NovelToon NovelToon
Jika Esok Kita Menikah

Jika Esok Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:36.6k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.

Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.

“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.

“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 -

Mada merangkul Rindu keluar dari ruangan setelah memberikan keterangan. Cukup lama berada di ruangan itu menjawab pertanyaan bukan hanya seputar kejadian, tapi hubungan dengan Yanto dan Sari selama ini. Didampingi juga oleh pengacara keluarga Mada.

“Rindu.”

Berpapasan dengan Yanto yang kembali diperiksa untuk tambahan informasi. Pria itu terlihat tidak baik, sepertinya sedang sakit. Kedua tangannya diborgol. Ada iba menyergap hati Rindu.

“Pakde.”

“Rindu, tolong pakde,” ujar Yanto lirih. Salah satu petugas menarik tangan Yanto untuk membawa pria itu kembali ke sel. Tidak boleh bertemu dengan korban. “Sebentar pak, saya harus bicara dengan keponakan saya. Saya mau minta maaf,” teriak Yanto.

“Mas, aku mau bicara dengan Pakde,” usul Rindu.

“Maaf Mbak Rindu sebaiknya urungkan niat itu.” Pengacara menyampaikan alasan kenapa Rindu tidak boleh bertemu dengan salah satu pelaku apalagi mereka masih ada hubungan keluarga.

“Kamu khawatir dengan Pakdemu?” Rindu mengangguk pelan. “Nanti ada yang menjenguk dia dan bawakan keperluannya. Tidak perlu kamu yang bertemu langsung, aku harap kamu mengerti.” Rindu setuju dengan usul Mada, demi kebaikan bersama.

Sudah berada di dalam mobil untuk pulang, Mada mengernyitkan dahi membaca pesan dari Arya. Meskipun aneh dengan perintah sang papa, tapi akan dia lakukan juga.

“Kok, belum jalan,” ucap Rindu karena Mada malah mengusap kepalanya.

“Masih kangen. Habis antar kamu, aku harus balik ke kantor.”

“Oh iya, aku kapan mulai kerja?”

“Terserah kamu, siapnya kapan,” jawab Mada.

Merasa saat itu adalah waktu yang tepat karena perhatian Rindu teralih pada pertanyaannya. Tangan Mada yang sejak tadi mengusap kepala sang kekasih menarik helai rambut yang rontok. Meski bertanya-tanya untuk apa Arya memintanya mengambil sampel rambut milik Rindu, tapi tetap ia laksanakan.

“Hm, besok boleh?”

“Tentu saja boleh.” Mada masih memegang helai rambut Rindu dan menyimpannya tanpa diketahui gadis itu.

Sampai di kantor yang dilakukan Mada adalah menemui Arya.

“Yang sopan,” cetus Arya dengan tatapan tetap terfokus pada berkas yang ada di hadapannya dan Mada memasuki ruangan.

“Nih.” Mada meletakan tisu di atas meja, di mana di sela lipatannya ada helai rambut Rindu. “Buat apaan sih? Rindu nggak usah dipelet dia udah cinta terjatuh-jatuh denganku.”

Arya mengabaikan Mada, ia memasukan rambut Rindu ke dalam plastik spesimen yang sudah disiapkan.

“Nggak usah kepo, kamu fokus dengan masalah Rindu. Ini benar rambut Rindu?”

“Ya iyalah, aku sendiri yang ambil dari kepalanya. Untung Cuma rambut, coba kalau paku. Rindu bisa berubah jadi suketi.”

Arya menghubungi Doni, tidak lama pria itu datang.

“Sekarang, pak?” tanya Doni.

“Ayo.”

“Ini bapak-bapak paruh baya mencurigakan banget sih. Mau pada kemana pake bawa rambut calon nyonya Mada?”

“Kamu tunggu hasilnya saja, biar kami yang bekerja,” seru Doni lalu menepuk bahu Mada yang semakin tidak mengerti apa maksudnya. “Jangan lupa laporan kegiatan pameran, harus ada di meja saya segera ya!” titah Doni sambil mengekor langkah Arya.

Arya dan Doni mendatangi Emerald untuk bertemu dengan Felix. Awalnya mereka tidak bisa bertemu karena belum ada janji. Arya langsung menghubungi Felix kalau dia sudah berada di lobby.

Tidak sampai sepuluh menit Felix yang datang menemui Arya dan menegur resepsionis perusahaannya.

“Seorang Arya datang ke sini pasti ada hal serius. Ayo kita ngobrol di ruanganku,” ajak Felix.

Sebenarnya Arya malas berurusan lagi dengan Felix meski pernah menjadi kerabat dari Sarah. Namun, ada urusan penting yang harus dia lakukan dan pastikan sendiri. Sempat berbasa basi busuk berbincang masalah bisnis dan keadaan masing-masing. Ada Ob datang mengantarkan minum untuk para pria itu.

“Kebetulan sekali, aku ada rencana menemuimu juga Sarah,” ujar Felix sambil bersandar pada sofa yang begitu mewah dan elegan dalam ruang kerjanya.

“Oh iya, kebetulan sekali. Ada masalah apa gerangan?”

“Bukan masalah, aku hanya tidak percaya kalau Arba malah magang di perusahaanmu. Padahal di sini terbuka lebar peluang untuknya.”

Arya terkekeh pelan. “Begitulah anak-anak kadang pikiran mereka sulit dimengerti.”

“Ah iya, bagaimana kabar Mada?”

“Mada?” tanya Arya. Sejak kapan seorang Felix ingat dengan anaknya, apalagi Mada. Arba yang jelas-jelas putrinya saja selalu diabaikan.

“Iya, Mada. Dia belum menikah ya?”

“Belum. Masih muda, biarkan dia belajar dan berkarir dulu,” jawab Arya mulai tidak enak dan menduga sesuatu karena pertanyaan itu. “Sepertinya aku harus ke belakang, di mana toiletnya?”

“Yang itu, pakai saja,” ujar Felix menunjuk toilet dalam ruang kerjanya.

Arya bergegas menuju toilet pribadi Felix, berharap menemukan sesuatu di sana. Menatap sekeliling tempat itu, sempat berdecak karena tidak mendapati apapun. Pandangannya tertuju pada laci di bawah wastafel. Ada satu buah gelas di mana terdapat pasta gigi dan sikatnya. Dengan beberapa helai tisu, Arya mengambil sikat gigi yang sudah pasti milik Felix. Lalu menyimpan ke dalam saku jasnya.

“Kita akan buktikan apakah kamu ada hubungannya dengan Rindu,” gumam Arya. Mendapati informasi Ibu kandung Rindu pernah menjadi sekretaris Felix di masa lalu dan pergi begitu saja, bahkan hamil dan melahirkan tanpa suami. Arya menduga Felix ada hubungannya dengan Meta dan Rindu.

Doni sudah menjelaskan mengenai proses magang Arba. Felix terlihat tidak begitu antusias.

“Khawatir beres magang dia belum menguasai apapun.”

“Hm, biarkan saja. Aku tidak menuntut Arba untuk mengisi jabatan di sini, sesukanya saja mau terlibat atau tidak. Hidupnya sudah aku jamin,” jelas Felix. “Nah, karena Arya sudah kembali. Aku ingin bicara serius.”

“Masalah?”

“Putramu belum menikah dan Arba pun sama. Bagaimana kalau kita dekatkan mereka, mengatur pertemuan dan--"

“Maksudmu menjodohkan Mada dan Arba?” tanya Arya menyela ucapan Felix.

“Iya.”

“Sebenarnya aku kurang setuju masalah perjodohan.” Arya bersandar pada sofa.

“Jangan langsung jodohkan mereka, biar pendekatan saja dulu. Emerald dan Bimantara Property, pasti akan baik juga untuk bisnis kita ke depan.” Felix terkekeh sendiri.

“Tidak bisa aku putuskan. Mada putraku dan Sarah, jadi aku harus diskusi dengannya.”

“Aku berharap ide ini bisa disambut baik oleh Sarah.”

Arya hanya mengedikan bahu, jangankan Sarah dirinya pun tidak berniat. Tidak bisa membayangkan jika Arba menjadi menantunya. Mana mungkin Mada mau melepas Rindu demi Arba.

“Oke, nanti aku kabari.”

Doni menginterupsi kalau dia masih ada janji lain. Arya dan Doni pun pamit Felix mengantar keluar ruangannya. Kembali berbasa-basi saat pamit. Arya sempat menatap pria yang menunggu di sana, sepertinya tamu Felix.

Setelah Arya dan asistennya memasuki lift, Felix mengajak tamunya masuk.

“Ada masalah?”

“Istri Yanto menghubungiku?”

“Hah, kok bisa?” tanya Felix.

“Bukan menelpon, tapi lewat pengacaranya. Mereka sedang kena masalah dan sekarang ada di penjara. Pengacara dari LBH, kemarin sore mendatangiku. Istri Yanto pikir aku ayah dari Rindu Anjani.”

“Biarkan saja mereka beranggapan begitu. Uang yang kita berikan cukup besar, kenapa pula masih mengganggu.ò”

“Anda tidak ingin bertemu Rindu? Mereka dipenjara karena berusaha menjual dan memanfaatkan Rindu.”

“Apa?”

1
Nurminah
meta lebih terhormat secara amira menjajakan diri merebut tunangan orang hadeh lebih menjijikkan anak diluar juga hadeh malu dong gih bunuh diri atau sama deh kayak perilaku emaknya modal ngangkang berhubung mada laki-laki terhormat mana mau ama barang gratisan
tiara
sabar Mada waktu masih panjang,
DozkyCrazy
😭😭😭 peluk online buat rindu
Iccha Risa
ada aja cobaanya ya mas Mada
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Felycia R. Fernandez
mampoooooosss.... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Dwi ratna
lucu bgd lgi enak² Mlah dganggu ya mada
de2 esih
sabar mang mada karek bae ge halal ges hayang langsung nyosor kawas soang bae lah
Felycia R. Fernandez
ya ampun Mada ...
kamu memank luar biasa 😆
Felycia R. Fernandez
😆😆😆😆😆
hiro_yoshi74
mukurmu harimaumu arba .
hiro_yoshi74
wk wk wk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣ini sungkem apa curhat man
de2 esih
hayang di tabok sugan si arba teh,,aduhhh pikasebelen jalma teh
Nurminah
dia anak haram bukan salah dirinya la lho jalang mau naik ke ranjang mada tapi ditolak hadeh
tiara
Mada yang sopan yah
de2 esih
istri lu msh d kurung
hiro_yoshi74
hora sabar no
Felycia R. Fernandez
ya ampun Mada 😆😅😅😅😅
Felycia R. Fernandez
Ares abg nya papa Arya...
Irma Minul
Mada🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!