NovelToon NovelToon
Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita / Bad Boy / Trauma masa lalu
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yourhendr

Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa Kau Akan Meninggalkanku?

Liora memberontak saat Kevin menarik-narik tangannya. Sayangnya, tenaga Liora tetap tidak bisa menyaingi tenaga Kevin. Bisa saja, Liora berteriak meminta tolong, tapi Liora tidak ingin membuat keributan.

Sekarang, Liora berada di lingkungan keluarga Dante. Wanita itu tak mau memancing keributan yang berujung dengan kekacauan. Terlebih kondisinya Kevin adalah calon suami Maggie.

“Kevin! Lepaskan aku!” seru Liora meminta Kevin melepaskannya.

Kevin menatap dingin dan tajam Liora. “Diam, Liora. Jika kau berteriak, semua orang akan tahu kalau kau adalah mantan kekasihku,” tukasnya penuh ancaman.

Seketika Liora terdiam mendengar ancaman dari Kevin. Ya, Liora tidak berkutik sama sekali mendengar ancaman dari Kevin. Pasalnya, jika semua orang tahu Kevin adalah mantannya semua akan semakin kacau dan banyak orang salah paham.

Liora mengatur napasnya, berusaha mengendalikan emosi dalam dirinya. Mau tidak mau, dia harus mampu menahan gejolak amarahnya. Sial! Liora membenci kondisi di mana dia harus menuruti keinginan Kevin.

"Apa yang kau inginkan, Kevin?" tanya Liora saat dirinya dan Kevin sudah tiba di taman belakang. Nadanya dingin, tegas, dan menekankan.

Kevin menatap dingin Liora. "Apa-apaan ini, Liora? Kau sengaja balas dendam padaku?" tuduhnya. Pria itu yakin pasti Liora menjalin hubungan dengan Felix, karena Liora ingin balas dendam padanya.

Liora tersenyum samar mendengar ucapan gila Kevin. "Jadi kau pikir aku menjalin hubungan dengan Felix, karena ingin balas dendam padamu?" Sungguh, dia tak mengira akan jalan pikiran Kevin.

Kevin mendekat, mengikis jarak di antaranya dengan Liora. "Liora, hentikan semua ini. Aku tahu kau hanya menjadikan Felix sebagai alat balas dendammu. Kau tidak terima 'kan saat aku meminta berpisah darimu?" Nada bicara Kevin mulai melembut.

Liora rasanya ingin tertawa mendengar ucapan Kevin yang penuh percaya diri. Tidak pernah terbesit dalam pikirannya menjadikan Felix sebagai alat balas dendam. Entah pikiran dari mana Kevin seperti itu.

"Kevin Vendors. Aku bahkan tidak tahu Felix adalah sepupu dari calon istrimu. Dengarkan aku baik-baik, aku sama sekali tidak peduli tentangmu, Kevin. Sejak di mana kita berpisah, aku sudah menghapusmu dari hidupku. Lalu, kenapa malah sekarang kau beranggapan aku menjadikan Felix sebagai alat balas dendam?

"Felix adalah pria yang selama ini aku cari. Dia adalah sosok pria yang sempurna untuk hidupku. Dia tidak pernah melihat wanita dari harta. Sekalipun aku memiliki banyak kekurangan, tapi dia tidak peduli. Jika waktu bisa diputar, aku tidak mau membuang-buang waktuku untuk orang sepertimu. Kalau saja aku dulu lebih awal mengenal Felix, pasti hidupku bahagia."

Nada bicara Liora pelan, tapi begitu menusuk serta menyudutkan. Apa yang dikatakannya keluar secara spontan. Bertahun-tahun, dia membuang waktu untuk orang sia-sia seperti Kevin.

Kalau saja dulu Liora lebih awal bertemu dengan Felix, maka yang dia pilih adalah Felix, bukan Kevin. Sungguh, betapa bodoh dirinya menghabiskan banyak waktu untuk orang yang sia-sia. Tidak hanya sia-sia tapi juga bajingan.

Kilat mata Kevin menajam mendengar ucapan Liora. Raut wajah pria itu memancarkan kemarahan dan emosi yang menelusup menjadi satu. Bara api seakan berkumpul menjadi satu di atas kepalanya—hingga membuat sekujur tubuhnya terasa panas.

“Kau pasti bohong! Tidak mungkin kau begitu saja melupakanku! Kita sudah menjalin hubungan lama!” seru Kevin tak terima dengan apa yang Liora katakan.

Liora tersenyum samar sambil mendongakkan kepalanya, menatap dingin wajah Kevin. “Untuk apa aku masih mencintai pria sepertimu? Pria yang meninggalkan kekasihnya demi mendapatkan wanita yang lebih kaya. Pria sepertimu tidak pantas untuk mendapatkan hatiku.”

Kevin memejamkan mata singkat. “Liora, aku melakukan semua karena terpaksa. Aku meninggalkanmu juga terpaksa.”

Sebelah alis Liora terangkat. “Terpaksa? Really? Yang aku lihat kau meninggalkanku karena itu memang sudah menjadi pilihanmu. Kevin, sudahi sandiwaramu. Sekarang kau sudah mendapatkan wanita kaya yang sesuai dengan keinginanmu dan keinginan keluargamu. Biarkan aku bahagia bersama dengan Felix. Anggap kita tidak saling mengenal. Aku tidak mau lagi berurusan denganmu."

Setelah mengatakan itu, Liora melangkah pergi meninggalkan Kevin. Namun ...

"Dan kau pikir keluarga Felix akan menyetujui hubungan kalian?” seru Kevin yang sukses membuat langkah kaki Liora terhenti.

Tubuh Liora bergeming mendengar apa yang Kevin katakan. Dia memunggungi Kevin tanpa menoleh. Pun Liora tidak mengeluarkan kata apa pun. Pasalnya kata-kata Kevin seperti belati yang menancap ke jantungnya.

Kevin mendekat. "Tadi sebelum aku menghampirimu, aku mendengar teguran ibu Felix karena dia menjalin hubungan denganmu. Liora, jangan naif. Kau menjalin hubungan dengan Felix Dawson—seorang pengusaha besar. Kau dan dia bagaikan langit dan bumi. Kau pikir kalian bisa bersatu? Kau terlalu bermimpi jauh. Singkirkan impianmu dan kembalilah pada dunia nyatamu. Aku berjanji setelah aku mencapai tujuanku, aku akan memperbaiki hubungan kita yang sudah rusak."

Mata Liora berkaca-kaca. Bulir air mata nyaris terjatuh menyentuh pipinya, tapi mati-matian Liora berjuang keras untuk tidak menangis. Yang Liora hindari adalah tampil menjadi wanita yang lemah. Tidak, Liora tidak akan pernah menampilkan kelemahannya di depan orang lain.

"Aku bersatu atau tidak dengan Felix bukanlah urusanmu, Kevin. Seburuk-buruknya diriku, aku tidak pernah melihat seseorang dari harta, tidak sepertimu. Kalau saja Maggie tahu tentang sifatmu ini, aku yakin pasti Maggie akan meninggalkanmu. Satu lagi, kau jangan berpikir akan bisa kembali padaku, karena sampai kematian menjemputku, aku tidak sudi kembali pada pria sepertimu." Liora berkata tegas, dan langsung melangkah pergi meninggalkan Kevin yang bergeming di tempatnya.

Mata Kevin menatap tajam punggung Liora yang melangkah pergi meninggalkannya. Aura kemarahan menonjol terlihat jelas. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat.

“Kau hanya milikku, Liora,” geram Kevin menahan amarah yang nyaris meledak. Perkataan Liora tadi terus terngiang di dalam pikirannya, membuatnya emosi.

"Liora? Kau dari mana?" Felix menatap Liora yang melangkah menghampirinya. "Aku tadi mencarimu ke toilet, tapi kau tidak ada." Pria itu pun ikut mendekat sambil membelai pipi Liora. Tatapannya menatap cemas wanita itu.

Tadi, Felix begitu khawatir saat tak melihat keberadaan Liora. Dia pikir Liora sudah pulang, karena merasa tak nyaman di jamuan makan malam. Namun, untungnya ketakutan Felix tidaklah terbukti.

"Maaf, tadi aku jalan-jalan sebentar menghirup udara segar." Liora membenamkan wajahnya di dada bidang Felix. "Felix, kepalaku sedikit pusing. Apa kita bisa pulang?" tanyanya pelan dan lembut.

Liora sudah tidak sanggup berada di tengah-tengah pesta. Perasaannya begitu campur aduk. Yang dia inginkan sekarang adalah beristirahat, menenangkan segala pikiran yang mengusiknya.

"Kau sakit?" Felix menangkup kembali pipi Liora. "Apa kau ingin aku panggilkan dokter?" tanyanya pelan.

Liora menggeleng. "Tidak, Felix. Aku hanya ingin istirahat saja. Tapi, jika kau masih ingin di sini, aku pulang menggunakan taksi saja. Aku tidak apa-apa sendiri."

Liora tidak mau memaksa Felix untuk pulang bersama dengannya. Terlebih sekarang pesta masih berlangsung. Mungkin saja Felix masih ingin berkumpul dengan keluarga pria itu. Hanya saja, Liora sudah tidak sanggup berada di pesta. Dia ingin beristirahat menenangkan segala pikirannya yang seperti benang kusut.

"Kita pulang sekarang," Felix mengecup bibir Liora.

"Aku tidak mungkin membiarkanmu pulang sendiri."

"Kau yakin? Maksudku keluargamu—"

"Aku sudah bosan di sini. Lebih baik kita pulang. Aku lebih menyukai tidur di ranjang bersamamu sambil berpelukan," potong Felix yang seketika itu juga membuat Liora tersenyum. Meskipun pedih di hati Liora masih ada, tapi perkataan Felix telah berhasil menenangkan Liora.

Felix memeluk pinggang Liora, lalu melangkah pergi meninggalkan pesta itu. Tepat saat Felix membawa pergi Liora—mata Kevin menatap tajam Felix.

Kemarahan melingkupi Kevin, tapi dia tidak memiliki daya apa pun. Yang membuatnya emosi adalah Felix begitu mesra dengan Liora.

Sepanjang perjalanan, Liora memilih menyandarkan punggungnya di kursi sambil memejamkan mata lelah.

Felix tetap fokus mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Pria itu tidak mengebut, karena dia tidak ingin membuat Liora menjadi tak nyaman.

“Apa kau sangat lelah?” Felix membelai rambut Liora.

Liora menatap Felix dan tersenyum.

“Sedikit.”

“Tunggulah. Sebentar lagi kita akan sampai,” jawab Felix.

Liora mengangguk merespons ucapan Felix. Detik selanjutnya, dia memilih untuk memejamkan mata sebentar. Meskipun tak mengantuk, tapi memejamkan mata bisa mengistirahatkan pikirannya.

Tak selang lama, mobil yang dikendarai Felix mulai memasuki gedung apartemen Liora. Felix segera memarkirkan mobil. Tepat saat mobil sudah terparkir—mata Liora perlahan terbuka.

“Kau sudah bangun?” tanya Felix.

Liora menyandarkan kepalanya di lengan Felix. “Iya, nanti aku lanjutkan tidur di kamar.”

Felix mengecup puncak kepala Liora. “Ya sudah, kalau begitu kita turun sekarang.”

Liora mengangguk. Detik selanjutnya, dia turun dari mobil bersamaan dengan Felix. Mereka masuk ke dalam lobi apartemen—dan menuju lift. Raut wajah Liora sebenarnya nampak muram dan sedih, tapi sekuat mungkin Liora berusaha untuk menutupi kesedihannya.

Di kamar, Liora segera mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. Felix, yang sudah memiliki pakaian di apartemen Liora, juga mengganti pakaiannya. Mereka kini sama-sama berbaring di ranjang sambil berpelukan. Seperti biasa, Liora membenamkan wajahnya di dada bidang Felix.

“Liora,” panggil Felix sambil membelai rambut panjang nan indah Liora.

“Iya?” jawab Liora pelan.

“Aku seperti tidak asing dengan nama Kevin. Tapi aku lupa siapa pemilik nama Kevin,” ujar Felix yang masih berusaha mengingat. Dia seperti pernah mendengar nama Kevin, tapi dia benar-benar lupa.

Liora terdiam mendengar apa yang Felix katakan. Dalam hati, Liora bersyukur karena Felix ternyata lupa dengan nama 'Kevin'. Setidaknya, Liora tidak perlu sulit untuk berbohong. Karena memang Liora belum siap memberi tahu kalau Kevin adalah mantan kekasihnya.

"Nama Kevin seperti nama mantan kekasihku dulu. Tapi mereka orang yang berbeda. Bukan sama," jawab Liora pelan dan lembut.

Felix belum menjawab apa yang Liora katakan. Pria itu sekarang mengingat bahwa benar—nama Kevin sama seperti nama mantan kekasih Liora. Akan tetapi dia merasa curiga dan janggal. Dia ingin bertanya lebih dalam, tapi dia lebih memilih untuk mengurungkan niatnya.

“Nama calon suami Maggie sama seperti nama mantan kekasihmu, tidak membuatmu merindukan mantan kekasihmu, ‘kan?” tukas Felix seraya menatap dalam manik mata Liora.

Liora tersenyum samar. “Tentu saja tidak, Felix. Aku sudah melupakan mantan kekasihku. Sekarang yang ada di hati dan pikiranku adalah dirimu. Tidak ada tempat untuk pria lain.”

Hati Felix menyejuk mendengar ucapan Liora. Pria itu memberikan kecupan di seluruh wajah Liora. Dia pun tersenyum, karena senang mendengar pengakuan Liora. Biasanya seorang wanita terkenal paling gengsi mengungkapkan perasaan, tapi Liora sama sekali tidak gengsi.

“Felix, boleh aku bertanya padamu?” ujar Liora pelan.

“Tanyalah. Kau boleh menanyakan apa pun.” Felix membelai pipi Liora.

Liora mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. “Jika keluargamu tidak menyukaiku, apa kau akan meninggalkanku?” tanyanya pelan dan hati-hati.

Alis Felix menaut. “Kenapa kau bertanya seperti itu, Liora?”

“A-aku hanya ingin bertanya saja. Tidak bermaksud apa-apa,” jawab Liora pelan.

Felix tak langsung menjawab pertanyaan Liora. Pria itu menarik dagu Liora, mencium dan melumat lembut bibir Liora. “Aku tidak akan mungkin meninggalkanmu hanya karena keluargaku tidak setuju. Aku bukan pengecut. Hidupku, aku yang menentukan, bukan keluargaku.”

Liora tersenyum mendengar jawaban Felix. Wanita itu kembali membenamkan wajahnya di dada bidang Felix, mencium aroma parfum di tubuh pria itu. Aroma yang selalu membuat dirinya merasakan kehangatan. Tentu Felix membalas pelukan Liora tak kalah erat.

Jauh dari dalam lubuk hati Liora terdalam, dia merasa bersalah karena sudah berbohong pada Felix. Akan tetapi, dia belum siap memberi tahu tentang Kevin. Pun dia tak ingin membuat semua menjadi kacau. Lebih baik Liora memilih diam. Namun, bukan berarti diam untuk selamanya.

Tadi, Liora menanyakan tentang Felix akan meninggalkannya atau tidak, jika keluarga pria itu tak menyukainya—itu semua karena Liora harus bersiap diri. Dia sangat menyadari siapa dirinya. Kehidupannya dengan Felix, bagaikan langit dan bumi. Level yang berbeda amat sangat jauh.

1
Mia Camelia
kasian liora nanggis mulu😂😂😂
Mia Camelia
kevin sekali nya muncul, bikin ancaman doang😔😔😔
erika eka putri pradipta(ACDD)
hai kk aku mampir.
jangan lupa mampiri aku ya
salam penulis
Mia Camelia
ya ampun si agnes udah berubah jdi nenek sihir nih 🤣😂👍
Mia Camelia
oh tidak 😔😔😔kok kamu selingkuh sih🤣
Mia Camelia
wah jangan2 udh hamil nih liora👍☺😂
Mia Camelia
ya ampun kenapa felix jadi mendua begitu😂😂😂
Mia Camelia
semoga aja felix gk mendua😏
kasiah liora 😂😂😂
ayo up lagi thor👍💪
Yourhendr: hay kak, makasih ya udah stay di cerita novel ku. sukses selalu☺️
total 1 replies
🦋™Chenzi®🦋
Aku mampir kak.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah
bububbb
semangat kakak🥰
Piwpiwputri Pubg
BANTU RAMAIKAN NOVEL BARU AKU YUK 🫶
bububbb
keren banget kak...
kinggg
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!