Kesedihan Rara mencapai puncak hanya dalam waktu satu hari.
Setelah orang tuanya batal menghadiri acara wisudanya, Rara malah mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sepupunya sendiri.
Rara mendapati kenyataan yang lebih buruk saat ia pulang ke tanah air.
Sanggupkah Rara menghadapi semua cobaan ini?
Ig : Poel_Story27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Menyelidiki
Mansion Richard.
Pagi itu keluarga Richard sedang berkumpul untuk sarapan. Suasana di ruang makan terlihat lebih hangat dengan kehadiran oma Vyna.
Sean menghabiskan sarapannya, pagi ini adalah waktu yang tepat bagi Sean untuk berbicara, Sean semakin bersemangat untuk mengutarakan isi hatinya, karena keadaan mood keluarganya terlihat mendukung.
Sean mengelap bibirnya dengan napkin, lalu menatap ayah, ibu dan omanya bergantian.
"Ayah, Ibu. Saat ini keluarga Vita sudah di sini, sempatkanlah waktu Ayah untuk menemui mereka. Keluarganya sudah tidak sabar untuk melakukan pertemuan keluarga, dan meresmikan hubungan kami," ujar Sean.
Brian menatap tajam putranya, ia kesal karena putranya itu tidak berhenti membujuknya untuk melamar Vita.
"Katakan pada keluarganya, kami tidak akan menemuinya. Dan kau, jauhi wanita itu mulai dari sekarang, karena tanggal pernikahanmu dengan Rara sudah di tentukan," tegas Brian.
"Apa ...." Sean terkejut bukan kepalang.
"Semalam kami sudah datang untuk melamar Rara, dan dia menerima! Jef akan mengurus semuanya, pernikahan kalian akan diadakan minggu ini," ujar Lidya menimplali.
"Dan ayah tidak mau mendengar penolakanmu!" imbuh Brian.
Sean menggeleng kesal, ia mulai menyesali keputusannya dulu, kalau saja waktu itu ia tidak meminta Rara berpura-pura sebagai kekasihnya, semua kekacauan ini pasti tidak akan terjadi.
"Mengapa Ayah memaksaku menikahi wanita yang tidak aku cintai, dan yang lebih buruk dia adalah seorang janda, pikirkan lagi Ayah! jangan memaksakan kehendakmu," keluh Sean dengan suara melas.
"Ciihh ... kau mempermasahkan status Rara! Apa kau mendapatkan kekasihmu itu masih suci?" tanya Brian.
Sean baru saja ingin menjawab. Tapi ia mengurungkannya, karena ia yakin, ayahnya sudah mengetahui semuanya.
"Kau tidak bisa menjawab, bukan! Maka dari itu turuti perintah ayah," tegas Brian.
Sean berdecak kesal, ia berdiri dari tempat duduknya, lalu hendak melangkah meninggalkan ruang makan.
"Kau mau ke mana?" tanya Lidya.
"Tentu saja berangkat kerja!" sahut Sean kesal seraya berlalu meninggal ruang makan.
Sean buru-buru keluar mansion, ia masuk ke dalam mobil, lalu segera melajukannya. Alih-alih menuju kantornya, Sean malah memacu mobilnya menuju paradise fashion.
Sean menunggu kedatangan Rara di parkiran. Dan syukurnya kali ini tidak terlalu lama, karena mata Sean sudah menangkap mobil Rara memasuki area parkir.
Sean segera mendekat, bertepatan dengan Rara yang langsung keluar dari mobilnya.
"Dasar perempuan munafik! Kau bilang akan menolak lamaran orang tuaku, tapi kau malah menerimanya, dasar perempuan gila harta. Kau sengaja merencanakan ini demi mendapatkan harta kelurgaku, kan! Perempuan culas! Kau memanfaatkan orang tuaku, yang buta oleh srigala berbulu domba sepertimu," geram Sean penuh emosi.
"Gaya bicaramu seperti orang yang tidak berpendidikan," sindir Rara. Ia sudah bisa menebak, Sean pasti akan menenuinya pagi-pagi buta seperti ini. Karena kejadian semalam tentunya.
"Tidak usah basa-basi sialan! Baiklah, kau mungkin merasa menang. Karena telah berhasil menjebak orang tuaku. Tapi lihatlah, aku akan membuat hidupmu seperti di neraka setelah pernikahan ini," ancam Sean sambil menghunuskan tatapan tajamnya.
Rara membuka pintu mobilnya, ia mengambil map berisi salinan surat perjanjian yang diberikan Brian. Ia memberikan map tersebut kepada Sean.
Sean membaca isi surat perjanjian tersebut. dimana Rara akan menyerahkan semua yang ia miliki termasuk Rio, jika ia menolak lamaran orang tua Sean.
"Ciih ... ini pasti akal-akalanmu sialan! Apa gunanya orang tuaku menjebakmu seperti ini," desis Sean.
Rara menggertakkan giginya menahan kesal. "Kau terlalu banyak bicara tapi sedikit berpikir Sean Richard! Begini saja, kau temukan surat asli dari perjanjian itu. Dan kita bisa batalkan rencana pernikahan konyol ini." balas Rara tak kalah sinis.
"Cari surat perjanjian itu dan lenyapkan! Dengan begitu pernikahan konyol ini tidak akan terjadi," lanjut Rara seraya berlalu meninggalkan Sean.
Sean mengusap wajahnya dengan kasar. Hatinya bertanya-tanya, benarkah orang tuanya yang melakukan semua ini. Dan jika memang benar, itu artinya pernikahannya dengan Rara sudah tidak terelakkan. Karena mustahil bagi Sean untuk mengelabuhi Jefry asisten pribadi ayahnya itu.
Sean kembali ke mobilnya, ia memacu mobil tersebut meninggalkan paradise fashion, dengan wajah yang tampak putus asa.
***
Wina menemui Rara di ruang kerjanya, ia tadi sempat menyaksikan perdebatan Sean dengan Rara.
"Nona, maafkan saya ...." Wina menghadap bossnya dengan kepala tertunduk.
"Maaf buat apa Win?" tanya Rara heran.
Wina menghela napasnya terlebih dahulu. "Nona, sebenarnya saya yang membantu keluarga Richard, dan membuat Anda menanda tangani surat perjanjian itu!"
"Maksud kamu?" tanya Rara sambil mengkerutkan dahi.
"Awalnya mereka mengamcam, agar saya membantu mereka membuat Nona menanda tangani surat itu. Tapi setelah saya menela'ah lagi isi surat perjanjian itu, dan menurut saya isi perjanjian itu bukan untuk menjebak Anda, jadi saya melakukannya dengan kehendak saya sendiri. Maaf Nona, saya merasa bersalah sudah mengkhianati Anda, padahal selama ini Nona sudah sangat baik kepada saya. Saya ke sini untuk memberikan surat pengunduran diri, harusnya sebagai karyawan saya lebih setia kepada boss saya," ucap Wina lalu menyerahkan surat pengunduran dirinya.
Rara menghela napas berat mendengar pengakuan sekretarisnya itu. Tapi entah mengapa ia seperti tidak ingin marah. Karena bukan cuma Wina yang berpikir perjanjian itu tidak untuk memberatkan dirinya. Luna dan bi Eni orang terdekatnya pun berpikir begitu, bahkan akal sehatnya sendiri ikut membenarkannya.
"Sudahlah, Win! Ambil surat ini dan kembali bekerja seperti biasa," ujar Rara.
"Nona, tidak menyalahkan saya?" tanya Wina.
"Tidak ... aku percaya kau tidak bermaksud untuk mengkhianatiku, sekarang kembalilah bekerja," perintah Rara, seraya mengembalikan surat pengunduran diri Wina.
"Terima kasih, Nona!" Wina membungkukkan badan lalu keluar dari ruangan Rara.
Rara mengetukkan ujung jarinya ke meja berkali-kali, ia tidak henti-hentinya berpikir, apa yang sebenarnya sedang disembunyikan orang tua Sean.
Setelah lelah memikir segalanya, dan tidak menemukan jawaban. Rara meraih telpon yang ada di sudut mejanya.
"Win, ke ruanganku sekarang!" perintah Rara. lalu kembali menutup panggilannya.
Tak lama kemudian sekretaris itu kembali ke ruangan Rara.
"Apa yang Anda butuhkan, Nona?" tanya Wina.
"Carikan aku bodyguard, dan pastikan mereka adalah orang-orang terampil di bidangnya," perintah Rara.
"Baik, Nona! Berapa orang?" tanya Wina.
"2-orang saja sudah cukup, seleksi calonnya dengan baik," ujar Rara.
Wina menganggukkan kepala, lalu pamit dari ruangan bossnya.
"Ibu Lidya, dia teman mama! Jadi apa yang sebenarnya dia sembunyikan, semoga saja orang yang didapat Wina nanti bisa menyelesaikan ini," gumam Rara.
Rara tersenyum memandangi jari manisnya, cincin itu terlalu mahal, jika hanya untuk menjalankan niat buruk.
"Benarkah ibu Lidya melakukan ini untuk melindungiku dari papa dan tante Maya, seperti yang dibilang bi Eni." Rara berusaha menebak kenyataan, sebelum ia mendapatkan info yang sebenarnya.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan like, vote dan komen ya.