Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Udang di Balik Batu
Diana dan Dion sudah memikirkannya, jika Shanum terus berada di rumah Dimas. Akan sangat sulit baginya memberi pelajaran pada gadis itu. Sementara dendam Diana pada Shanum belum terbalaskan. Dia sudah di kurung di ruang bawah tanah karena Shanum, dan dia belum membalas Shanum atas hal itu.
Dion juga merasa kesal karena semua rencananya berantakan. Mereka sepakat, minta ayah mereka menghubungi Shanum untuk malam malam di rumah.
"Lagipula mas, kalau Shanum tidak terlihat di rumah ini dalam waktu yang lama. Kalau pengacara si Sofia itu datang nanti, kita mau jawab apa? hubungi saja dia, katakan kalau kemarin kita memang sedikit keterlaluan. Kita akan memperlakukan dia lebih baik ke depannya. Begitu mas!" bujuk Yuyun.
Wanita itu, dia tentu saja tahu apa yang akan membuat suaminya itu percaya sab mengikuti ucapannya.
Ricky mengangguk cepat.
"Kamu benar, anak itu benar-benar menyusahkan!"
Dan dengan manja dan sangat lembut. Yuyun mengusap perlahan lengan suaminya.
"Sabar sedikit lagi mas. Begitu dia berusia 21 tahun, kita tinggal minta dia menadatangani surat pengalihan aset atas namamu. Dan kita akan mendapatkan semua harta peninggalan Sofia. Setelah itu, kita tinggal buang saja dia di jalan..."
"Lalu bagaimana dengan pria bernama Dimas itu Bu?" tanya Dion.
"Memangnya kenapa? kalau Shanum sudah menandatangani surat pengalihan aset, mau ada sepuluh Dimas Megantara juga apa urusannya?" tanya Yuyun yang memang terlihat seperti wanita polos yang tidak tahu apapun. Padahal, dia adalah orang yang punya pikiran paling licik disini.
Yuyun jugalah, pencetus ide untuk meracuni Sofia perlahan sampai ibu kandung Shanum itu meninggal dunia. Wanita itu benar-benar tak terlihat seperti yang ada di permukaan.
Ricky kembali mengangguk paham. Mungkin konsep di kepalanya, karena dia tidak mencintai tulus ibunya. Maka dia juga tidak pernah mencintai Shanum. Padahal Shanum juga anak kandungnya. Tapi Ricky benar-benar memperlakukan Shanum dengan cara berbeda. Padahal, satu-satunya anaknya yang tulus merawatnya hanyalah Shanum, yang tulus mencintainya dan akan bersama dengannya apapun yang terjadi, benar-benar adalah Shanum. Sayangnya di kehidupan sebelumnya, juga di kehidupan ini. Ricky tetap pilih kasih dan jahat pada Shanum. Maka jangan salahkan Shanum kalau dia juga tidak bersikap layaknya seorang putri lagi pada Ricky ke depannya.
Pria itu kemudian meraih ponselnya. Setelah itu dia menghubungi Shanum.
Sementara itu, di tempatnya berada. Shanum sedang sarapan bersama dengan Dimas.
"Susunya masih panas. Pegang gelasnya hati-hati!" kata Dimas yang memberi peringatan pada Shanum, karena pria itu melihat masih banyak uap panas yang terlihat mengepul di atas permukaan gelas.
Shanum tersenyum lagi pada Dimas. Paman angkatnya itu sungguh begitu baik dan perhatian padanya.
Tak lama setelah Dimas bicara, ponsel Shanum berdering.
Dia melihat ke arah layar ponselnya. Dan itu panggilan telepon dari ayahnya.
Shanum melihat ke arah Dimas.
"Siapa?" tanya Dimas.
"Ayah"
Dimas meletakkan garpu yang ada di tangannya. Dan terlihat serius memperhatikan Shanum.
Shanum menerima panggilan telepon itu dan menyalakan speaker ponselnya.
"Halo"
[Shanum, apa kamu sudah melupakan ayah?]
Mendengar cara bicara Ricky padanya. Sepertinya Shanum merasa ayahnya itu sedang merencanakan sesuatu. Selama ini, setelah ibunya meninggal. Ayahnya bahkan tidak pernah bicara selembut itu lagi padanya. Pasti ada udang di balik batu.
Sedangkan Dimas yang mendengar suara yang berasal dari ponselnya Shanum itu. Mulai menghela nafas panjang. Rasanya dia tidak bisa percaya dengan apa yang dikatakan oleh suami dari mendiang kakak angkatnya itu.
"Aku? mungkin!" jawab Shanum tegas.
Ya, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Dia memang sama sakali tidak ingat pada ayahnya. Yang dia ingat hanya bagaimana ayahnya dan keluarga liciknya itu menyiksanya selama ini. Shanum hanya memikirkan cara yang tepat untuk membuat mereka semua membayar perbuatan mereka di kehidupan Shanum sebelumnya. Akan membalas setimpal, atau mungkin lebih dari itu.
[Jangan bicara seperti itu, nak! bagaimanapun aku adalah ayahmu. Yang terjadi kemarin, itu hanya kesalahpahaman nak. Mari lupakan itu, kembalilah ke rumah. Ini adalah rumah yang kamu tinggali selama 18 tahun. Itu waktu yang lama nak. Banyak kenanganmu bersama ibumu di rumah ini kan? apa kamu akan meninggalkan rumah ini begitu saja. Atau, jika tidak ingin tinggal lagi. Sesekali pulanglah untuk makan malam, Shanum]
Dimas yang mendengar ayah Shanum bicara panjang lebar seperti itu mulai khawatir. Dulu, kalau ayahnya sudah bicara sedikit baik saja pada Shanum. Maka Shanum akan sangat menurut. Dimas sungguh tidak ingin Shanum kembali terbujuk. Hingga dia akan kembali ke rumah itu. Karena kalau sudah tinggal di rumah itu. Akan sulit bagi Dimas membawa Shanum keluar. Kecuali seperti kemarin itu, saat ada pesta dimana banyak sekali orang di rumah itu. Maka Dimas bisa masuk dan membawa Shanum.
Kalau tidak, Ricky bahkan tidak akan membiarkan Shanum keluar menemui Dimas. Hingga Dimas juga tidak mungkin menggeledah rumah itu seenaknya untuk bertemu dengan Shanum.
Namun Dimas juga sadar diri. Dia siapa? dia tidak akan menyela pembicaraan antara ayah dan anak di depannya itu. Tanpa ijin dari Shanum.
Shanum sendiri, gadis itu terdiam dan berpikir. Bukankah ini kesempatan yang bagus. Dia ingin mencari bukti itu. Bukti yang akan bisa membuatnya menuntut Ricky. Dan yang akan membuatnya bisa mengambil kembali semua yang seharusnya memang berada di tangannya. Memikirkan hal itu, Shanum pikir dia bisa kembali ke rumah itu dan mengumpulkan semua bukti.
'Ini ide yang bagus. Tapi aku juga harus melakukan beberapa persiapan. Oke, aku akan menyetujui permintaan ayahku yang sangat kejam ini!' batin Shanum.
"Baiklah, aku pikir ayah benar. Rumah itu terlalu banyak kenangan. Aku akan makan malam di sana lusa. Mungkin aku juga akan menginap!" kata Shanum.
Dimas yang mendengar itu merasa sangat khawatir. Dia tampak tidak senang dengan jawaban Shanum untuk ayahnya itu.
[Ha, bagus bagus! kamu memang anak ayah yang paling baik. Ayah akan siapkan makan malam yang kamu suka lusa. Ayah juga akan menjemputmu...]
"Tidak perlu. Aku akan datang sendiri!" sela Shanum.
[Tidak masalah. Datang sendiripun tidak masalah. Kamu sudah mau makan malam di rumah saja, ayah sangat senang]
Shanum memutuskan panggilan telepon itu sepihak. Dan saat dia menoleh ke arah Dimas. Pria itu tampak tidak senang.
Shanum tersenyum.
"Paman..."
Dimas tidak bicara, tapi pria itu berdiri dan berkata.
"Aku sudah selesai, aku tunggu di mobil!" katanya yang langsung pergi dengan terburu-buru tanpa menoleh lagi ke arah Shanum.
Shanum tampak canggung. Gadis itu menggigitt bibir bawahnya sendiri.
"Paman pasti marah" gumamnya pelan.
***
Bersambung...
orang kalau masih bernafas di paru2 belum tobat kalau Udha tenggorokan baru