NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Volume Televisi

Pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga memanglah tidak mudah. Tugasnya bukan hanya mengurus keluarga saja, tapi memastikan rumah tetap bersih dan rapih juga menjadi tanggung jawabnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Rahayu, wanita berumur tiga puluh tahun itu sedang sibuk menyapu ruang tamu agar terlihat lebih bersih. Ia baru memiliki waktu untuk membersihkan ruang tamu saat ini, sedari tadi ia sibuk memasak untuk makan siang keluarganya.

Rumah Rahayu tiga tingkat. Lantai pertama ada ruang tamu yang digabung menjadi ruang keluarga, lalu dapur dan juga kamar mandi yang berada di bagian belakang. Lantai kedua terdapat dua kamar dan satu kamar mandi kecil. Sedangkan lantai tiga hanya ada satu kamar berukuran besar dan juga tempat untuk menjemur pakaian.

Karena ruangan di lantai tiga berukuran besar, ia dan suaminya menaruh beberapa barang di sana. Salah satunya televisi berukuran sedang yang sedari tadi ia dengar menyala kencang.

Ia membiarkan televisi tersebut tetap menyala, berpikir jika itu keponakannya yang sedang menonton televisi. Suasana tidak terlalu sepi karena adanya suara televisi, membuat Rahayu sedikit merasa aman dari suasana sepi di lantai satu.

Siang hari ini ia hanya bersama satu keponakannya dan juga anak bungsunya yang masih kecil. Keluarganya yang lain sudah pergi untuk bekerja dan juga sekolah di tempatnya masing-masing sedari pagi.

Selesai menyapu, Rahayu duduk santai di sofa yang berada di ruang tamu. Ia memainkan ponselnya seraya memperhatikan anak bungsunya yang sedang bermain. Ia menoleh ke arah tangga saat mendengar volume televisi terdengar semakin kencang di telinganya.

"Riza nyalain televisi kok gede banget volumenya," gumam Rahayu dengan bingung.

Ia melangkah mendekati anak tangga seraya menatap ke arah lantai atas, "ZA!!! KALAU NONTON TV JANGAN KENCENG-KENCENG VOLUMENYA. KAMU LAGI NONTON TV BUKAN NONTON KONSER!!!" teriaknya dari arah bawah tangga.

Ia menghembuskan napasnya lega saat mendengar volume televisi direndahkan. Dengan tak acuh ia kembali menghampiri anak bungsunya yang sedang sibuk bermain.

"Dek, makan yuk. Udah siang," ucap Rahayu pada anak bungsunya itu.

Dirga, bocah berumur empat tahun hanya menggelengkan kepalanya. Tatapan matanya masih terus menatap mainan di depannya.

"Abis makan kita main lagi," bujuk Rahayu lagi.

"Gak mau, mau main aja." Dirga kembali menggelengkan kepalanya dengan terus memainkan mainan yang ada.

Rahayu menghela napas pelan mendengar jawaban anak bungsunya. Ia beranjak menuju dapur untuk menyiapkan makan siang, dirinya akan menyuapi Dirga agar perut anaknya itu terisi. Ia menatap sekilas ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Sudah waktunya untuk makan siang bagi anak bungsunya.

Ia melangkah meninggalkan dapur untuk menghampiri anak bungsunya yang masih sibuk bermain. Mendengar suara televisi yang kembali terdengar kencang, ia menghentikan langkahnya di bawah tangga. Ia kembali berteriak ke arah ponakannya yang berada di lantai tiga untuk mengecilkan volume televisi agar tidak mengganggu sekitar.

"ZA!! JANGAN LUPA MAKAN!!! TANTE UDAH MASAKIN SEMUR TAHU!!!"

Tidak ada balasan dari atas, membuat ia menggelengkan kepalanya heran seraya menghampiri anak bungsunya.

"Mama suapin ya Dek," ucap Rahayu seraya duduk di dekat anaknya itu.

Dirga tidak menjawab, ia masih sibuk memainkan mobil-mobilannya. Walaupun sibuk bermain, mulut bocah terus menerima suapan dari ibunya tanpa memprotes sedikit pun.

Rahayu menyuapi Dirga dengan telaten, sesekali mengajak bicara Dirga yang hanya dibalas dengan tawa, anggukan, atau gelengan kepala. Anaknya itu terlalu sibuk dengan mainannya saat ini, sehingga bocah tersebut tidak bisa ia ganggu dengan bebas.

Beberapa menit menyuapi Dirga, Rahayu beranjak menuju dapur setelah melihat makanan anaknya telah habis tak tersisa. Ia mengambil segelas air putih untuk anaknya yang masih sibuk dengan mainannya.

"Sini Dek, minum dulu," ucap Rahayu seraya memberikan segelas air pada Dirga.

Dirga beranjak dan berlari menghampiri Rahayu, bocah berumur empat tahun itu langsung meminum minumannya hingga tandas. Setelah selesai, ia kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Rahayu menghela napas pelan melihat tingkah Dirga yang tampak tak acuh karena mainannya. Ia mengerutkan keningnya saat volume televisi kembali terdengar dengan suara yang cukup kencang.

"ZA!! VOLUMENYA KECILIN!! PUSING TANTE DENGERNYA!!" teriaknya lagi.

Tidak ada sahutan dari Riza yang berada di lantai atas. Bahkan volume televisi pun semakin lama semakin besar, membuat kepalanya terasa sakit karena suara keras tersebut.

"RIZA!!!"

Dirga hanya menatap ibunya yang berteriak dengan bingung. Tanpa mempedulikan kekesalan ibunya, ia kembali sibuk dengan beberapa mainannya.

"Dek, jangan kemana-mana ya. Mama mau ke atas dulu, mau ngomong sama abang Riza," ujar Rahayu pada Dirga.

Melihat Dirga yang sibuk dengan mainannya, ia langsung menaiki undakan anak tangga menuju lantai dua. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat kepalanya terasa sakit karena suara televisi yang terlalu kencang.

Ia kembali menaiki undakan anak tangga menuju lantai tiga untuk menghampiri keponakannya. Suara volume televisi semakin jelas dan keras ketika ia sudah sampai di area lantai tiga. Sebelum menemui keponakannya, ia mematikan televisi tersebut agar tidak mengganggu tetangga sekitar.

"Hemat listrik Riza, kalau gak ditonton gak usah dinyalain," ujar Rahayu seraya memasuki kamar besar yang berada di lantai tiga.

Ia mengerutkan keningnya dengan bingung saat melihat Riza yang tampak tertidur pulas. Ia melangkah mendekati keponakannya itu untuk membangunkan Riza yang tertidur dengan menghadap ke arah dinding.

"Riza." Rahayu menggerakkan tubuh Riza dengan pelan. "Bangun."

Riza mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasa seseorang membangunkannya. Ia menatap bingung ke arah Rahayu yang duduk di dekatnya, "kenapa Tan?" tanyanya dengan suara serak.

"Kalau nyalain tv tuh ditonton, jangan ditinggal tidur. Hemat listrik," ujar Rahayu mengingatkan.

"Hah?"

"Terus kalau nonton tv itu volumenya biasa aja, jangan full. Bisa budeg yang denger," ujar Rahayu lagi.

"Aku gak nyalain tv," ucap Riza dengan bingung.

"Terus siapa? Kan kamu yang dari tadi di sini." Rahayu menatap Riza dengan tatapan selidik.

"Aku baru aja bangun karena dibangunin Tante," ucap Riza memberitahu.

Rahayu terdiam mendengar perkataan keponakannya itu. Ia terus menatap Riza dengan tatapan yang sulit diartikan. Pikirannya mengarah ke sesuatu hal yang selalu anak-anaknya beritahu.

"Terus yang nyalain tv volume full siapa kalau bukan kamu?" tanya Rahayu pada Riza.

Riza menggelengkan kepalanya tidak tau, "aku gak tau."

"Beneran bukan kamu?" tanya Rahayu memastikan.

Riza kembali menggelengkan kepalanya, "jujur, aku dari tadi tidur," jawabnya meyakinkan.

Rahayu menghela napas pelan, "ya udah." Ia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju lantai satu, tempat di mana anak bungsunya bermain.

"Dek," panggil Rahayu saat ia sampai di lantai satu.

Dirga menatap Rahayu sekilas lalu kembali memainkan mobil-mobilan kembali.

"Tidur siang yuk."

Dirga menganggukkan kepalanya, ia melangkah mendekati Rahayu dan meninggalkan mainannya begitu saja. Melihat anaknya yang tidak memprotes, Rahayu langsung menuntun Dirga untuk menaiki undakan anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Ayo tidur." Rahayu mengelus rambut Dirga pelan, menidurkan anaknya untuk tidur siang.

Suara televisi kembali menyala, Rahayu menghela napas pelan. Masih berpikiran positif jika itu hanya Riza yang tidak bisa tidur kembali dan menyalakan televisi.

Ia memeluk tubuh kecil Dirga seraya memejamkan matanya. Ia kembali membuka matanya seraya mengerutkan keningnya saat suara volume televisi kembali terdengar dengan kencang.

"Riza?!" panggil Rahayu dengan kencang.

Ia menghela napas lelah saat tidak mendengar sahutan dari lantai tiga.

"Awas aja nanti kalau aku ke atas." Ia kembali mengelus rambut Dirga dengan pelan yang membuat bocah tersebut langsung tertidur.

Ia menghela napas pelan untuk mengendalikan emosinya yang siap meledak saat volume televisi kembali terdengar keras. Ia tidak ingin berteriak saat ini, takut mengganggu Dirga yang sudah memejamkan matanya.

"Riza emang susah kalau dibilangin." Rahayu menggelengkan kepalanya. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Dirga yang terpejam, "tidur yang nyenyak ya Dek," bisiknya.

Setelah dirasa Dirga sudah tertidur pulas, Ia beranjak menuju lantai tiga. Ia akan menegur Riza agar keponakannya itu tidak menyalakan televisi dengan volume tinggi.

"Riza?!"

Ia terdiam kembali saat melihat Riza yang masih tertidur. Ia menepuk kaki Riza dengan kencang agar keponakannya itu terbangun dari tidurnya.

"Riza!! Bangun udah siang!!" teriak Rahayu terus menepuk kaki keponakannya.

Riza mengerjapkan matanya bingung saat kembali dibangunkan, "kenapa Tante?" tanyanya dengan bingung.

"Televisi jangan dinyalain kalau kamu tidur, hemat listrik," ucap Rahayu dengan kesal.

Riza kembali menatap Rahayu bingung, "Tan, kan aku udah bilang. Dari tadi aku tidur. Pas Tante bangunin aku, ya aku tidur lagi. Masih ngantuk Tan, tadi malem tugas kuliah banyak banget," balasnya.

"Bohong." Rahayu memicingkan matanya curiga ke arah Riza.

"Suer." Riza mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya, "aku gak bohong."

"Beneran gak bohong?" tanya Rahayu memastikan.

Riza menggelengkan kepalanya, "gak Tan, serius."

Rahayu melangkah mendekat ke arah televisi dan mematikannya, ia menatap Riza yang masih menahan kantuk dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menghela napas mencoba percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riza. Ia melangkah keluar dari kamar, turun dari lantai tiga untuk menghampiri Dirga yang tertidur di kamar.

Riza mengedikkan bahunya tak acuh dan kembali tidur, karena bagaimana pun juga ia tidak merasa menyalakan televisi. Sedari tadi ia hanya tidur, tidur, dan tidur. Karena sudah terbiasa dengan gangguan di rumah, ia kembali memeluk bantalnya dengan tenang tanpa rasa takut sedikit pun.

"Emang ini rumah udah gak beres, digangguin mulu. Setannya juga kurang ajar, bikin gue terus yang disalahin," ucap Riza seraya kembali memejamkan matanya.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!