NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:715
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4 – Luka yang Tak Ada Jawabannya

"Cinta tak seharusnya meninggalkan lebam. Tapi aku belajar, bahwa dalam hubungan seperti ini... cinta selalu datang bersama luka."

Aku menatap bayanganku di kaca kamar mandi.

Ada sembab yang belum sempat hilang. Ada bekas merah yang belum pudar.

Kemarin, hanya karena aku salah menjawab, tangannya mendarat ke pipiku.

Tidak sekali. Tidak dengan pelan. Dan tidak dengan penyesalan yang tulus.

Yang lebih menyakitkan bukan pukulannya. Tapi... cara dia berkata seolah semua itu salahku.

Gibran:

"Kamu tuh bikin aku kehilangan kontrol! Kalau kamu jawab benar, semua ini nggak bakal terjadi!"

Aku tertunduk waktu itu. Berharap dinding bisa menelanku.

Beberapa jam setelahnya, dia datang membawa es batu dan pelukan.

Dan seperti biasa, aku memaafkannya. Bukan karena ikhlas, tapi karena aku tidak tahu ke mana harus pergi.

Malam harinya, tubuhku menggigil. Bukan karena demam. Tapi karena jiwaku mulai menolak semua ini.

Aku tidak tidur. Aku hanya berbaring sambil mengingat: kapan terakhir kali aku tertawa karena merasa aman?

Keesokan paginya, aku menemukan sebuah cermin kecil di antara tumpukan pakaian.

Dan saat aku melihat wajahku sendiri—aku nyaris tak mengenalinya.

Wajah itu bukan lagi aku.

Wajah itu milik seseorang yang takut bersuara, takut salah, dan takut mencintai dirinya sendiri.

“Aku hidup… tapi rasanya seperti mati perlahan.”

Beberapa hari kemudian...

Tubuhku mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Nafsu makan hilang. Dada sesak. Dan malam-malamku selalu dihantui mimpi buruk.

Aku sempat berpikir untuk kabur. Tapi ke mana?

Keluarga tidak tahu aku ada di mana. Teman sudah tidak bisa kuhubungi.

Dan saat aku memberanikan diri untuk bertanya:

Aira:

“Mas, aku boleh kontrol lagi ke psikiater? Aku ngerasa makin drop…”

Gibran: (dingin)

"Ngapain? Psikiater tuh cuma nyuruh kamu mikirin hal yang nggak penting. Lagian kamu tuh udah sembuh. Yang bikin kamu makin kacau itu pikiran kamu sendiri."

Saat itu aku tahu… aku tidak sedang sembuh. Aku sedang ditahan. Oleh orang yang selalu bilang sayang, tapi menutup jalanku untuk pulih.

Aku mulai menulis lagi. Tapi kali ini, bukan sekadar curhat.

Aku mulai menyusun rencana kecil. Pelan-pelan. Diam-diam.

“Kalau aku terus di sini… bukan cuma tubuhku yang hancur. Tapi aku akan benar-benar hilang.”

Hari-hariku mulai terasa seperti pengulangan luka.

Bangun pagi dengan kepala berat, hati kosong, dan ketakutan yang sulit dijelaskan.

Setiap suara langkah kaki Gibran di lantai rumah membuat tubuhku refleks menegang.

Aku merasa seperti bayangan dari diriku sendiri.

Aku tidak lagi bisa mengenali siapa Aira yang dulu.

Yang dulu punya mimpi.

Yang dulu punya suara.

Yang dulu bisa tertawa tanpa takut disebut berlebihan.

Pernah satu malam, aku terbangun karena mimpi buruk.

Tubuhku penuh keringat, napasku tercekat.

Gibran di sebelahku hanya menoleh sekilas, lalu kembali tidur.

Tanpa tanya, tanpa peluk.

Seolah... kehadiranku tak penting lagi, kecuali saat dia butuh sesuatu dariku.

Hari itu, saat menyapu halaman belakang, aku menemukan ponsel lamaku yang disimpan dalam laci gudang.

Baterainya sudah mati. Tapi aku menggenggamnya erat seperti menemukan sisa diriku yang pernah bebas.

“Aku butuh suara. Aku butuh panggilan untuk kembali menjadi aku.”

Malamnya, saat Gibran keluar rumah sebentar, aku mengisi daya ponsel itu diam-diam.

Layarnya menyala pelan.

Aku menahan napas saat melihat wallpaper-nya: aku dan sahabatku — tertawa di tepi danau, sebelum semua ini dimulai.

Air mataku menetes begitu saja.

Aku membuka galeri, membaca ulang chat lama dari sahabatku:

Sahabat:

“Kalau kamu butuh aku, kabari ya. Aku tahu kamu gak baik-baik aja. Aku di sini.”

Tanganku gemetar.

Bukan karena takut ketahuan. Tapi karena... aku takut sudah terlalu lama hilang.

“Jika ada cinta yang membuatmu kehilangan akses ke dunia luar, mungkin itu bukan cinta. Itu jerat.”

Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan...

Aku mulai menulis satu pesan:

“Maaf baru bisa kabari. Aku masih hidup. Tapi aku tidak baik-baik saja.”

[To be continued...]

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!