NovelToon NovelToon
Pedang Cahaya Naga

Pedang Cahaya Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: dwi97

Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerbang Kabut Merah

Begitu cahaya merah menelan langkah mereka, Shen dan Lin Feng mendapati diri mereka berdiri di depan sebuah gerbang raksasa dari batu hitam. Gerbang itu dihiasi pahatan naga berlumuran darah, dengan mulut menganga seolah siap menelan siapa saja yang berani masuk. Dari celah-celah ukiran mengalir kabut merah pekat yang menggantung di udara, berdenyut seperti makhluk hidup.

“Kabut ini... bukan kabut biasa,” bisik Lin Feng sambil menutup hidung dan mulutnya. “Baunya seperti darah busuk.”

Shen menghunus pedangnya, membiarkan kilau emas samar dari bilahnya menembus kabut. “Hati-hati. Kabut ini bisa saja beracun... atau lebih buruk, ilusi yang mencoba menelan kita.”

Mereka melangkah mendekat. Begitu jarak hanya tinggal beberapa langkah, gerbang itu bergetar, mengeluarkan suara rendah seperti gemuruh guntur. Dari balik kabut, sepasang mata merah menyala menatap mereka. Sosok tinggi besar perlahan muncul—sebuah patung penjaga, namun dengan retakan di tubuh batu yang memperlihatkan daging merah berdenyut di dalamnya.

“Penjaga gerbang...” gumam Shen.

Sosok itu mengangkat tombak hitam panjang, suaranya berat seperti batu bergesekan.

“Hanya mereka yang berani menembus kabut darah, dan tidak kehilangan diri mereka, yang berhak melangkah lebih jauh.”

Lin Feng menelan ludah, tangannya berkeringat di gagang pedang. “Sepertinya kita tidak bisa memilih jalan lain.”

Shen melangkah maju, tubuhnya tegak meski jantung berdegup kencang. “Kalau begitu, uji kami.”

Penjaga meraung, mengayunkan tombaknya. Serangan pertama menghantam tanah, menciptakan retakan dan semburan kabut merah yang berputar seperti pusaran. Shen menghindar cepat, menyerang balik dengan tebasan pedang. Kilatan emas bertemu daging merah dalam retakan patung itu, membuat penjaga meraung semakin keras.

Lin Feng bergerak di sisi lain, menusukkan pedangnya ke kaki penjaga. Batu retak, darah merah kental muncrat, membuat kabut semakin tebal hingga menutupi pandangan.

“Jaga napasmu!” teriak Shen. “Jangan biarkan kabut menelan pikiranmu!”

Namun kata-kata itu terlambat. Lin Feng tiba-tiba terhuyung, matanya berubah kosong. Dari kabut muncul ilusi ibunya lagi, memanggil dengan suara lembut penuh kasih. “Feng’er... ikutlah denganku. Tinggalkan semua penderitaan ini.”

Lin Feng menjatuhkan pedangnya, berjalan ke arah bayangan itu.

“Tidak!” Shen melompat, menahan bahu sahabatnya. “Bangun, Feng! Itu bukan ibumu, itu jebakan!”

Lin Feng berteriak, mencoba melepaskan diri. Matanya dipenuhi air mata. “Tapi aku... aku merindukannya...”

Sementara itu, penjaga mengangkat tombaknya tinggi, siap menghempaskan keduanya sekaligus. Shen punya waktu hanya sekejap.

Ia menutup matanya, lalu menyalurkan energi naganya ke dalam pedang. Cahaya emas meledak, menembus kabut merah, memaksa ilusi hancur berkeping-keping. Lin Feng terjatuh, kembali sadar dengan napas terengah.

“Maaf... aku hampir hilang lagi,” katanya dengan suara serak.

“Fokuslah!” Shen menegur keras, meski matanya penuh kekhawatiran. “Kita hanya bisa mengandalkan satu sama lain di sini.”

Bersamaan, mereka menyerang. Shen menebas tombak penjaga, membuatnya terpental, sementara Lin Feng menusukkan pedangnya dalam-dalam ke dada yang retak. Dengan teriakan penuh tekad, Shen mengayunkan pedangnya sekali lagi, menebas kepala penjaga. Tubuh raksasa itu bergetar, lalu runtuh menjadi pecahan batu, berubah menjadi abu yang tersapu kabut.

Gerbang perlahan berderit terbuka. Dari dalam, kabut merah semakin pekat, namun di baliknya terlihat jalan bercahaya samar menuju kegelapan yang lebih dalam.

Lin Feng gemetar, menoleh pada Shen. “Kalau setiap pintu punya penjaga seperti itu... apakah kita bisa sampai ke akhir?”

Shen menatap ke depan, menggenggam pedangnya erat. “Kita harus bisa. Karena menyerah berarti mati di sini, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Mereka berdua melangkah masuk melewati Gerbang Kabut Merah. Dan begitu gerbang menutup di belakang, kabut menelan mereka sepenuhnya.

1
Nanik S
Apakah mereka akan menjadi teman
dwi97: trimakasih kk.
total 1 replies
Nanik S
Mantap 👍👍
Nanik S
Apakah Liang akan menyelamatkan Adiknya
Nanik S
Hadir... awal yang bagus
dwi97
yuk simak terus
dwi97
yuk tinggalin jejaknya. di like dan komenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!