Cinta Untuk Anna

Kecelakaan Armand Wijaya dan keluarga disebut sebagai kecelakaan tunggal. Entah apa yang terjadi, tapi itulah yang Anna terima dari polisi dan keterangan orang-orang yang menyaksikan.

Anna hanya sendirian, Nila terus kalut dan sakit sakitan setelah kejadian itu.

Bukannya mendapatkan banyak warisan, kekayaan Armand Wijaya yang notabene adalah anak tunggal dari keluarga Wijaya, menjadi rebutan pihak-pihak yang tak bertanggungjawab.

Anna yang lemah dalam segala segi hanya bisa diam menerima semua perlakuan mereka.

Suatu hari, Anna menatap kedua keponakan kembarnya itu. Mereka menangis merengek meminta susu, Nila tak berkutik, hanya diam saja. Nuri yang masih setia bekerja meskipun tak tahu akan dibayar darimana, berusaha membuat mereka tetap diam dan tenang.

Anna melangkahkan kaki keluar rumah, pergi ke jembatan dekat taman. Dia berdiri di sisi pagar jembatan tinggi itu.

Satu kakinya naik ke pagar jembatan, lainnya masih menopang tubuhnya. Anna memejamkan mata kemudian mendorong tubuhnya kedepan.

Namun, seseorang meraih pinggangnya dan menariknya kembali ke jalan hingga mereka terpental.

"Apa kau gila? " seru Abel.

Dia selalu datang ke rumah Anna setiap malam, untuk memastikan mereka baik-baik saja. Dan ternyata memang benar, malam itu Anna kalut dan hampir mengakhiri hidupnya.

Mata Anna yang sembab menatap pada Abel yang membantunya berdiri, namun Anna terdiam membatu.

Abel kesulitan mengangkat tubuhnya, dan dia pun hanya bisa ikut terduduk bersamanya.

Tak tega Abel melihat keadaannya seperti ini, dia langsung memeluk Anna dengan erat. Anna pun menangis sejadi jadinya.

Mulai malam itu, Anna menjadi tanggung jawab Abel. Semua orang merasa heran dengan tindakannya itu. Terutama Santi yang merasa Abel terlalu baik pada Anna, yang memperkenalkan diri sebagai ibu tunggal dari si kembar, karena Nila mengalami gangguan jiwa.

Anna merasa sangat berhutang budi pada Abel yang mau bertanggungjawab sebagai wali untuk memasukkan Nila ke rumah sakit jiwa. Juga menanggung biaya gaji Nuri untuk merawat si kembar, sementara Anna sekolah sambil bekerja bersama Abel di kantor televisi.

Anna diajarkan berbagai hal tentang pekerjaannya. Namun harus berhadapan dengan temperament Abel yang labil semenjak kecelakaan yang merenggut ketahanan tubuhnya untuk balapan.

Terkadang Abel menangis dan tak menerima apa yang dia cita-citakan hancur karena sebuah kecelakaan.

Anna terus sabar menghadapi semua itu, hingga sampai pada titik dimana dia merasa tak berarti di mata Abel.

**

Tahun ke 9 Anna bersama Abel, biasanya dia membuatkan sesuatu untuk sarapan sebagai perayaan kecil karena sudah bekerja bersama Abel selama itu.

Namun pagi itu Abel yang pulang dari jogging langsung melempar handuk kecil nya ke meja makan.

Anna tercengang, dia merapikan dengan sabar. Namun Abel terus meracau.

"Sialan, ternyata dia yang menyebabkan semuanya" ucap Abel tak menentu.

"Ada apa Pak? Anda tiba-tiba datang dan marah" ucap Anna yang cukup kesal juga karena selalu terkena imbasnya jika ada yang membuat Abel kesal.

"Bukan urusan mu, dan selamanya tidak akan pernah jadu urusan mu" ucap Abel dengan mata yang seolah akan keluar dari tempatnya.

Abel masuk ke kamarnya, Anna juga pergi ke kamarnya.

Tak terima dengan sikap Abel yang tak pernah berubah, selalu menyalahkan dirinya atas kekesalannya pada orang lain.

Abel menelpon manager nya dulu di arena balap. Bicara sangat keras dan marah-marah. Hingga dia pingsan karena kelelahan.

Namun Anna tak menyadarinya, dia malah pergi menemui Viona dan menceritakan semua kekesalannya.

Viona hanya bisa menasihati untuk selalu bersabar, semua yang dilakukan hanya untuk si kembar. Selalu itu dan memang hanya karena itu Anna bertahan.

Orang-orang bahkan sahabatnya sendiri hanya tahu bahwa Anna melahirkan si kembar di bangku sekolah. Itu dilakukannya untuk menutupi kenyataan bahwa ibu si kembar di rawat di rumah sakit jiwa.

Anna tak mau si kembar merasa sedih atau bahkan mendapatkan perundungan karena hal itu.

Seharian Anna pergi, hingga malam dia baru kembali. Dia tak melihat Abel di luar, berpikir Abel masih di dalam kamarnya.

Namun, dia menoleh ke arah pintu karena ada yang membuka. Dia melihat Abel datang dengan seorang wanita.

"Hai.. kamu pasti Anna, asistennya Abel kan, aku Clara, mantan pacarnya Abel" ucap Clara dengan mengulurkan tangannya.

Anna menyambut dengan senyuman, dan tatapan yang beralih pada Abel yang terlihat mabuk.

Clara masuk ke kamar Abel, Anna tak bisa masuk, dia merasa tertahan oleh hubungan mereka yanh jauh lebih dekat dari hubungan dirinya dengan Abel.

Abel pun terlihat sangat nyaman dipegang Clara.

Anna mulai berpikir, semua situasi membuatnya merasa dia sudah tak diperlukan lagi.

Secara kebetulan, Stevan menawarkan Anna untuk membuka klinik di pedalaman daerah Jawa Tengah.

Anna mulai menyusun rencana untuk resign dari pekerjaan bersama Abel.

"Untuk memulai semuanya, aku harus minta pindah dari rumah ini" gumam Anna yang sejak malam terus berpikir.

Keesokan harinya, dia menyiapkan sarapan.

Abel keluar dan langsung menyantap sarapan seolah sudah berhari-hari tak makan.

Anna terdiam menatap tingkahnya yang tak biasa.

"Kemarin kamu kemana seharian? " tanya Abel dengan nada marah.

Anna kesal, selalu saja dia ikut campur dengan semua privasinya.

"Pak, kemarin hari minggu, wajar kalau saya pergi keluar bertemu dengan teman atau sekedar jalan jalan cari angin " jawab Anna ketus.

Abel merasa tak terima, kemarin dia kesulitan bangun dan kolaps hingga salah menelpon orang yaitu Clara. Dibawa ke rumah sakit olehnya dan Abel merasa sangat kesal.

"MAU HARI MINGGU ATAU HARI RAYA SEKALIPUN, KAMU HARUS TETAP BILANG SAMA AKU KEMANA DENGAN SIAPA, KAMU NGERTI! " Abel meradang.

Anna tercengang, tiba-tiba air matanya mengalir.

"Tidak... saya tidak mau tinggal sama Pak Abel lagi. Saya punya privasi sendiri. Bapak tidak punya hak sedikitpun atas hidup saya, meskipun bapak sudah mengambil semua tanggungjawab atas saya dan anak-anak! " Anna menangis kemudian pergi ke kamarnya.

"Ada apa dengannya? " gumam Abel setelah beberapa saat terdiam.

Anna sendiri menangis, ingin pergi. Tapi kenyataan tentang apa yang dia katakan membuatnya sesak dan terus menangis.

"Semuanya benar, Abel berhak mengatur. Dia mengambil tanggungjawab atas ku dan anak-anak juga kak Nila, orang-orang yang sama sekali tak dia kenal" gumam Anna.

Tapi dia tetap menangis hingga waktu pergi ke kantor.

"Tidak usah masuk kantor dengan mata sembab seperti itu" ucap Abel sambil memasang dasinya sendiri.

Namun dia mulai kesal karena selalu salah pasang.

Anna membantu dengan memasang wajah kesal. Abel hanya menatapnya.

"Kau mau tinggal terpisah? " tanya Abel.

Anna terdiam, tak menjawab tapi memang dia mendengar.

"Pindahlah, rumah sebelah kosong bukan. Itu juga sudah ku beli, tinggallah disana, kapan-kapan si kembar bisa datang dan menginap dengan bi Nuri di sana" lanjut Abel saat Anna berbalik hendak mengambil tas nya.

"Sudah ku bilang ga usah masuk, pindahlah hari ini. Aku akan minta Nana membantu nanti" ucap Abel kemudian pergi.

Anna hanya menatapnya, kemudian tersenyum saat pintu tertutup.

Sejak itu Anna pindah, meskipun dekat tapi setidaknya dia tak harus bekerja dobel dengan menyiapkan apapun untuk Abel.

\=\=\=\=\=\=\=\=>>>