Kehidupan Fania yang awalnya penuh dengan warna. Dan kebahagian, tiba-tiba saja kebahagiaan itu pergi menghilang bersama orang yang ia sayangi.
FANIA: mengapa kamu akan meninggalkanku untuk selamanya, Basjara? katanya kamu mencintaiku dan berjanji tidak akan meninggalkanku, lalu dimana janjimu itu?
BASKARA: maafkan aku, Fania! ini sudah menjadi takdir kita. tolong berbahagia! kamu masih bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butterfly56, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Masih bersama Andira. Kini Andira sudah berada didepan rumahnya. Tak lupa Andira membayar taxy itu. Setelah taxy itu sudah pergi, Andira melihat isi dompetnya yang kosong.
Andira berjalan menuju kedalam rumahnya. Disana sudah ada kedua orang tua Andira. Mereka sedang asik menonton TV berdua.
Andira melangkahkan kakinya menuju ke mereka. Andira kini bersalaman dengan orang tuanya. Orang tua Andira menatap Andira dengan tatapan sangat sinis.
"Mana berikan kami uang." ucapnya meminta uang kepada Andira.
Andira hanya diam, dia melihat Ibunya menodongkan tangannya. Andira berkata, "Uang aku habis Bu. Andira sudah tidak memiliki uang lagi" ujar Andira dengan kejujurannya.
plak!!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Andira. Setiap harinya Andira selalu seperti ini. Jika dia gak menuruti permintaan orang tuanya pasti dia akan dihajar.
"Kamu itu kalo tidak bisa ngasih kami uang ya pergi! Jangan dirumah ini lagi. Kami tidak sudi melihat wajahmu disini" ucap ibu Andira dengan nada tinggi.
"Kami itu hidup miskin juga karna kamu. Uang kami habis untuk membiayai hidupmu, dan kamu! Kamu hanya menjadi beban, tidak bisa mengasihi kami uang" sambungnya.
"Ma-maafin Andira Bu. Andira janji, besok Ibu akan aku kasih uang" katanya dengan nada lemas.
"Omong kosong! Kamu akan saya jodohkan dengan Frans. Biar hidup kita menjadi enak, jika kamu nolak kamu yang harus membiayai kehidupan kami, Dan itu harus" ucap Ibu Andira.
Kini Andira langsung berlari pergi kekamarnya. Dari pada dia selalu dimarahin dan disalahkan, lebih baik Andira pergi.
kritt...
Andira membuka pintu kamarnya, air mata Andira benar-benar tak bisa ditahan. Kini ia terus menangis, Andira selalu meratapi nasib hidupnya.
Andira benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan seperti ini. Padahal dulu ia merasa bahagia bersama kedua orang tuanya, tapi semenjak ia menginjak usia dewasa, ia selalu tak bahagia.
Masalah-masalah kehidupan Andira terus berdatangan. Masalah itu tak kunjung selesai, setiap harinya pasti datang. Itulah alasan kenapa Andira sangat ingin memiliki Baskara.
Ya, karena Andira juga ingin merasa rasanya bahagia lagi seperti dahulu kala. Andira berharap waktu bisa diputar kembali. Tapi itu mustahil, dan tidak akan bisa.
ahkk!
Andira terus menjambak dan mengacak-acak rambutnya. Sampai ada beberapa rambut yang tercabut. Andira juga sesekali memukul-mukul kepalanya dengan sangat keras.
"Kenapa semua ini terjadi di hidupku? Apa salahku? Aku benar-benar capek" teriak Andira.
Orang tua yang kini sedang melewati depan kamar Andira pun mendengarnya. Mereka meminta Andira untuk tidak berisik. Mereka sama sekali tidak peduli dengan Andira.
"Diam Andira! Kamu tidak usah berisik, bikin telinga rusak aja" ujar Ibu Andira.
Sekarang Andira sedang duduk didepan kaca. Dia melihat make upnya yang sudah luntur parah. Andira segera membersihkannya, setelah dibersihkan wajah Andira terlihat cantik.
Cantiknya sangat mempesona, semua laki-laki pasti tertarik dengannya, kecuali Baskara. Baskara tidak pernah mau bersama dengannya.
Andira mengambil ponselnya. Dia akan mengirimkan pesan kepada seseorang.
Baskara...
Andira: Hai! Apa kamu sibuk Baskara? Aku ingin bertemu denganmu.
Baskara: Maaf ini siapa ya? Dari mana anda mendapatkan nomor saya?
Andira: Aku Andira. Aku mohon Baskara tolong sekali ini aja ya ketemu bersamaku.
Baskara: Baiklah! Kita bertemu di cafe kedai move on.
Andira kembali mematikan ponselnya. Andira kini makai make up lagi agar dirinya terlihat cantik ketika bertemu dengan Baskara. Tak lupa dia juga memakai pakaian yang sangat sexy untuk membuat Baskara tergoda.
Disisi lain...
Kini Baskara dan Fania sudah berada di rumahnya. Baskara melihat istrinya yang sudah tertidur, dia pun segera bersiap-siap untuk pergi menemui Andira.
Entah kenapa kali ini Baskara malah mau menerima permintaan pertemuan dari Andira. Baskara bersiap-siap dengan sangat hati-hati, ia tak akan membiarkan ada bunyi sedikitpun.
Baskara tidak mau jika Fania nantinya terbangun.
"Maafkan aku Sayang. Ini hanya akan sebentar saja" gumamnya.
Setelah Baskara selesai bersiap-siap, dia segera keluar dari kamar dengan hati-hati.
kritt..
Baskara dengan cepat berjalan keluar untuk mengambil mobilnya. Kini Baskara sudah berada didalam mobil, dia segera menyalakan mesin mobil dan melajukannya.
Diperjalanan Baskara terus melaju kencang membawa mobilnya. Tak lama kemudian, dia sudah sampai di cafe kedai move on.
Baskara melihat Andira yang sudah duduk menunggunya disana. Baskara segera memarkirkan mobilnya dan turun. Kini Baskara sudah masuk kedalam cafe itu.
"Hai! Lama ya? Maaf ya" ucap Baskara.
"Iya gak apa-apa. Lagi pula aku juga baru saja sampai" jawabnya.
Baskara mendudukkan dirinya disamping Andira. Tatapan mereka kini saling bertemu. Mereka saling berhadapan satu sama lain.
Baskara melihat kecantikan wajah Andira dan tubuh Andira yang begitu sexy. Dengan gaun yang pas untuk tubuhnya, gaun itu cukup ketat sehingga sangat terlebih dua bola didadanya.
Baskara juga mencium bau parfum yang sangat harum yang dipakai oleh Andira. Baskara mendekatkan kepalanya didepan dada Andira. Disana Baskara meletakkan kepalanya didada Andira.
Andira langsung memeluk erat Baskara sehingga Baskara semakin menempel didadanya. Disana Baskara juga sedikit menggerak-gerakkan kepalanya dan itu membuat Andira terkekeh.
"Kamu itu. Suka ya sama ini? Bagaimana kalo kita ke hotel? Nanti kita lakukan bersama disana. Lagi pula punyaku lebih menggodakan dari pada punya istrimu" ucap Andira menggoda Baskara.
Baskara hanya menganggukan kepalanya dengan pelan. Kebetulan restoran itu hanya ada mereka berdua. Karyawan disana pun semuanya ada di belakang.
Tak lama kemudian, ada satu pengunjung yang datang. Pengunjung itu seorang laki-laki. Laki-laki itu terus menatap Baskara dan Andira yang sedang bermesraan.
Kini laki-laki yang datang itu duduk di meja sebelah mereka. Laki-laki itu terus memandangi Andira dan Baskara. Ya, dia adalah Andito Reywon Yun. Dia seorang Mafia yang kejam disana.
Andito terus melihat mereka. Kini Andito segera memesan makanan untuk dirinya. Andito berdiri dari duduknya dan...
bruk!!
Andito dan Andira pun bertabrakan, mereka berdiri di waktu yang sama dan berjalan di waktu yang sama. Akhirnya mereka pun saling bertabrakan.
Sebuah botol berisi tanah pun jatuh dari dalam saku Andira. Botol itu kini pun pecah. Andito yang melihat itu pun langsung sadar.
Ya, itu botol berisi tanah kuburan dan berfungsi untuk meluluhkan hati laki-laki dengan paksa. Bahkan bisa membuat semua laki-laki tak sadar karena botol itu.
Andito segera memukul bahu Baskara untuk menyadarkannya.
puk!!
"Hey! Sadarlah!" ucap Andito dengan nada tinggi.
Kini Baskara pun tersadar, dia merasakan rasa sangat pusing di kepalanya. Baskara juga merasa mual sedikit. Sepertinya itu benar, Andira sudah main tidak benar.
"Aku dimana?" tanya Baskara ke dirinya.
"Sekarang kamu ada dicafe. Kenapa kamu bisa terkena guna-guna oleh perempuan ini?" tanya Andito.
"Hah? Guna-guna? Apa maksudmu?" tanya Baskara tidak mengerti.
"Lihat.Botol itu, botol itu berisi tanah kuburan yang bisa untuk membuat para laki-laki tidak sadar. Ya contohnya seperti kamu sekarang ini" jelasnya.
Baskara hanya diam mencoba mencerna kejadian semua ini. Dia masih bingung karena dia menjadi linglung.
"Terima kasih kamu sudah membantu saya. Sekarang saya akan pergi dari sini untuk kembali pulang" ucap Baskara segera pergi menjauh dari cafe itu.
Kini Baskara sudah masuk kedalam mobil yang dia bawa. Dia segera menyalakan mobilnya dan pergi. Diperjalanan terdengar suara ponselnya pertanda ada seseorang yang meneleponnya.
drttt.. drtt....
panggilan dalam telepon..
"Halo sayang! Ada apa?" tanya Baskara didalam telepon.
"Kamu dimana? Kenapa pergi tanpa pamit?" tanya Fania dengan tangis isaknya.
"Jangan nangis Sayang. Nanti akan aku ceritakan semuanya dirumah, sekarang aku sedang dalam perjalanan. Aku matikan dulu ya teleponnya"
tut!
Baskara meletakkan ponselnya kembali. Dia masih tidak habis pikir jika Andira akan melakukan hal seperti ini.
"Aku harus lebih hati-hati"
Baskara melajukan mobilnya agar segera sampai dirumahnya. Sesampainya disana, Baskara melihat Fania yang sedang berdiri di depan pintu menunggunya.
Baskara melihat Fania yang memanyunkan bibirnya. Baskara segera memarkirkan mobilnya dan menuju kearah Fania. Kini Fania dan Baskara saling berhadapan.
Fania masih saja memanyunkan bibirnya. Baskara langsung mencium bibir itu dengan lembut.
cup!
Fania pun tersenyum kecil. Fania senang jika suaminya itu menciumnya. Tiba-tiba saja, Baskara menggendong Fania masuk kedalam rumah.
Baskara membawa Fania kedalam kamar. Disana Baskara menghempaskan tubuh Fania diranjang. Baskara segera melepas bajunya karena merasa gerah.
Baskara langsung menidurkan tubuhnya disamping Fania. Baskara juga memeluk tubuh kecil Fania dengan erat.
Kali ini Baskara tidak akan melakukannya. Baskara hanya ingin langsung tidur karena merasa sangat lelah.
Begitupun Fania, Fania saat ini sudah terlelap tidur. Kamar itu terasa sangat sunyi karena keduanya sudah tertidur.
Keesokan paginya...
Sinar matahari menyinari seluruh penjuru kamar mereka. Fania terbangun karena merasa sangat silau.
"Eughh!" lenguh Fania.
Fania mencoba membangunkan Baskara yang masih tertidur. Tak lama kemudian, Baskara pun terbangun.
Baskara segera bangkit dari ranjang dan mengambil handuk untuk membersihkan diri.
"Aku akan mandi sendiri hari ini. Soalnya aku harus datang ke kantor lebih awal. Sudah lama aku tidak kesana, pasti mereka semua membutuhkan kedatanganku" ucap Baskara dengan wajah yang tetap tampan saat bangun tidur.
"Iya baiklah. Mandi saja, aku mau main ponsel dulu" jawab Fania memainkan ponselnya.
Kini Fania terus menerus memainkan ponselnya dan menunggu Baskara selesai mandi. 30 menit kemudian, Baskara keluar dari kamar mandi dengan wajah yang kembali bersinar.
Bau harum sabun rasa anggur pun sangat tercium. Bau harum itu sangatlah segar.
Baskara segera memakai pakaiannya dengan rapi dan berangkat ke kantor. Tidak lupa Fania menyalami tangan Baskara dan menciumnya.
Cup!
Satu ciuman mendarat di pipi Baskara. Baskara pun mencium Fania, tapi ini beda, ciuman yang Baskara berikan kepada Fania bukan di pipi. Melainkan di bibir.
cup!
"Aku berangkat dulu ya sayang. Kalo butuh apa-apa tinggal telpon saja, atau minta bantuan ke Bi Aruna dan bodyguard" ucap Baskara.
"Iya sayang" jawab Fania.
Baskara memeluk tubuh Fania sebentar dan pergi meninggalkan Fania. Kini Fania berada di depan jendela, dia melihat kepergian sang suami yang mulai menjauh dari rumah.
Fania segera mengambil handuknya didalam lemari, dia sekarang akan membersihkan dirinya.
Didalam kamar mandi, Fania sudah sangat merasa kedinginan, apalagi saat air dingin itu disiramkan ke tubuhnya.
Tak lama kemudian, Fania pun selesai membersihkan dirinya. Dia segera turun kebawah untuk makan. Kebetulan dia sudah merasa sangat lapar.
Disana Fania disambut oleh Bi Aruna dengan baik.
"Eh Nyonya udah bangun? Makan dulu Nyonya, Bibi udah masakin makanan spesial untuk Nyonya" ucap Bi Aruna.
"Makasih ya Bi." Fania memakan makanan itu sesuap demi sesuap.