NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kepastian

Setelah mendengar jawaban Leon, Zelena memutuskan untuk keluar rumah dan bertemu dengan Tama. Ia ingin semua masalah ini selesai, tidak ada lagi kesalahpahaman antara dirinya dan Leon, terutama soal hubungannya dengan Tama.

Zelena keluar rumah. Hal ini diketahui oleh Kenzo, dan Kenzo langsung meminta Leon untuk mengikutinya.

"Aku melihatnya keluar rumah, tapi tidak tahu pasti ke mana dia pergi. Tolong, kau ikuti dan jaga dia," pinta Kenzo kepada Leon yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.

Leon yang sudah banyak pikiran menatap Kenzo. "Apakah pekerjaanku di sini untuk menjaga Zelena? Atau hanya untuk menjadi suaminya?" Pertanyaan itu dilontarkan kepada Kenzo, karena sudah terlalu banyak hal yang membuatnya bingung.

Kenzo kaget mendengar ucapan itu. "Kenapa kau jadi seperti ini?"

"Ya, aku hanya jenuh saja. Ada Arman, kenapa harus aku? Aku sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan kalian, tapi apa ini? Kalian membuatku seolah menjadi umpan."

Perkataan Leon membuat Kenzo benar-benar terkejut. Kenzo mulai curiga—apakah Leon sudah tahu rencana mereka? Tapi Leon sepertinya memang tidak jatuh cinta pada Zelena, jika dilihat dari ucapannya tadi.

"Umpan apa maksudmu? Kau tahu kan, saat ini ada Tama yang mencoba mendekati Zelena. Aku sama sekali tidak suka jika Zelena dekat dengan orang lain."

"Hah, orang lain? Aku juga orang asing. Biarkan Zelena memilih jalannya sendiri. Lagipula, jika dia tidak jadi menikah, maka aku tidak masalah."

"Ya, kau tidak akan masalah. Tapi aku yang bermasalah. Karena menjagamu adalah tugasku. Dan aku nikahkan kau dengan putriku agar aku bisa menjaga kalian berdua," ucap Ahmad yang baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya dan tidak sengaja mendengar percakapan Leon dan Kenzo.

Kenzo terdiam, teringat dengan ucapan Liora. Saat ini, di pikirannya hanya ada perkataan Liora yang terus-menerus berputar, seolah radio yang diulang-ulang.

"Kenapa kau diam saja? Ikutlah denganku. Kita perlu bicara, karena terlalu banyak kesalahan yang terjadi," ujar Ahmad sambil berjalan menuju ruang kerjanya.

Namun—

"Apakah kau tahu, Pak, apa itu umpan? Apakah aku terlihat bodoh di mata kalian? Kalian pasti sudah tahu siapa aku, tapi kenapa sikap kalian sangat baik?" Emosi Leon mulai tidak stabil. Dia sangat ingin tahu kebenarannya dan mulai bingung ke mana ia harus berpihak.

Ahmad mendekati Leon. "Perusahaanmu yang terbengkalai dua tahun lalu, aku mencoba membangkitkannya kembali. Karena aku tahu itu adalah hartamu satu-satunya. Dan tidak menutup kemungkinan juga... kalau aku adalah pembunuh ayahmu, hanya karena aku membantu usahamu."

Leon terdiam. Selama ini Ahmad memang jarang terlihat, jarang pulang, dan tidak pernah bertanya keadaan Zelena atau Kenzo. Ternyata ia sedang membantu bisnis Leon yang ada di negara tetangga.

"Ayah? Apakah itu semua benar? Kesepakatan kita tidak ada hal seperti itu, Ayah! Apa-apaan ini?" Kenzo mulai terbawa emosi karena sepertinya Ahmad mulai menjalankan janji lamanya kepada Aryanto.

Ahmad menatap Kenzo. "Kau tahu rasanya menanggung kesalahan yang bahkan tanganmu saja tidak menyentuhnya? Aku menanggung itu selama ini... di sini, di pundak dan di dada."

Leon menatap Ahmad. "Apa yang kau tanggung? Tuduhan apa yang tidak tertuju padamu? Jelaskan sekarang!" Leon berteriak, mulai emosi, bahkan mengepalkan kedua tangannya.

Ahmad menatap Leon dengan penuh kesedihan. "Belum saatnya kau tahu. Saat ini yang terpenting adalah, istirahatkan pikiranmu, agar kau bisa kembali pada rencanamu. Jangan dengarkan gadis bernama Liora itu."

Ahmad pergi setelah mengatakan hal itu.

Leon terdiam, larut dalam emosinya sendiri.

"Apakah harus aku yang pergi menemui Zelena? Atau aku minta Arman saja?" ucap Kenzo pada dirinya sendiri.

Leon menatapnya. "Biar aku saja. Ada baiknya jika kau cari tahu latar belakang Arman," ucapnya, lalu pergi dari sana dalam keadaan emosi.

*

*

*

Di depan kafe tempat Tama dan Zelena bertemu, Leon sedang memantau mereka dari dalam mobil.

"Tama, kau tahu kan, kita adalah sahabat. Dan tidak ada yang bisa mengubah hal itu," ucap Zelena membuka pembicaraan. Ia tahu, dirinya yang harus menyelesaikan semuanya.

Tama meracik minuman yang mereka pesan. Seolah sudah tahu ke mana arah pembicaraan mereka, ia hanya diam sambil mengaduk minumannya.

"Kak Kenzo juga sudah mengatakan padaku betapa dia tidak menyukai dirimu, ketika hubungan persahabatan berubah menjadi hubungan asmara," lanjut Zelena.

Tama masih sibuk dengan minuman.

"Apa bisa kau dengarkan aku sekali saja? Ini penting bagi kita berdua. Aku sama sekali tidak bermaksud menerima perasaanmu hari itu. Aku hanya tidak mau kau merasa malu," tekan Zelena.

"Ya... apapun yang ingin kau katakan, aku sudah tahu. Pasti hubungan kita tidak akan berjalan lancar, karena beberapa kejadian yang menimpamu, dan itu membuat kakakmu marah padaku," ujar Tama akhirnya membuka mulutnya setelah sekian lama.

"Lalu? Apakah harus aku katakan apa yang seharusnya? Atau kau sudah paham?"

Melihat Tama yang sudah menangkap semua poin yang Zelena katakan, membuatnya yakin Tama sudah paham dan tak perlu diperjelas lagi.

"Aku akan menunggumu. Setelah aku lulus kuliah, aku akan datang dan membawamu bersamaku. Mungkin kali ini aku gagal, tapi tidak beberapa tahun lagi," sambung Tama.

"Aku akan menikah minggu depan. Mana mungkin kau bisa membawaku... kecuali aku jadi janda muda," lirih Zelena dalam hatinya.

Tama menatap wajah Zelena, cinta pertamanya—namun berakhir kandas.

"Harusnya dari awal kita tidak perlu bersahabat. Kalau begitu mungkin aku bisa pacaran dengan leluasa," tambah Tama.

Zelena tersenyum. "Aku tidak pernah menyesal kita pernah berteman. Bahkan sampai sekarang pun kita masih berteman, kan?"

Tama hanya tersenyum, lalu pergi dari sana. Tidak ada kata "putus" di antara mereka, tapi keduanya paham harus ke mana, dan bagaimana arah hubungan mereka selanjutnya.

Setelah Tama keluar, Zelena juga keluar. Ia melihat Leon sedang berdiri di luar mobil.

Zelena tersenyum, berlari ke arah Leon, dan memeluknya. "Aku yakin, pasti Kakak datang. Aku sama Tama sudah nggak ada hubungan lagi, Kak."

Zelena terlihat sangat bahagia, seolah semua masalah dalam hidupnya selesai. Kini ia hanya punya satu beban lagi: pernikahannya.

Leon membalas pelukan Zelena. Ia meletakkan satu tangan di pinggang ramping Zelena, dan satu tangan di kepala Zelena, karena tinggi mereka yang berbeda.

"Ya, Kakak tahu pasti kamu bisa menyelesaikan ini, Zel."

Leon menyembunyikan semua perasaan sakitnya saat bersama Zelena. Ia memasang topeng di wajahnya, seolah baik-baik saja.

Zelena menatap Leon. "Kakak sakit?"

Leon memeluk Zelena lagi, bahkan sekarang lebih erat dan lebih tulus. "Nggak. Kita tunggu sebentar lagi ya, Zel," ucap Leon sambil menutup matanya, menikmati pelukan hangat dari Zelena.

Ada kabar bahagia buat kalian para pembaca setia novel ini, aku bakal adakan giveaway berupa hadiah uang tunai, untuk kalian yang beruntung, dengan syarat follow akun noveltoon aku yang ini, like, subscribe cerita nya, follow ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!