WARNING❗
Cerita ini, buat yang mau-mau saja, TAK WAJIB BACA JUGA
Mengandung banyak Flashback
Banyak nama tokoh dari novel-novel pendahulu mereka
Slow update
Alur lambat
So, yang gak suka silahkan cabut, dan berhenti sampai di sini ❗
⚠️⚠️⚠️
Kenzo akhirnya menerima permintaan sang bunda untuk menikahi putri sahabatnya semasa SMA.
Tapi ternyata gadis itu adalah adik tiri Claudia mantan kekasihnya. Dulu Claudia mencampakkan Kenzo setelah pria itu mengalami kecelakaan hingga lumpuh untuk sementara waktu.
Bagaimana lika-liku perjalanan pernikahan Kenzo dengan Nada? (yang selisih usianya 10 tahun lebih muda).
Di sisi lain, Nada masih terbelenggu dengan potongan ingatan masa kecil yang mengatakan bahwa ibunya meninggal karena mengakhiri hidupnya sendiri.
Apakah itu benar? Atau hanya dugaan semata? Lantas jika tidak benar siapa gerangan yang telah menghilangkan nyawa ibunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cara Kenzo Menunjukkan Rasa Sayang
#35
“Masih cemberut aja? Tadi di depan Ayah dan Bunda, kamu bisa senyum, masa di depanku kamu mencebikkan bibir.”
Nada melirik sesaat, kemudian berpaling lagi karena masih dongkol dengan ulah suaminya dini hari tadi. Kenz bukan hanya memanfaatkan kesempatan, tapi juga meminta extra ronde tambahan. Hingga pagi tadi Nada bangun dengan tubuh yang remuk karena kelelahan.
“Sudah ku bilang hari ini jadwal kuliahku penuh sampai sore, malah minta extra.” Nada mencebik, seraya melipat kedua lengannya di depan dada.
Kenzo mengulum senyuman, ia akui agak keterlaluan pagi tadi, tapi mau bagaimana lagi, rasa tubuh istrinya terlalu candu, hingga terlalu sayang untuk dilewatkan. Apalagi baru kali kedua Kenzo merasakannya, pantas saja Ghavin kerap mengejeknya tak normal, karena melewatkan kesenangan yang kerap diberi nama surga dunia.
Kenzo tak berkata apa-apa, sebagai gantinya ia akan diam dan mendengarkan saja omelan istrinya. “Sekarang aku lemes banget, badan pegel semua. Gimana kalau nanti ketiduran di kelas? Pasti bakal diledekin Cynthia dan Putri,” rengek nada, kakinya menghentak-hentak di tempatnya.
Dengan lembut, Kenzo meraih tangan istrinya mengusapnya pelan, kemudian menciumnya dengan sayang. “Maaf, dan terima kasih, karena telah memberikan pengalaman luar biasa padaku,” ucap Kenz lembut, dan senyum semanis gula.
Sejenak Nada terpesona, tapi ketika ingat pagi tadi dibuat tak berdaya, ia kembali meringis. “Nanti malam aku pijat, bagaimana?” bujuk Kenzo, seperti membujuk Mayra yang sedang merajuk.
“TIdak, dari pada pijat, aku mau libur dulu!”
“Ya, kan pagi tadi aku sudah menyuruhmu libur dulu, kamunya ngeyel pengen kuliah.”
Nada kembali meringis, “Ihh, bukan libur kuliah, tapi— libur—”
Kenzo hanya diam, meski tahu hari libur apa yang dimaksud oleh sang istri. “Itu—” Nada menggaruk rambutnya sendiri, “Ah, tauk, ah!” Wanita itu kembali menyandarkan kepalanya ke arah pintu.
“Baiklah, karena istriku yang meminta, aku akan kabulkan. Tapi jangan lama-lama, oke?!”
“Tergantung.”
Kenzo tergelak, hal seperti ini saja sudah membuatnya bahagia di pagi hari. Bukan hanya mobilnya yang terasa ramai, tapi juga hidupnya yang selalu dingin dan abu-abu, kini lebih berwarna.
Akhirnya mereka pun tiba, Kenzo memutar tubuhnya hingga menatap sang istri. “Dengar baik-baik.”
“Apa?” Nada melepas seat belt-nya.
“Mulai sekarang ada yang mengawasimu dari jauh, dan jika sore hari aku tak bisa menjemputmu, dia juga yang akan mengantarmu pulang,” tutur Kenzo seolah tak memberikan kesempatan pada Nada untuk protes. “Aku tak mau kamu diantar pria asing selain aku.”
“Lalu, pengawal itu? Bukankah dia juga pria asing?” gumam Nada, dengan bibir mengerucut, ya Tuhan ingin sekali Kenzo melahap habis sang istri bila Nada berekspresi demikian.
“Dia berbeda, Sayang—”
Blush
Nada merona ketika Kenzo kembali memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’ seperti semalam, ketika mereka berbagi kenikmatan dalam satu selimut yang sama.
“Apa bedanya?”
Kenzo menangkup wajah Nada. “Jelas beda, dong. Dia pengawal kepercayaan keluargaku, Uncle Nick namanya.”
“Mas—”
“Kenapa?”
“Kok aku tiba-tiba merasa hidup dalam bahaya seperti di jaman perang dan penculikan?”
Kenzo tertawa geli, “Bukan, tapi aku tak mau ada kejadian seperti kemarin. Kamu diantar Kanaka, atau diturunkan sopir taksi di pinggir jalan.”
Nada terdiam, padahal itu hal sepele, tapi kenapa Kenzo begitu khawatir, apakah sekarang ia sedang dijaga dan di perlakukan seperti boneka berharga.
“Mas, kenapa begitu khawatir? Padahal aku sudah biasa pulang dan pergi seorang diri. Karena aku tak suka memakai fasilitas yang diberikan Papa.” Sungguh, Nada tak ingin hadirnya menjadi beban siapa-siapa, termasuk suaminya.
Selama tinggal bersama Mama dan saudara tirinya, Nada sudah melatih dirinya agar bisa tumbuh seperti rumput liar yang tahan terhadap segala cuaca. Menebalkan hati dan perasaannya, agar kebal terhadap semua cercaan Mama Laura.
Tapi tinggal bersama suaminya, rumput liar ini diperlakukan layaknya bunga mawar berharga. Nada tak bisa memungkiri bahwa ia sangat tersanjung, dengan semua perlakuan suaminya.
“Itu dulu, mungkin Papa Emir percaya sepenuhnya padamu dan keselamatanmu. Tapi aku dan Papa jelas berbeda, kamu mungkin sudah tahu dari Bunda bahwa aku tipe pria yang posesif.”
“Kamu harus tahu, caraku menunjukkan rasa sayang, adalah dengan memberikan penjagaan sebaik-baiknya. Apalagi untuk wanitaku, karena dia yang akan menjadi pendampingku seumur hidup.”
Nada mengangguk, hatinya dipenuhi semerbak aroma bunga, bahagia, hingga tak kuasa menahan senyumnya.
Nada memeluk suaminya, tapi tak lama kemudian Kenz merasa tawa istrinya berubah menjadi tangis. “Hei, kenapa menangis?”
“Aku terharu, karena Mas begitu perhatian padaku, adakah wanita yang lebih bahagia dariku? Karena suami seperti dirimu hanya untukku,” rengek Nada, bahkan ia meraung keras.
Kenzo membalas pelukan istrinya dengan penuh rasa sayang, entahlah, apa karena mereka sudah berbagi peluh dan kenikmatan, kini Kenzo semakin takut kehilangan. “Jadi, kamu ingat baik-baik setiap perkataanku, paham?”
“Iya, aku akan ingat.” Nada melepaskan pelukannya, setelah mengusap air matanya, ia merapikan ikat rambutnya kembali.
“Nah, itu Uncle Nick.” Kenz keluar dari mobilnya setelah melihat mobil Nick berhenti di dekat mobilnya.
Nada ikut keluar dari mobilnya. “Sudah lama?” sapa Nick sambil menyodorkan kepalan tangannya, begitu pula Kenz yang langsung menyambut dengan kepalan tangan juga.
Itu adalah salam khas para pria di lingkungan Geraldy. Bukan hanya para Geraldy bersaudara, tapi kini para tim AG juga melakukan hal yang sama. “Belum 10 menit,” jawab Kenz.
“Nah, ini Uncle Nick. Kakak kandung Kak Naya.”
“Oh, hai, Uncle. Aku Nada.”
“Nick.” Nada dan Nick saling memperkenalkan diri. “Maaf, boleh aku pinjam ponselmu sebentar?”
“Tidak apa-apa, ponselmu akan diisi program pelacak, yang memungkinkan untuk Uncle Nick mendeteksi keberadaanmu.”
Nada pun memberikan ponselnya pada Nick, tangan pria itu bergerak lincah mendownload program pelacak yang masih terus di update oleh tim khusus AG, agar terus bisa mengikuti perkembangan teknologi.
“Nah, sudah selesai, ponselmu sudah terhubung denganku, aku bisa terus melacakmu, walau ponsel dalam keadaan mati.”
“Iya, Uncle. Mas, aku masuk dulu, ya? Sebentar lagi kelas pertama dimulai.” Nada pamit karena jam perkuliahan akan segera dimulai.
Setelah kenz mengecup keningnya, Nada pun berjalan cepat menuju kelasnya.
“Uncle sudah dapat update berita semalam?” tanya Kenz mulai serius membahas penyelidikan polisi.
“Iya, penyelidikan masih terus berlangsung, selain ponsel dan barang pribadi yang lain, polisi juga menemukan foto kakak iparmu di mobil pria itu, karena itulah, Aric akan dipanggil ke kantor polisi siang ini.”
“Foto?”
“Iya.”
•••
Sementara itu di rumah dinas Pak Basuki, pria itu pun sedang mendengarkan penuturan sang ajudan tentang update berita seputar keluarga mantan calon besannya.
Pak Basuki melotot tajam, “Terus cari laporan! Jangan sampai kita kecolongan.”
Kanaka yang sengaja mencuri dengar pembicaraan Pak Basuki kini ikut was-was, walau bukan dia pelaku pembunuhan pria itu, tapi Kanaka pernah terlibat dengan pria itu beberapa tahun silam ketika merancang kecelakaan Kenzo. Dan yang terbaru adalah kecelakaan Claudia.
Memang sial sekali dia, inginnya sih, hanya memberi peringatan dengan kecelakaan kecil, ternyata dua-duanya menjadi kecelakaan besar. “Aku harus mencari tempat sembunyi,” gumamnya.