Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Kehilangan lagin
Hari itu, Kayla tak langsung disuruh pergi. Bahkan malamnya, Bu Rika menyuruhnya mandi, memberinya baju bersih, lalu menyiapkan kasur lipat kecil di ruang tamu.
“Malam ini kamu tidur di sini. Besok kita bicara lagi soal rencana ke depan.” ujar Bu Rika
Kayla memandang wanita itu lama.
“Bu Rika…” panggil Kayla
“Iya, Nak?” jawab ibu Rika
“Kalau Ibu nggak keberatan… Kayla boleh bantu-bantu di sini? Kayla bisa nyapu, cuci piring, bantu apa aja. Tapi Kayla… nggak mau tinggal di luar lagi.” ujar Kayla
Suara Kayla mulai bergetar.
“Kayla kedinginan, tiap malam… kadang ngimpiin Mama, tapi pas bangun… sendirian…” cerita Kayla
Bu Rika terdiam. Lalu ia maju, membuka tangannya.
“Ke sini.” pinta Bu Rika
Kayla maju pelan. Lalu tubuh kecilnya tenggelam dalam pelukan pertama sejak ibunya pergi.
“Nggak usah ngomong apa-apa dulu. Ibu ngerti.” jawab ibu Rika
Kayla menangis sejadi-jadinya. Di pelukan itu, tubuhnya yang selama ini menahan segalanya akhirnya luluh.
Hari-hari berikutnya, Kayla tinggal bersama Bu Rika. Ia dipanggil "Ibu" untuk pertama kali lagi setelah sekian lama. Kayla mulai sekolah, meski dengan seragam bekas dan sepatu tambalan.
Tapi Kayla bahagia.
“Ibu, Kayla rangking 1 kemarin!” ucapnya penuh semangat suatu hari.
“Wah, hebat sekali anak Ibu! Nanti kita makan mi goreng spesial ya!” ujar ibu Rika bahagia penuh bangga
"Iya Bu, Kayla mau" jawab Kayla
Bu Rika tertawa. Kayla ikut tertawa, kali ini tanpa air mata.
Namun kebahagiaan itu tak lama.
Beberapa tahun kemudian, di usia Kayla 11 tahun, kecelakaan menimpa Bu Rika.
Mobil pick-up menabrak sepeda motor yang ditumpangi Bu Rika saat ia pulang dari pasar. Kayla mendapat kabar itu dari tetangga.
“Ibu kamu di rumah sakit, cepat ke sana!” seru ibu Atun tetangga ini Rika
Kayla berlari tanpa sepatu, menangis sambil memanggil nama ibu angkatnya. Tapi saat ia tiba…
“Maaf… pasien sudah tak tertolong. Kami kekurangan peralatan, dan proses penanganan sempat tertunda karena… prosedur administrasi…” ujar sang dokter
Kayla memeluk tubuh Bu Rika yang sudah kaku. “Ibu… jangan kayak ibu Retno… Ibu sudah janji… Kayla nggak sendiri lagi…”
Ia menjerit. “Jangan tinggalin aku lagi!”
Untuk kedua kalinya, Kayla berdiri di sisi makam. Kali ini dengan tubuh yang lebih tinggi, lebih dewasa, tapi jiwanya sama rapuh.
“Ibu… Bu Rika sekarang sama ibu ya? Tolong peluk dia di sana… jangan biarin dia sendiri juga…” ujar Kayla dengan kesedihan
Hujan turun. Tapi Kayla tetap berdiri, menggenggam dua gambar yang ia simpan di dalam plastik: satu kupu-kupu, satu bunga matahari.
“Ibu Retno… Ibu Rika … Kayla sendirian lagi. Tapi… Kayla nggak akan menyerah.” gumam Kayla yang masih sedih tapi berusah tegar menghadapi semua cobaan ini.
Kayla duduk di beranda rumah kecil milik Bu Rika yang kini kosong. Wajahnya menghadap jalan. Matanya kosong. Di tangannya ada buku gambar tua yang mulai lembap oleh air hujan.
Sudah tiga hari sejak pemakaman. Tiga hari sejak suara lembut itu tak lagi memanggil, “Kayla, ayo makan.” Tiga hari sejak tangan hangat itu tak lagi mengelus rambutnya.
“Ibu…” gumam Kayla pelan dan air matanya menetes
Ia bicara pelan, seolah seseorang masih ada di sebelahnya.
“Dulu ibu kandungku pergi, sekarang Ibu. Aku salah apa, ya? Kenapa semua orang yang aku sayang pergi satu-satu?” ujar Kayla penuh kesedihan
Angin menyapu halaman. Daun kering beterbangan.
Kayla bangkit dan masuk ke dalam. Ia membuka lemari kecil yang pernah jadi tempat Ibu Rika menyimpan kain. Di situ, ia menemukan sebuah amplop putih bertuliskan namanya.
Untuk Kayla.
Kalau Ibu pergi duluan.
Tangannya gemetar saat membukanya. Di dalamnya hanya ada secarik surat dan satu ikat uang yang dibungkus rapi.
Surat itu tertulis
Kayla sayang,
Maaf kalau surat ini kamu baca dalam keadaan Ibu sudah tidak bisa lagi memelukmu.
Tapi kamu harus tahu satu hal: kamu adalah anak paling kuat dan paling berani yang pernah Ibu kenal. Ibu bangga sekali sama kamu.
Ibu hanya bisa meninggalkan sedikit uang—uang tabungan dari jualan sayur dan gorengan. Gunakan ini untuk mendaftar sekolah.
Kalau kamu punya mimpi, kejarlah, Nak. Jangan takut sendirian. Tuhan akan kirimkan cahaya, seperti Ibu dikirimkan untuk bertemu kamu dulu.
Jangan biarkan dunia membuatmu jadi keras. Jadilah seperti Kayla yang selalu bisa mencintai meski disakiti.
Ibu selalu sayang kamu.
— Rika.
Kayla menutup surat itu sambil menangis terisak.
“Kayla janji, Bu… Kayla akan sekolah. Kayla akan pintar. Kayla nggak akan nyerah…” ujar Kayla penuh semangat
Malam itu, ia mengemasi barang-barangnya. Beberapa baju, buku gambar, surat dari Bu Rika, dan uang peninggalan itu. Ia tidak tahu akan tinggal di mana. Tapi ia tahu satu hal: dia tidak boleh berhenti berjalan.
Beberapa hari kemudian, Kayla berdiri di depan sebuah sekolah menengah pertama negeri. Ia membawa map kecil berisi formulir yang ia beli dari uang tabungan Ibu Rika.
Di meja pendaftaran, seorang petugas menatapnya curiga.
“Kamu sendirian?”
“Iya, Bu.”
“Orang tuamu mana?”
“Sudah nggak ada.”
Petugas itu terdiam. “Kamu dari mana sebelumnya?”
“Dari rumah Bu Rika… ibu angkat saya. Tapi beliau meninggal.”
Lalu Kayla menyerahkan mapnya.
“Boleh saya ikut ujian masuk, Bu? Saya bawa rapor kelas enam saya yang disimpan almarhum Ibu.”
Petugas itu mengangguk, sedikit terkejut karena Kayla sangat rapi, sopan, dan tenang.
Hari ujian tiba. Kayla duduk di antara puluhan siswa lain. Anak-anak datang diantar orang tua. Tapi dia… datang sendiri, dengan satu pensil dan satu penghapus kecil yang sudah nyaris habis.
Ia menatap soal-soal ujian. Matanya tajam. Tangannya cekatan. Satu per satu soal diselesaikannya dengan penuh konsentrasi.
Beberapa guru pengawas memperhatikannya.
“Anak itu… luar biasa. Aku lihat dari sekolah dasar kecil, tapi jawabannya nyaris sempurna.”
“Latar belakangnya gimana?”
“Anak yatim. Tinggal sebatang kara.”
Dua minggu kemudian, hasil diumumkan. Kayla diterima dengan nilai tertinggi. Ia bukan hanya lolos—tapi ditawari beasiswa penuh dari yayasan pendidikan yang bekerja sama dengan sekolah.
Wali kelas memanggilnya secara khusus.
“Kayla, kamu benar-benar luar biasa. Yayasan akan biayai semua kebutuhan sekolahmu, termasuk asrama dan buku.” ujar wali kelas kagum
Kayla terdiam. Ia menggenggam map pengumuman itu erat-erat.
“Terima kasih… Terima kasih banyak, Bu…” jawab Kayla
Ia keluar dari ruang guru dengan mata berkaca-kaca. Langit biru cerah di atas kepala, seperti memberi restu.
“Ibu Kayla mulai jalan baru ya. Kayla nggak akan sia-siain doa kalian.” gumam Kayla
Bersambung
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....