Kemarahan Sang Penghuni

Setelah para warga berkompromi mereka besok akan datang bersama-sama ke balai desa untuk menemui Pak lurah, meski mereka tau bahwa mereka akan di tolak tapi mereka ingin memastikan nya sendiri dan mendengarkan sendiri penolakan Pak lurah.

Malam semakin larut dan semakin sunyi, namun alhamdulillah tak ada peristiwa seperti malam kemarin lagi. Meski sunyi semuanya baik-baik saja para warga tidak mendengar suara-suara yang mengerikan lagi, cuma tetap saja suasana di Kampung itu begitu sunyi bagaikan Kampung tak berpenghuni.

"Abah, Abah yakin isukan rek nganteur warga ka balai desa.? " (Abah, Abah yakin besok mau nganter warga ke balai desa) Tanya Ambu.

"Yakin teu yakin Abah tetep kudu nganteur warga, da mun teu di anteur ku Abah rek ku saha di anteurna" (Yakin gak yakin Abah tetep harus nganter warga, kan kalo gak di anter sama Abah mau sama siapa di anterin nya) Ujar Abah menjawab pertanyaan Ambu.

Lalu Ambu bertanya kembali kepada Abah. "Emang na bakal di denge kitu protesan para warga? " (Emang nya bakal di denger gitu protesan para warga) Tanya Ambu.

"Nya prihal eta mah sabodo Pak lurah, nu penting Abah mah nganteur warga. karunya teu di gugu mah" (Ya prihal itu terserah Pak lurah, yang penting Abah nganter warga. Kasian kalo gak di turuti) Ujar Abah.

Terlihat Ambu terdiam karna mungkin yang Ambu pikirkan juga sama, yang penting Abah nganter para warga aja dulu buat ke balai desa mau di dengar atau tidak keluhannya mereka itu memang keputusan nya ada di tangan Pak lurah.

.

.

.

Ke esokan hari nya para warga berkumpul di depan rumah Abah, mereka akan pergi ke balai desa dengan berjalan kaki dan yang pergi hanya bapak-bapak. Meski ibu-ibu ingin ikut Abah tidak mengijinkan nya karna Abah takut akan ada keributan yang seharusnya tak terjadi, (tau sendiri kan ibu-ibu kalo udah bersuara 😅).

Jarak tempuh ke balai desa memakan waktu satu jam karna jaraknya memang lumayan jauh, maka dari itu Kampung Legok di bilang Kampung terpencil karna memang jarak nya agak jauh dari balai desa dan Kampung-kampung lain nya.

"Assalamu'alaikum, punten Pak Hasan Pak lurah na nyondong teu? "(Assalamu'alaikum, maaf Pak Hasan Pak lurah nya ada gak) Tanya Abah kepada salah satu petugas desa.

"Waalaikumsalam, eehh Abah, nyondong Abah. Wah Abah meni nyandak rombongan kieu ningan bade aya naon nya.? " (Waalaikumsalam, ehh Abah, ada Abah. Wah Abah kok bawa rombongan gini mau ada apa ya) Tanya Pak Hasan.

"Bade aya peryogi ka Pak lurah, punten atuh nya pang saurankeun" ?(Mau ada keperluan ka Pak lurah, maaf bisa gak panggilkan) Ujar Abah.

"Tiasa Abah, sakeudap nya antosan heula" (Bisa Abah, sebentar ya tungguin dulu) Ujar Pak Hasan.

Abah mengangguk sebagai tanda jawaban, terlihat Pak Hasan kedalam salah satu ruangan yang ada di balai desa itu. Tak berselang lama Pak Hasan kembali keluar bersama dengan orang yang mereka tuju ya itu Pak lurah, Pak lurah pun menghampiri Abah dan menjabat tangan Abah sebagai tanda dia menyambut dan menghormati Abah.

"Punten Abah aya naon nya meni asa reuwas kieu ka datangan Abah sareng rombongan.? " (Maaf Abah ada apa ya jadi kaget gini ke datangan Abah sama rombongan) Ujar Pak lurah.

"Janteun kieu Pak lurah, Abah kadieu aya maksad anu di tuju Abah nganteur warga anu bade ngusul ka Pak lurah perkawis pembangunan anu bade di jalankeun di Kampung Legok. Punten Pak sa atos na aya rencana pembangunan eta warga Kampung seu'eur ngaraoskeun kajadian ganjil sareng sasatoan maraot ku cara anu te lazim. " (Jadi begini Pak lurah, Abah kesini ada maksud yang di tuju Abah nganter warga yang mau mengusulkan ke Pak lurah prihal pembangunan yang mau di jalankan di Kampung Legok. Maap Pak sesudah ada rencana pembangunan itu warga banyak merasakan kejadian ganjil sama Hewan-hewan pada ma-ti dengan cara yang tak lazim) Ujar Abah menjelaskan tujuan nya datang ke sana.

Pak lurah terlihat mendengar kan dengan seksama ucapan Abah Kohar, dan dia pun menjawab ucapan Abah Kohar.

"Abah teu kenging sok gaduh emutan anu araneh, mal nya aya ka jantenan kawas kitu, sareng teu kenging di sangkut pautkeun ka masalah pembangunan Abah eta mah cigah na mung kaleuresan wungkul" (Abah gak boleh punya pikiran yang aneh-aneh, masa iya ada ke jadian yang seperti itu sama jangan sangkut pautkan ke masalah pembangunan Abah itu cuma kebetulan saja) Ujar Pak lurah.

Para warga tidak suka dengan jawaban Pak lurah yang mengatakan bahwa hal yang terjadi hanya suatu kebetulan saja, para warga tau itu bukanlah hal yang kebetulan sama seperti yang Pak lurah katakan.

"Ka leuresan kumaha Bapak? Jelas-jelas arurang anu ngarasakeun na da biasa nage tara aya kajadian kawas kieu, pokona teu hoyong terang warga Kampung Legok hoyong pembangunan eta di balakeun. " ( Ke betulan gimana Bapak? Jelas-jelas kami yang merasakan karna biasanya juga gak ada kejadian kaya gini, pokonya gak mau tau wrga Kampung Legok mau pembangunan itu di batalkan) Ujar Mang Shukri yang tersulut emosi dengan jawaban Pak lurah.

Warga yang lain pun ikut berbisik-bisik dan mendukung apa yang di katakan Mang Shukri. Karna memang mereka merasakan Teror itu, dan mereka semua tak suka dengan jawaban Pak lurah. Pak lurah belum tau saja kekompakan para warga Kampung legok, mereka itu akan selalu kompak untuk membangun kedamaian di Kampung mereka.

BERSAMBUNG.