NovelToon NovelToon
Istri Kejam Sang Mafia

Istri Kejam Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Mafia / Pernikahan Kilat / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Naelong

Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.

Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.

Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

gagal total

Aula megah keluarga Alvarone semakin ramai. Musik kembali dimainkan, gelas-gelas kristal berisi sampanye berkilau di tangan para tamu, dan hidangan mewah tersaji di meja panjang berhias bunga mawar putih. Semua orang tampak menikmati kemegahan pesta itu, tapi diam-diam mereka tahu: malam ini bukan sekadar pesta, melainkan pengumuman besar yang akan menggemparkan dunia bawah tanah.

Di kursi kehormatan keluarga, duduk sejajar dengan keluarga Valenza. Sebuah pemandangan yang jarang terjadi, dua dinasti besar duduk bersama dengan aura penuh kuasa.

Aurelia duduk anggun dengan gaun elegannya. Rambutnya yang terurai sebagian berkilau, dihiasi permata kecil. Wajahnya lembut, senyum tipis tersungging. Namun, di balik kelembutan itu ada sesuatu yang berbeda—tatapan Aurelia malam itu bukan sekadar manja, melainkan seperti menyimpan rahasia gelap.

Leonardo duduk di sampingnya, wajah dingin tanpa ekspresi. Ia sesekali mengisap rokoknya dengan tenang, meski tatapannya tak lepas dari semua gerakan Aurelia.

Tiba-tiba, Vittorio berdiri dari kursinya. Aula yang semula riuh langsung hening. Semua mata tertuju pada pria tua berambut perak itu. Suaranya berat, namun penuh wibawa, membuat setiap kata terasa seperti hukum yang tak bisa diganggu gugat.

“Saudara-saudara sekalian, tamu terhormat, keluarga besar yang hadir malam ini,” Vittorio membuka suaranya. “Malam ini bukan sekadar jamuan. Malam ini adalah penanda sejarah baru bagi dua keluarga besar.

Empat hari lagi, cucu saya, pewaris keluarga Alvarone—Leonardo Alvarone—akan menikah dengan cucu sahabat lama saya, Aurelia Valenza.”

Tepuk tangan bergema. Suara riuh para tamu memenuhi aula, beberapa dengan ekspresi bahagia, beberapa lagi saling berbisik penuh rasa ingin tahu.

“Dengan pernikahan ini,” lanjut Vittorio, “dua keluarga besar, Alvarone dan Valenza, akan bersatu, bukan hanya dalam ikatan darah, tetapi juga dalam kejayaan yang lebih besar. Ini bukan sekadar pernikahan. Ini adalah perjanjian, aliansi, dan masa depan.”

Para tamu berdiri dan bertepuk tangan, namun bisik-bisik segera terdengar di berbagai sudut.

“Lihatlah Aurelia… betapa beruntungnya dia bisa menikah dengan Leonardo.”

“Ya, tapi… kasihan juga gadis itu. Dia lemah lembut, halus sekali. Bagaimana bisa dia menghadapi kehidupan sebagai istri mafia nomor satu di dunia?”

“Pernikahan ini mungkin kejayaan bagi keluarga mereka, tapi bagi Aurelia? Siapa yang tahu… mungkin sebuah penjara.”

Bisikan itu menyebar seperti api kecil di antara kerumunan. Sebagian orang memandang Aurelia dengan iri, sebagian lain dengan belas kasihan.

Aurelia mendengar semua itu. Telinganya menangkap kata “kasihan,” “lemah,” dan “penjara.” Tapi alih-alih merasa tertekan, bibirnya justru melengkung ke atas.

Senyum itu bukan lagi senyum lembut seorang gadis manja. Senyum itu mengerikan—penuh misteri dan seakan menyimpan janji gelap.

Tatapannya berkilat aneh, seolah ia tahu sesuatu yang orang lain tidak tahu. Seolah ia bukan gadis lemah yang dibayangkan semua orang, melainkan seseorang yang siap menelan balik segala cemooh yang ditujukan padanya.

Leonardo yang duduk di sampingnya melirik tajam. Senyum Aurelia membuatnya sedikit terkejut. Ia tidak pernah melihat ekspresi seperti itu dari seorang gadis yang dikenal lembut dan penurut.

“Apa maksud senyummu itu, Aurelia?” gumam Leonardo dalam hati, sambil menghela asap rokoknya perlahan.

Di meja kehormatan, Giovanni Valenza hanya mengangguk penuh wibawa. Ia tahu pengumuman ini adalah puncak dari rencana lamanya bersama Vittorio.

Namun, Marcella, ibu tiri Aurelia, menggertakkan giginya. Senyum manis ia pasang di wajahnya, tapi hatinya mendidih. “Sial… gadis itu dipuja-puja di sini. Aku harus menemukan celah untuk menjatuhkannya,” bisiknya dalam hati.

Bianca, yang duduk di sisi Marcella, menatap Aurelia dengan mata penuh racun. Ia iri setengah mati. Bagaimana bisa Aurelia, kakak tirinya yang dulu ia rendahkan, kini duduk bak ratu di samping Leonardo?

“Tidak… aku tidak akan biarkan dia berkuasa di rumah ini,” gumam Bianca dengan suara pelan.

Dante, kakak tirinya yang lain, lebih berhati-hati. Ia tidak suka Aurelia mendapat perhatian sebesar itu, tapi ia juga tahu ada peluang untuk memanfaatkan situasi ini.

Adriano, ayah Leonardo, menatap putranya dengan tatapan tajam. “Empat hari lagi, Leo. Kau harus siap.

Leonardo hanya mengangguk dingin, tanpa menjawab.

Sementara itu, Isabella, ibunda Leonardo, menggenggam tangan Aurelia. “Jangan takut, Aurelia. Kau akan baik-baik saja. Aku akan mendampingimu.”

Aurelia menoleh, tersenyum lembut pada Isabella, tapi dalam hati ia tertawa. Mereka pikir aku akan takut? Tidak. Aku tidak selemah yang kalian kira.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah pengumuman, para tamu kembali menikmati pesta, tapi bisikan demi bisikan terus terdengar.

“Empat hari lagi… dunia bawah tanah akan berubah.”

“Leonardo menikah? Aku tak pernah menyangka pria itu akhirnya mau mengikatkan diri.”

“Aku yakin gadis itu tak akan bertahan lama. Dunia mafia bukan untuknya.”

Aurelia mendengar semua itu. Senyumnya semakin melebar. Ia menyesap minuman di tangannya, dan tatapannya berkilat dingin.

Leonardo memperhatikannya dari sudut mata. Untuk pertama kalinya, ia merasa sedikit terganggu oleh aura Aurelia. Ada sesuatu yang salah—atau mungkin sesuatu yang berbahaya—dari gadis itu.

Enzo, asistennya, mendekat dan berbisik pelan, “Bos, lihatlah… calon istri Anda sepertinya tidak selemah yang Anda pikirkan.”

Leonardo menoleh tajam. “Diam, Enzo.”

Tapi di dalam hatinya, Leonardo tahu Enzo ada benarnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sudut ruangan, Marcella dan Bianca merencanakan sesuatu. Mereka tidak tahan melihat Aurelia dipuja-puja semua orang.

Malam ini adalah kesempatan kita, Bianca. Semua orang memandang Aurelia seperti ratu. Tapi aku bersumpah, sebelum pesta ini selesai, dia akan jatuh terpuruk di depan semua orang.”

Bianca mengangguk cepat, wajahnya dipenuhi rasa iri dan amarah. “Mama, aku tidak tahan lagi melihat dia dipuja-puja. Leonardo pun hampir saja meliriknya seperti pria yang terpikat. Aku tidak rela!”

Marcella meremas tangan putrinya. “Tenang, sayang. Kesombongan Aurelia tidak akan bertahan lama. Ingat, di balik kelembutannya, dia tetaplah gadis manja yang tak bisa apa-apa. Kita hanya perlu mendorong sedikit, dan semua orang akan melihat betapa memalukannya dia.”

Bianca tersenyum, matanya menatap Aurelia yang saat itu sedang duduk anggun di samping Isabella. “Aku siap, mama.”

Tak lama kemudian, Aurelia berdiri perlahan dari kursinya. Wajahnya lembut, senyum tipis menghiasi bibirnya. Semua mata sempat meliriknya, seolah gerakan sekecil apa pun dari Aurelia selalu mampu menarik perhatian.

“Permisi, Mommy,” ucap Aurelia sopan pada Isabella. “Aku ingin ke toilet sebentar.”

Isabella mengangguk dengan lembut. “Baik, sayang. Jangan terlalu lama.”

Aurelia menunduk manja, lalu melangkah pergi dengan anggun. Gaun putih elegannya berkilau di bawah cahaya lampu kristal.

Bianca melihat kesempatan itu. “Mama, sekarang waktunya.”

Marcella tersenyum licik. “Ikuti dia. Aku akan pastikan jalannya menuju kehancuran.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lorong menuju toilet dihiasi lukisan-lukisan tua dan lampu gantung kecil yang memberikan cahaya temaram. Sepi, jauh dari riuh pesta.

Aurelia berjalan pelan, sepatu hak tingginya berderap lembut di lantai marmer. Ia tampak begitu anggun, namun di balik wajah lembutnya, pikirannya bermain.

“Sepertinya mereka mulai bergerak,” gumam Aurelia dalam hati. Senyumnya samar, hampir tak terlihat. “Mari kita lihat, seberapa jauh mereka bisa menjatuhkanku.”

Di belakangnya, Bianca mengintai dengan langkah cepat namun hati-hati. Marcella tetap di aula, memberi tanda pada seorang pelayan yang sudah mereka sogok untuk menjalankan bagian rencana.

Bianca sudah menyiapkan sesuatu: sebotol kecil cairan lengket dan berbau busuk. Rencananya sederhana—menuangkan cairan itu ke gaun Aurelia, sehingga tampak kotor dan memalukan ketika ia kembali ke aula.

“Bayangkan wajahnya ketika semua orang melihat gaun indah itu ternoda. Dia akan dipermalukan. Semua akan berpikir dia tidak pantas menjadi calon istri mafia nomor satu,” pikir Bianca sambil terkikik dalam hati.

Marcella di aula mengamati situasi. Ia sudah menyuruh pelayan membawa nampan berisi minuman yang diam-diam diberi tambahan “kejutan”—cairan pahit yang bisa membuat Aurelia muntah jika meminumnya. Dua rencana dijalankan sekaligus: noda di gaun dan kejadian memalukan di depan semua tamu.

Saat Aurelia keluar dari toilet, Bianca sengaja menunggu di tikungan lorong. Wajahnya dipoles dengan senyum palsu, pura-pura ramah.

“Kak Aurel…” sapa Bianca dengan nada manis yang dibuat-buat.

Aurelia berhenti, menatap Bianca dengan mata lembut. “Bianca, kau di sini?” tanyanya polos.

Bianca mendekat, tangannya gemetar menahan antusiasme untuk segera melancarkan aksinya. “Aku ingin bicara sebentar. Kakak… semua orang mengagumimu. Aku ikut senang.”

Aurelia tersenyum manis, lalu menatap adiknya lekat-lekat. “Benarkah? Kau senang, Bianca?”

Tatapan Aurelia tajam, tapi terselubung. Bianca hampir terhenti sejenak, merasakan aura dingin dari sang kakak. Namun, ia cepat menguasai diri dan tersenyum. “Tentu, Kak.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat Aurelia berjalan melewatinya, Bianca pura-pura tersandung dan menumpahkan cairan dari botol kecil itu ke gaun putih Aurelia.

“Astaga!” Bianca berpura-pura panik. “Kak Aurel, maaf! Aku tidak sengaja!”

Gaun elegan Aurelia terkena cairan yang lengket. Bau busuk samar tercium. Bianca menutup mulut pura-pura takut.

Para pelayan yang kebetulan lewat langsung menoleh.

“Oh tidak, gaun nona Aurelia…” bisik salah satu pelayan.

Aurelia menatap gaunnya yang ternoda, lalu menatap Bianca dengan mata penuh kelembutan. Ia tersenyum… senyum lembut namun menusuk.

“Tidak apa-apa, Bianca,” ucap Aurelia dengan suara tenang. “Kecelakaan bisa terjadi kapan saja.”

Bianca terkejut. Ia berharap Aurelia marah atau panik, tapi kenyataannya Aurelia tetap anggun.

“Tapi… Kak… semua orang akan melihat noda itu,” ujar Bianca pura-pura khawatir.

Aurelia menatap gaunnya sekali lagi, lalu dengan tenang merobek bagian bawah gaunnya yang ternoda, menjadikannya desain baru—lebih pendek di depan, menjuntai elegan di belakang.

Semua pelayan yang melihat tercengang. “Indah sekali… seperti gaun baru.”

Aurelia tersenyum dingin. “Kadang, sesuatu yang rusak bisa jadi lebih indah jika kau tahu cara menanganinya.”

Bianca tercekat. Ia tidak menyangka rencananya gagal total.

Marcella, yang menunggu di aula, melihat Aurelia kembali dengan gaun yang malah tampak lebih menawan. Ia menggertakkan giginya.

“Bodoh! Bagaimana bisa gaunnya jadi makin indah?!”

Namun, rencana kedua masih berjalan. Pelayan membawa nampan berisi minuman yang sudah dicampur. Ia mendekati Aurelia dengan senyum sopan.

“Silakan, nona.”

Aurelia menatap gelas itu. Senyumnya tetap lembut, tapi matanya tajam. Ia tahu ada yang salah. Dengan anggun, ia mengambil gelas itu, lalu menawarkannya pada Bianca yang berdiri di sampingnya.

“Bianca, kau tampak haus. Minumlah ini.”

Bianca terkejut, wajahnya pucat. “A-aku… tidak… itu untukmu, Kak.”

Aurelia tersenyum lembut. “Kau menolaknya? Padahal kau barusan bilang kau senang aku dipuja. Masa kau tidak mau bersulang denganku?”

Semua mata tamu mulai menoleh, memperhatikan interaksi mereka.

Dengan tangan gemetar, Bianca terpaksa menerima gelas itu dan meneguknya. Wajahnya berubah pucat, perutnya terasa mual. Tak lama, ia berlari ke luar aula sambil menutup mulut, membuat tamu-tamu terkekeh.

Marcella yang melihat itu menahan amarah. Semua rencananya berbalik. Bukannya Aurelia yang dipermalukan, tapi Bianca sendiri.

Aurelia berdiri tegak di tengah aula. Senyumnya lembut, tatapannya penuh kelembutan. Tapi di dalam hati, ia tertawa dingin.

“Begitulah, Marcella… Bianca. Kalian pikir aku lemah? Kalian salah besar. Aku bukan gadis manja yang mudah dipermainkan.

Leonardo yang sejak tadi memperhatikan hanya bisa terdiam. Tatapan Aurelia yang penuh kemenangan membuatnya menggenggam rokoknya lebih erat.

“Perempuan ini… ada sesuatu yang berbahaya dalam dirinya,” gumamnya.

1
Eka Putri Handayani
uh dalam mimpi km bisa rebut leo🤣pulu² mau disandingkan sm berlian ya mana bisa, terlalu menganggap aurel reme bngt dasar orng serakah
Ode Nael: betul.. betul.. dasar Bianca.
total 1 replies
Eka Putri Handayani
lanjut pokoknya kak, ttp smngt ya😍
Naelong: makasi sudah mampir🩵
total 1 replies
Eka Putri Handayani
ih siapa ya? apa jangan² leon ya yg menguji aurel
Naelong: siapa yaa??
total 1 replies
Eka Putri Handayani
smngt thor😍
Naelong
sabar yaa☺
Eka Putri Handayani
bagaimana maksudnya thor? kakeknya aurel suka gtu sm menantunya? atau bagaimana ya aku kok krng paham
Naelong: maaf typo, harusnya kakek Aurel sangat menyanyangi mami Aurel.
total 1 replies
Eka Putri Handayani
uh dasar pulu² serakah, itu jg ayahnya aurel knp gak bisa tegas bngt
Naelong: karna terlalu cinta sama istri ke duanya
total 1 replies
Emi Widyawati
bagus sekali, cerita berbeda, karakter kuat. good job thor 👍👍👍
Naelong: makasi sudah mampir☺
total 1 replies
sukahati
Lanjut thor
Naelong: masih sementara di reviuw. di tunggu kelanjutannya. makasi sudah mampir☺
total 1 replies
Asryani ode123
sangat keren ceritanya
Naelong: terimakasi
total 1 replies
Asryani ode123
mantap ceritanya smoga smpai tamat iya.
Naelong: makasi🙏
total 1 replies
Naelong
makasi sudah mampir ☺🙏
Eka Putri Handayani
keren sih, smg ramai yg baca, ttp smngt thor
Naelong: makasi☺
total 1 replies
Ode Nael
ceritanya bagus
Bé tít
Gemesin banget nih karakternya, bikin baper!
Waode Agustina08
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!