lucius... Apa tidak bisa kamu menyuapiku sekali saja." Manja Lisya.
"Jangan aneh-aneh..." Tegas Lucas.
"Tapi, anak kamu yang ingin. Aku ngidam makan disuapi kamu."
"Jangan memanfaatkan nama anak yang bahkan baru sebiji jagung itu."
Deg
"Anak... Jadi Lucius sudah menikah dan istrinya sedang hamil?" Ucap Laura merasakan hatinya patah.
"Apa aku yang terlalu percaya diri? Mencintai pria yang baru aku kenal beberapa hari saja. Ternyata, hidup sendiri lebih baik." Ucap Laura mengusap kasar air matanya yang menetes tanpa diundang.
"Siapa di sana?" Teriak Lucas berlari keluar karena merasakan ada orang lain yang sedang mengintip. Sayangnya, Laura dengan cepat bersembunyi.
Aku jadi ngilu mbayanginnya