Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biru dan laut
Matahari semakin hari semakin panas, sedangkan udaranya semakin dingin, angin banyak berhembus dan hujan tidak kunjung turun. Air sumur semakin dalam karena hujannya yang tidak kunjung tiba, semua orang mulai mengeluh dan berhemat air karena sumbernya yang semakin jauh.
Siang itu Arjuna duduk sendirian di dapur sambil melihat area belakang rumah, pepohonan yang rindang nan hijau kala itu mulai mengering serta daunnya mulai gugur. Saat malam hari akan terdengar suara burung hantu, Renjana membenci suara itu dan sulit tidur karenanya. Arjuna kembali melihat kedua tangannya yang mulai memudar, terakhir kali hanya sampai dua detik, namun kali ini semakin lama.
Kedatangan Renjana membuat Arjuna sedikit terkejut dan langsung menyembunyikan kedua tangannya ke belakang punggung.
“Kenapa?.” tanya Renjana penasaran, karena tiba-tiba Arjuna menyembunyikan tangannya.
“Bukan, kapan kamu datang?.”
“Baru saja.”
“Kamu menyembunyikan sesuatu?.” Renjana berusaha melihat di belakang tubuh Arjuna, namun pria itu terus menghindar. Hingga tubuh mereka berada di posisi yang sangat dekat, Renjana menghentikan kegiatannya, menatap kearah Arjuna yang lebih tinggi darinya.
Perlahan Arjuna memeluk tubuh ramping Renjana, mengusap punggung wanita itu lembut sambil melihat tangannya yang menyentuh punggung Renjana sudah kembali ke keadaan semula.
“Ada yang mengganggu pikiranmu? masalah keluargamu? aku bisa menemanimu kesana kalau kamu mau.”
“Tidak, biarkan seperti ini sebentar saja.”
Renjana terdiam, dia hanya mengikuti apa yang Arjuna katakan. Sebenarnya Renjana sudah mulai curiga dengan Arjuna, beberapa hari ini entah dimulai sejak kapan, Arjuna menjadi sangat berbeda. Dia melakukan semuanya dengan hati-hati, dari menyiapkan air, memperhatikan seluruh penjuru rumah beberapa kali, bahkan memastikan barang-barang ditaruh di tempat yang aman. Anehnya lagi Sadewa dan Sendu beberapa kali juga berkunjung saat siang hari kalau Sadewa libur kerja, atau Sendu akan datang ke rumah saat pagi hari sambil jalan-jalan.
“Sebenarnya apa yang terjadi?.” Kembali Renjana bertanya padahal Renjana tahu kalau Arjuna tidak akan pernah mengatakan apapun.
“Tidak ada.” Arjuna melepaskan pelukannya sambil mengulas senyuman pada Renjana, “Air sumur semakin dalam, kalau kamu tidak bisa mengambil air, kamu bilang ke aku atau siapapun. Jangan lakukan sendiri.”
“Kan kamu yang tiap hari ngambil air.”
“Siapa tahu aku nggak ada kan lagi pergi kemana gitu.”
“Jangan pergi kalau gitu.” Renjana tersenyum menunjukkan deretan gigi cantiknya sambil melenggang pergi masuk kedalam rumah sambil membawa segelas air mineral.
Dress selutut dipadukan dengan jaket dan sepatu, Renjana melangkahkan kakinya keluar dari rumah bersama tas yang dia bawa berisi pakaian bersih. Hari ini Renjana dan Arjuna akan pergi ke pantai, walaupun harus ditempuh berjam-jam, mereka akan tetap pergi kesana, tidak ada rencana menginap, namun kemungkinan akan tetap menginap karena bus belum tentu ada saat mereka pulang nanti, setidaknya membawa pakaian ganti dan identitas yang sudah di buatkan oleh kakek Renjana sebelumnya.
Dengan menggunakan sepeda, Arjuna dan Renjana menuju ke jalan utama, penghubung antara daerah. Disanalah biasa bus lewat, mungkin menunggu 30 sampai 1 jam di halte. Arjuna menitipkan sepedanya di tempat khusus penitipan 24 jam, dengan membayar beberapa rupiah saja sepeda nya aman sampai mereka kembali nanti.
Bus yang ditunggu pun akhirnya tiba, Renjana dan Arjuna langsung masuk ke dalam. Penuhnya manusia didalam bus mengharuskan mereka berdua berdiri karena tempat duduk sudah penuh semua. Banyak orang menggunakan transportasi umum, bukan hanya orang dengan penampilan cantik, namun juga berbagai macam orang hingga penjahat pun mungkin ada diantara mereka.
“Kamu baik-baik saja?.” Arjuna melihat kearah Renjana yang berdiri di depannya, memegang pinggang Renjana erat, takut gadis itu terdorong ataupun jatuh.
“Iya tidak apa-apa.”
“Pegang sini.” Arjuna mengulurkan tangannya pada Renjana.
“Aku bisa pegang atas.”
“Terlalu tinggi, pegang sini tidak apa-apa.”
“Terima kasih.” Renjana memegang lengan Arjuna erat, saat bus berhenti, mereka akan terdorong sedikit. Namun tangan Arjuna tidak membiarkan Renjana bergerak sedikitpun, pria itu terus menjaga Renjana tetap berada di sebelahnya.
Padahal bus sudah sangat penuh, namun penumpang baru tetap masuk tanpa mengeluarkan penumpang lain. Sehingga posisi mereka sekarang benar-benar sangat dekat, lebih tepatnya seperti tengah berpelukan saking dekatnya. Beberapa kali Arjuna meneguk ludahnya, mungkin Renjana bisa mendengar detak jantungnya juga karena posisi yang sedekat ini.
Tiga jam perjalanan mereka akhirnya tiba di Halte paling dekat dengan pantai, untuk menuju ke laut, mereka berdua harus berjalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh atau ikut dengan mobil yang akan mengambil ikan di dekat laut. Beberapa mobil memang lewat, tidak memiliki kendaraan membuat keduanya cukup kesusahan kemanapun.
“Kita jalan kaki dulu, siapa tahu nanti ada mobil lewat ke arah pantainya.” Ucap Arjuna sambil melepaskan jaket yang dia pakai.
“Lelah….”
“Mau aku gendong?.”
“Nggak. Aku bisa jalan sendiri.” Renjana berjalan mendahului Arjuna, dia tidak ingin menyusahkan Arjuna lagi, sudah cukup didalam bus Arjuna terus mendekapnya, membuat Renjana tidak nyaman selama tiga jam karena harus mengatur detak jantung.
Satu kilo berjalan, akhirnya ada sebuah mobil yang berhenti didepan mereka, mobil yang akan pergi ke arah laut mengambil ikan. Renjana dan Arjuna pun ikut mobil pickup tersebut, hanya tinggal beberapa kilo lagi Renjana dan Arjuna tiba di pantai, laut sudah mulai terlihat biru.
Renjana tersenyum, rambut panjangnya yang tergerai di sentuh angin dengan lembut. Sudut bibir Renjana yang terangkat membuat Arjuna ikut tersenyum, Arjuna tidak ingin melewatkan sedikitpun momen yang menggambarkan sosok cantik gadis yang ada di depannya.
Mobil tersebut berhenti di pinggir jalan yang sudah dekat dengan pantai, hanya tinggal beberapa langkah saja mereka bisa menyentuh pasir pantai.
“Terima kasih pak.” Arjuna memberikan beberapa rupiah kepada sopir mobil tersebut kemudian bergabung dengan Renjana yang sudah terlihat tidak sabar ingin segera menuju ke pantai.
“Ayo.” Renjana menggandeng tangan Arjuna, mengajak pria itu berlari menuju ke pantai.
Semilir angin yang menerpa kulit serta lembutnya pasir membuat keduanya mulai terlarut cukup lama disana, rasa kagum akan sebuah alam membuat Arjuna tidak berhenti mengagumi sosok lain yang sejak tadi tersenyum tanpa henti.
“Cantik.”
“Iya cantik kan lautnya.”
“Kamu juga cantik.”
Renjana menoleh ke arah Arjuna yang terus memandanginya.
“Bukan aku, tapi lautnya.” Renjana sedikit berteriak karena suara mereka yang terhalang oleh suara ombak membuat tidak bisa terdengar satu sama lain.
“Bagiku kamu juga cantik Ren.”
“Ga ngaruh.” Renjana berlarian menuju ke air, kaki telanjangnya menyentuh air laut yang dingin, tawa gadis itu sangat cantik membuat Arjuna ikut tertawa.
Pengunjung pantai bukan hanya mereka berdua, namun mereka seperti hidup dalam lingkaran sendiri, mengabaikan orang lain. Renjana dan Arjuna terlalu asik bermain air tanpa memperdulikan bahwa jam akan terus berputar.