NovelToon NovelToon
Secangkir Macchiato

Secangkir Macchiato

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Tentara / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

"Bang Akbar, aku hamil!" ucap Dea di sambungan telepon beberapa Minggu lalu.
Setelah hari pengakuan itu, Akbar menghilang bagai di telan bumi. Hingga Dea harus datang ke kesatuan kekasihnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Bukannya mendapatkan perlindungan, Dea malah mendapatkan hal yang kurang menyenangkan.
"Kalau memang kamu perempuan baik-baik, sudah pasti tidak akan hamil di luar nikah, mba Dea," ucap Devan dengan nada mengejek.
Devan adalah Komandan Batalion di mana Akbar berdinas.
Semenjak itu, Kata-kata pedas Devan selalu terngiang di telinga Dea dan menjadi tamparan keras baginya. Kini ia percaya bahwa tidak ada cinta yang benar-benar menjadikannya 'rumah', ia hanyalah sebuah 'produk' yang harus diperbaiki.
Siapa sangka, orang yang pernah melontarkan hinaan dengan kata-kata pedas, kini sangat bergantung padanya. Devan terus mengejar cinta Dealova.
Akankah Dealova menerima cinta Devan dan hidup bahagia?
Ikuti perjalanan Cinta Dealova dan Devan hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : Serba Salah

Sub Bab : Luka itu telah membentuk trauma yang dalam.

Sentuhan lembut tangan Larasati menyeret kesadaran Dea, kalau ia sudah berada di dalam mobil bus yang akan mengantarkannya ke Jakarta. Karena banyaknya kontingen yang dibawa, lima buah mobil bus VVIP di siapkan Pemda untuk mengantar Atlet, penari dan para kru. Dea mengikuti Larasati saat mobil sudah sampai di Rest area.

"Sejak tadi kamu terus melamun, Dee." Laras memberi sendok dan garpu pada Dea untuk mulai makan di sebuah restoran.

"Aku ndak lapar, mbak."

"Aku nggak mau kamu sakit, sampai di Jakarta jadwal latihan kamu begitu padat, Dea," ucap Laras

"Kita bisa cerita nanti setelah makan, itu pun kalau kamu siap berbagi masalahmu padaku," ujar Laras dengan tatapan teduh.

Airmata Dea menggenang lagi, dia menggeleng pelan. "Aku belum siap mba."

Truk-truk militer baru saja berhenti di depan restoran tempat rombongan mereka juga ada di sana. Sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam juga berhenti di sana. Setelah pintu terbuka, turunlah beberapa orang berpakaian loreng dengan penampilan mempesona.

Laras yang matanya jelalatan kalau melihat tentara, sontak membulatkan matanya seakan rugi jika harus berkedip. "Dea... bening-bening banget bapak Taraaaa... Ya Tuhan mau yang seperti ini satu saja buatku, ya Tuhan pliss... !" seru Laras dengan mata yang berbinar.

Dea tidak sedikit pun melirik ke arah mereka, respon tubuhnya seketika 'berbeda' melihat gerombolan yang berjenis kelamin laki-laki plus berseragam berjalan mendekati mejanya. Pori-pori di kulitnya seketika mengeluarkan keringat, bulu kuduknya merinding, mata bergerak kesana-kemari dengan tatapan kosong. Tubuhnya waspada, seakan sesuatu sedang mengancam dan akan menerkam tubuhnya.

Dea mengambil botol air mineral dengan gemetar, berusaha membuka tutupnya dengan susah payah karena gemetar di tangannya kian parah.

Lalu sebuah tangan mengambil botol itu dari tangannya.

Botol mineral disodorkan kembali ke depan Dea dengan tutupnya sudah terbuka. "Nih, mba sedang sakit ya? pucat sekali," ucap lelaki muda berpakaian tentara lengkap dengan baret dan sebuah tempat pistol di pinggangnya.

Tanpa melihat wajah dari si pemberi botol, Dea langsung menyambar botol dengan tangan yang masih bergetar hebat. Ia mendorong bibir botol mendekati bibirnya dengan sedikit kesusahan.

Tentara itu terus mengamati gerakan Dea tanpa berkedip. Laras tersenyum kikuk dan mengusap lengan Dea dengan lembut.

"Maaf mas Tara, teman saya sedang demam, iya kan Dee?" jawab Laras.

Tentara muda itu mengernyitkan keningnya, "Tara?" tanya lelaki itu keheranan.

"Ehmm... Maksudnya mas tentara," balas Laras dengan wajah malu-malu.

"Owalaah... begitu ya?" jawabnya. "Namaku Akbar, mbak," ucap Akbar melirik Dea yang sejak tadi menundukkan wajah dan menutupi wajah dengan rambut.

Akbar mengulurkan tangannya ke arah Dea, namun disambar oleh Laras. "Namaku Larasati, mas Tara Akbar."

Akbar terkekeh geli, "Akbar saja mbak."

"Mas Akbar, jangan panggil aku mbak toh, aku belum tua-tua banget. Umurku sama dengan Dea, iya kan Dea—" Laras menyenggol tangan Dea dengan gayanya yang centil.

Dea tetap diam. Merasakan tubuhnya yang mulai menggigil kedinginan.

"Owh, mba sebelahku ini namanya Dea." Akbar memiringkan wajahnya menatap Dea lebih dekat. "Dea pemalu sekali ya," ucap Akbar dengan nada menggoda.

Dea berdiri, ia segera berlari ke arah toilet.

Laras dan Akbar saling pandang melihat respon Dea yang gemetar. "Dea sepertinya kurang sehat mba," ucap Akbar dengan wajah yang tampak gelisah, matanya terus melihat ke arah toilet.

Di dalam toilet, Dea memuntahkan semua isi perutnya. Respon traumatis mulai ia rasakan, sekujur tubuhnya kedinginan dengan napas tersengal-sengal. Dea menangis tersedu-sedu di depan closet, tangan yang menjadi tumpuan di closet mulai gemetar hebat, dadanya semakin sesak seperti ditindih sebuah batu besar.

Kejadian malam itu melintas lagi di pelupuk matanya.

"Dealova, apa kamu di dalam?" suara berat dan tegas seorang pria terdengar dari balik pintu.

Dea semakin ketakutan.

"Dealova Salsabila, aku tahu kamu di dalam. Aku hanya ingin memberikan tisu dan minyak angin."

"Siapa kamu?!" tanya Dea dengan suara bergetar dan panik.

"Aku... Buka pintunya dulu, kamu akan tahu siapa aku," bujuk Devan.

"Pergiii!!" jerit Dea.

Pria itu mengernyitkan keningnya begitu dalam, suara Dea terdengar tidak biasa.

Selama satu Minggu, Devan diam-diam memperhatikan Dea saat di cafe, ia menjadi pelanggan tetap setiap kali Dea bertugas.

Khusus hari ini, pertemuan mereka sebuah kebetulan yang menggembirakan bagi Devan. Karena mereka bertemu tanpa sengaja di lokasi rest area yang sama, saat Devan ingin mengambil duduk di dekat meja Dea, Akbar dan beberapa anak buahnya yang lain sudah mendahului. Terpaksa Devan hanya memperhatikan Dea dari kejauhan seperti biasanya.

"Dealova, kamu ingat gambar wajah ibuku dengan art latte?" Devan menarik napas dalam-dalam, ia akui urusan mendekati perempuan ia gagal total dan tidak ada pengalaman. "Aku, itulah aku. Ada apa denganmu, keluarlah dulu," bujuknya dengan suara lembut.

Bruaakk

Suara benturan terdengar dari dalam bilik Dea. Devan sontak menggedor pintu toilet. Lalu ia berusaha memanggil bantuan agar tidak terjadi salah paham. Dengan bantuan satu orang anak buahnya dan Office Girl, Devan memanjat dari bilik sebelah. Dea sudah terkulai lemas di pojok toilet dengan wajah pucat dan tubuhnya yang dingin seperti es.

Devan menggendong tubuh Dea ala bridal style setelah membuka pintu toilet. Langkah panjangnya tergesa ke ruangan yang lebih luas.

Laras yang sejak tadi mencari Dea, terperanjat melihat Dea sudah berada dalam gendongan seseorang yang dipanggil Akbar dengan sebutan Komandan.

"Kenapa dia, Dan?" tanya Akbar dengan suara panik.

"Panggil orang kesehatan!" titah Devan.

Tubuh dingin Dea sudah di baringkan di atas karpet Mushola rest area. Dua orang kesehatan sudah datang dengan membawa tabung oksigen dan alat pemeriksaan pasien. Devan duduk di samping kanan Dea, sementara Akbar di samping kiri Dea, kondisi Dea masih tidak sadarkan diri. Dengan wajah cemas kedua pria yang memiliki ketertarikan pada Dea menunggu hasil pemeriksaan.

Devan menyingkap bahan baju di bagian tangan Dea, kedua pergelangan tangan gadis itu membiru seperti orang yang baru saja terikat dengan kencang. Wajah Devan mengernyit, sebuah tanda tanya besar menggelayuti pikirannya.

"Foto bagian ini!" perintah Devan pada para medis. "Ada paramedis perempuan yang kalian bawa?" tanyanya

"Tidak ada, Dan. Team dokter dan perawat perempuan menyusul ke tempat Bakti Sosial besok pagi, bersamaan dengan istri anda dan ibu-ibu pengurus Ranting." jawab salahsatu perawat militer.

"Bar, tolong cari ketua team dari rombongan Pemda Semarang. Ada yang ingin aku bicarakan," perintah Devan.

"Siap, komandan," jawab Akbar lalu bergegas mencari ketua team yang masih berada di rest area.

Larasati yang berdiri tidak jauh dari sana, segera mendekat dan meminta penjelasan.

"Maaf, kalau boleh tahu murid saya kenapa pak?" tanya Larasati dengan nada bergetar.

"Kamu guru tarinya?" tanya Devan. Larasati mengangguk.

Setelah pertemuan pertama Devan dengan Dea di cafe, ia sudah mengali informasi siapa Dealova dan apa saja kegiatannya. Devan tahu dimana Dea selama ini selalu berlatih tari setelah pulang bekerja dari cafe.

Devan menatap wajah Larasati sebentar lalu beralih lagi ke wajah pucat Dea, "Kalian akan bermalam di mana saat di Jakarta?" tanya Devan.

"Ada apa ya pak? Saya tidak perlu menjawab, ini privasi kami!" jawab Larasati penuh kewaspadaan.

Siapa yang tidak curiga, tiba-tiba orang yang baru dikenal menanyakan tempat mereka akan menginap dimana saat di Jakarta, wajar Larasati berhati-hati dan waspada.

"Saya perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap murid anda, mba Laras. Saat ini saya tidak membawa team medis yang memadai. Saya akan usahakan mengutus rekan yang ada di Jakarta untuk menangani murid anda," tutur Devan panjang lebar.

"Oh maaf, saya tidak akan mengizinkan anda ikut campur dengan team kami. Kesehatan anak buah saya adalah tanggung jawab dan urusan saya, Dea akan mendapatkan penanganan terbaik di sana," tolak Larasati dengan tegas.

Devan memejamkan matanya sebentar, apa yang diucapkan Larasati ada benarnya, itu memang tanggung jawab mereka. Jika ia memaksa untuk memeriksa Dea dengan lebih dalam, belum tentu Dea akan setuju dan tentu saja akan menimbulkan kecurigaan juga menganggu team mereka.

"Maaf jika saya terkesan terlalu ikut campur, tapi saya peduli dengan mbak Dea," kilah Devan.

"Anda siapanya? Saudara? Bukan kan? Cukup! Cukup sampai di sini bantuan anda, kami juga punya team medis dan jangan ikut campur dengan masalah murid saya!" kecam Larasati dengan tegas.

"Mbak... Saya orang yang perduli dengan Dealova. Apa itu tidak cukup buat anda mengerti?!" Devan mulai terpancing emosi.

"Orang asing yang tiba-tiba perduli? Anda mencurigakan sekali! Saya tahu Dea tidak punya keluarga dari kalangan militer!" cecar Laras dengan wajah tidak suka.

Seketika ketegangan menyelimuti ruangan Musholla.

Perdebatan dua orang itu membuat dua para medis saling bertukar pandangan, Akbar dan ketua team dari Pemda yang baru datang ikut merasakan ketegangan itu.

Sutrisno sebagai ketua team yang ditugaskan Pemda harus berperan menjadi penengah diantara Laras dengan Devan yang baru saja berseteru.

"Selamat sore komandan, mohon maaf sebelumnya atas ketidaknyamanan ini. Anggota kami memang sudah mengeluh sakit saat akan berangkat, jadi kami sudah menyiapkan para medis dan obat-obatan untuk seluruh anggota team termasuk kru. Terima kasih atas pertolongan pertama dan bantuannya," ucap Sutrisno dengan tubuh sedikit membungkuk.

Devan mendengus kesal. Menunjukkan wajah serba salah, perhatiannya pada Dea dianggap salah tempat dan berujung kesalahpahaman. Tapi hatinya sangat berat melepas Dea dalam kondisi seperti itu. Ada sesuatu yang mengganjal di hati dan pikirannya.

"Baik pak Sutrisno, saya juga minta maaf membuat ketidaknyamanan ini. Kami permisi." Devan segera menarik langkah menjauh dari Dea dan team Larasati, tanpa menoleh lagi.

1
🌞Oma Yeni💝💞
saat hati terluka,, lanjutkan makan habiskan mienya sampai tuntas tak bersisa /Facepalm/
🌞Oma Yeni💝💞: paling males aku tuh, lagi asyik balas komen, ada tulisan muncul, komen anda terlalu cepat BLA BLA BLA BLA
Aksara_Dee: pedes ya sampe ke hidung
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
wadduhh, kamu kurang hati hati nih devan
Aksara_Dee: playboy amatir 😅
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
komandan nya udah tahu
Aksara_Dee: istrinya melangkah LBH dulu ka
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
cuma sesama wanita yang paham rasa itu, para pria belum tentu
Aksara_Dee: cowo mah bisanya bikin porak poranda hati cewe
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
bukan urusanmu nduukk
🌞Oma Yeni💝💞: sotoy banget /Facepalm/
Aksara_Dee: Kasandra sotoy yaa
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
bheuh,,, lagakmu cah ayuuu,, mertua di panggil nama
🌞Oma Yeni💝💞: iya, aneh Kasandra itu
Aksara_Dee: sakit hati sama siapa, mertuanya yg dihina
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
pencuri bukan di rayu tapi ditangkap pak devan
Aksara_Dee: di tangkap ke hatinya
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
dunia terbalik ini mah /Facepalm/
Aksara_Dee: ngerayu jalur ektrim ka
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
usir aja pak usir /Chuckle/
Dee
Ca deserve better! Jangan mau jadi second lead di hidup orang.
Kok Kasandra jadi side character di cerita cintanya Devan sama wallpaper 😭
Aksara_Dee: cara dia meminta maaf jg saah sih
total 1 replies
Dee
Delapan tahun bukan waktu yang sebentar, tapi dihancurkan begitu saja oleh kehadiran orang ketiga. Tapi, itu karena salahmu jg kan?!
Aksara_Dee: dia terlalu percaya diri Devan akan selamanya tunduk padanya
total 1 replies
Dee
Cakeepp...
Aksara_Dee: makjleb
total 1 replies
Dee
Ternyata Aca bisa tertarik jg ya, sama 'orang susah'
Aksara_Dee: bagi dia yg penting style
total 1 replies
Dee
GR deh... Akbar...
Aksara_Dee: tanpa rayuan dari Dea, Akbar udah tergoda
total 1 replies
Dee
Tuh kan bener, Akbar aja gemes😄
Aksara_Dee: nanti ada di episode BRP aku lupa, Akbar komen. udah kecil, ngerepotin, pemarahnya kayak swan tapi bikin gagal move on
total 1 replies
Dee
Hihi...lucu Dea, bikin gemes..
Aksara_Dee: di jadiin mainan bener si Dea
total 1 replies
Dee
Baca ini bikin aku jadi pengen ikut nimbrung sambil minta dibuatin kopi juga 😆
Aksara_Dee: seru yaa kalau lagi camping gt, bikin makanan bareng² kayak mau main masak²an
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
suami salah jika tak bisa sabar & menuntun istrinya. tapi jika istri pembangkang padahal suami sudah berusaha menjalankan tugasnya, apakah tetap bisa dikatakan suami salah? 😔😔
kasihan juga pada Kasandra, tapi mau gimana lagi? udah telat.
semoga zie tidak jadi korban
Aksara_Dee: gengsinya tinggi bgt sih dia
Aksara_Dee: SDH aku share ka 🙏
total 7 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
dan wanita itu adalah dea.
Aksara_Dee: iya ka
total 1 replies
Abu Yub
Emangnya aku ngak punya kaki buat kesini. iyalah! Kan udah di sini, masak di sana/Curse/
Aksara_Dee: wkwkwkwk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!