karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama
kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.
Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Pedang dan Sihir.
Tahun 672, bulan 7, tanggal 8.
Enam tahun sudah berlalu semenjak pengulangan waktu terjadi, satu hari sebelum kematianku di hutan timur desa terjadi.
Hari ini aku meminta secara pribadi pada Ryan setelah kami menunjukan seberapa jauh kemampuan kami berkembang.
Aku memintanya secara empat mata tanpa melibatkan Natasya dan James, dikehidupan dunia dalam novel mungkin aku akan lebih percaya pada James.
Namun di dunia ini hanya Ryan yang mengenalku secara terbuka.
Setelah pertarungan melawan Bercula, aku dan Ryan—kami menjadi semakin dekat.
Usiaku sudah mencapai sepuluh tahun, sedangkan Ryan dan James sudah berusia sebelas tahun.
Selisih enam bulan dibawahku adalah Ryan yang masih berusia sembilan tahun, namun jiwanya tetap jiwa orang dewasa dari masa depan.
Saat aku mengulang waktu enam tahun lalu perasaanku begitu cemas tentang efek kupu-kupu.
Namun semuanya berjalan lancar karena dunia masih berjalan dengan plot yang sama.
Sore hari di tanah lapang, aku meminta Ryan untuk tidak pulang terlebih dahulu, menungguku hingga Natasya dan James bergegas kembali ke rumah mereka masing-masing.
“Apa yang ingin kamu katakan, Lala?” tanya Ryan serius padaku, “Tidak biasanya kamu memintaku untuk menunggu...”
Jika aku mengatakan semua yang kutahu, tentu saja Ryan akan curiga, mungkin juga tidak percaya.
“...Nanti subuh, tolong ikut aku,” seruku pada Ryan “kita berkumpul disini.”
Ryan terheran dengan ucapanku yang tak jelas untuk apa aku memohon.
“Hah... Subuh-subuh? Kenapa?”
Tentu saja ia akan bertanya namun aku tidak mengatakan apa tujuanku sebenarnya, aku hanya perlu mengancamnya untuk bertindak sendiri.
“Aku tidak memaksamu, besok aku akan ke hutan timur.” Aku tahu Ryan takkan pernah membiarkanku pergi sendiri, “jangan beritahu siapapun termasuk ayah dan ibuku.”
Terkejut, matanya menyipit. Ryan berketus padaku dengan rasa cemas yang berlebih.
“Untuk apa kesana? Ingin membahayakan dirimu lagi?”
Aku sangat mengerti tentang perasaan Ryan, aku tahu dia laki-laki yang dingin.
Namun ia begitu posesif semenjak pertarungan Bercula enam tahun lalu.
“Bukan, tapi besok hari yang begitu penting untukku.”
“Aku tidak memintamu untuk mempercayaiku.”
“Tapi tolong hanya kali ini saja.”
Ryan lagi-lagi menyangkal tentang apa yang aku pinta pada dirinya.
“Hah? Untuk apa aku mempercayaimu, Lala? Kamu selalu saja membahayakan dirimu sendiri,” etusnya padaku, “lagipula kenapa harus aku?”
Perkataan Ryan membuat hatiku sedikit terganggu dan bersedih, hanya saja apa yang aku katakan adalah kenyataannya.
“Aku memintamu, karena kamu yang paling kukenali diantara Natasya dan James.”
Ryan membeku menatapku, pipinya memerah hingga ke pelipis matanya.
“Hah... Pasti hal yang merepotkan lainnya.” Ryan memalingkan wajah karena tersipu atas apa yang kukatakan, “Baiklah, untuk kali ini saja.”
Aku ternganga dengan jawaban Ryan.
“...Ryan?” Ucapku
“Apa?” Jawab Ryan
Aku tersenyum lebar, titik di pengulangan waktu kali ini aku mendapatkan bantuan kekuatan.
“Aku menyayangimu, Ryan!”
Tanpa sadar aku memeluk Ryan dengan perasaan senang dan bahagia, dalam benakku hanya Ryan yang aku punya saat ini.
Agoy berketus dalam dunia batin.
Perlahan jiwa laki-lakimu menghilang... Dan kamu akan sepenuhnya jadi perempuan, hahahaha.
Mendengar apa yang dikatakan Agoy, tubuhku refleks melepas Ryan yang sudah memerah dan hampir meledak.
“La-lala...”
“Ahh maafkan aku Ryan, aku hanya senang mendengar jawabanmu.”
“O-oke kumaafkan...”
Mataku terbelalak pada langit sore yang semakin menggelap, kakiku melangkah pulang dengan salam perpisahan hangat pada Ryan.
“Ryan! Sampai nanti subuh, bawa Silvanna dengan kita!”
Sesampainya dirumah, langit sudah malam.
Aku menghabiskan waktu terakhirku dengan Dave dan Liria sebelum keberangkatan, tanpa memberitahu aku akan pergi sementara waktu.
Kali ini tujuanku bukan gunung Lunagen, namun aku akan tetap kesana.
Tentang daun sirih perawan, kapasitas manaku bertambah selama enam tahun.
Karena permintaan egoisku Ryan memberiku jamu daun sirih perawan selama enam tahun terakhir.
Didalam kamarku aku bergumam hal kecil.
“Mau serendah apapun tingkat bangsawan... Bangsawan tetap bangsawan yang memiliki bahan-bahan langka”
Agoy menimpali.
“Maksudmu Ryan? Keluarga bangsawan mereka bukan sembarang bangsawan”
“Keluarga bangsawan mereka menolak untuk naik tingkat sosial dari Raden menuju Tumenggung.”
“Keluarga mereka ingin hidup dalam perdamaian tanpa permasalahan aristokrat penjilat.”
Setelah enam tahun berlalu, fakta tentang Ryan membuatku terkejut.
“...Ternyata sehebat itu ya keluarga mereka, aku jadi penasaran ayah dan ibunya Ryan.”
Berbicara tentang Ryan aku mengingat satu hal.
Persiapan menuju hal yang besar.
“Bayangan bodoh, berapa banyak persediaan kita didalam penyimpanan bayangan?”
Agoy hanya tertawa, entah bagaimana caranya membuat diriku yang lain merasakan apa itu kesal.
“Hahaha kamu tak pernah berubah... Dasar diriku si penulis yang malas.”
Agoy menjabarkan ketersediaan perlengkapan yang kukumpulkan didalam penyimpanan bayangan selama enam tahun.
Menampilkan sistem didalam otakku, ia memperlihatkan persiapan penting yang tersimpan dalam penyimpanan bayangan.
Tampilan seperti tab komputer terbayang didalam otak.
Tab pertama ditampilkan sebagai data penyimpanan perlengkapan.
[Perlengkapan Yang Tersimpan: ]
[Pedang Besi: 297]
[Tombak Besi: 89]
[Perisai Besi: 94]
[Anak Panah: 541]
Tab kedua dimunculkan, menimpa data sebelumnya.
[Jamu Yang Tersimpan: ]
[Jamu Daun Sirih Perawan: 3]
[Jamu Kuat: 23]
[Jamu Cepat: 17]
[Jamu Kekebalan Fisik: 5]
[Jamu Kekebalan Sihir: 5]
Dan tab terakhir tersimpan sihir pamungkas mencakup seberapa kuat sihir yang terkumpul selama enam tahun dalam jumlah bilangan (Damage tersimpan).
[Sihir Pamungkas: ]
[Sihir Api: 5.879.114.214]
Semua data ditampilkan membuatku merasa lega.
Selama enam tahun aku melatih skill Tamer untuk menyuruh para monster yang dijinakkan mencari semua persiapan yang aku butuhkan kesepenjuru hutan—beberapa kucari sendiri terkadang bersama Ryan.
Menurut Ryan apa yang aku lakukan hanya membahayakan diri sendiri, namun hari esok semua akan aku perlihatkan alasanku melakukan semua itu.
Jamu-jamu kuracik sendiri dari buku yang kupinta pada Dave.
Serta sihir pamungkas yang kusimpan didalam penyimpanan bayangan.
Sihir itu tersimpan karena rutinitasku meminum jamu daun sirih perawan, untuk percepatan perkembangan Mana.
Setelah meminumnya aku memasukan sihir berunsur api kedalam bayangan dalam jumlah besar setiap harinya.
Hingga sihir itu berkumpul didalam penyimpanan bayangan selama enam tahun lamanya.
“...Setelah menyelamatkan Larasati dari bandit pada pertemuan pertama kami.”
“Masalah utamanya hanyalah Litch itu, yang pernah membunuhku secara tragis bersama Silvanna.”
Aku menyadari beberapa hal yang berbeda, kini aku memiliki Ryan sebagai penambah daya tempur, dan pertemuan cepat dengan Silvanna memberi banyak keuntungan dikehidupan kali ini.
Terlebih dari semua yang aku dapatkan dikehidupan novel yang kedua kalinya.
Adalah Agoy, diriku dari bumi yang berbeda.
Takdir membawaku bertransmigrasi menjadi karakter novel yang ditulis dirinya.
“Aku dulu mengira dunia ini adalah dunia novel yang belum sempat aku tulis prolognya, namun siapa sangka dunia ini novel buatan diriku dari dunia pararel yang lain.”
Sebagai penulis asli, Agoy menjadi mentor selama pengulangan waktu terjadi.
Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.
Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.
Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.
Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.
Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.
Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.
Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.
Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.