NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Mafia Iblis

Gadis Incaran Mafia Iblis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Wallace Huang, dikenal sebagai Mafia Iblis yang tanpa memberi ampun kepada musuh atau orang yang telah menyinggungnya. Celine Lin, yang diam-diam telah mencintai Wallace selama beberapa tahun. Namun ia tidak pernah mengungkapnya.

Persahabatannya dengan Mark Huang, yang adalah keponakan Wallace, membuatnya bertemu kembali dengan pria yang dia cintai setelah lima tahun berlalu. Akan tetapi, Wallace tidak mengenal gadis itu sama sekali.

Wallace yang membenci Celina akibat kejadian yang menimpa Mark sehingga berniat membunuh gadis malang tersebut.

Namun, karena sebuah alasan Wallace menikahi Celine. pernikahan tersebut membuat Celine semakin menderita dan terjebak semakin dalam akibat ulah pihak keluarga suaminya.

Akankah Wallace mencintai Celine yang telah menyimpan perasaan selama lima tahun?

Berada di antara pihak keluarga besar dan istri, Siapa yang akan menjadi pilihan Wallace?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Wallace menatap tajam ke arah dua anggota Ronald yang masih menahan Celine dengan kasar. Matanya berkilat penuh amarah yang menakutkan.

Melihat Wallace datang, Celine langsung melepaskan cengkeraman mereka dengan sekuat tenaga. Tubuhnya gemetar hebat saat ia berlari ke arah pria itu, wajahnya pucat pasi dan matanya penuh air mata. Wallace merentangkan tangannya, menahan tubuh gadis itu di dalam pelukannya.

Ia merasakan betapa dingin dan lemahnya tubuh Celine saat itu. Tangannya menepuk punggung gadis itu pelan, menenangkannya, namun matanya menatap tajam ke arah semua orang di hadapannya.

"Siapa… yang memberi kalian izin untuk bertindak sesuka hati di sini?" tanyanya dengan suara rendah, dalam, namun terdengar menggelegar di telinga mereka semua.

Dor! Wallace menembak ke udara tanpa ragu. Suara tembakan itu menggema di halaman rumah, cukup menakutkan bagi siapa pun yang mendengarnya. Burung-burung di pohon beterbangan ketakutan, sementara anggota Ronald menahan napas mereka dengan wajah pucat.

Nico melangkah maju dengan sorot mata tajam, menatap anggota Wallace yang berjaga di kediaman itu. "Kalian adalah anak buah Tuan, kenapa tidak melindungi Nona Celine!" tegur Nico dengan nada tegas dan menekan.

Serentak, para anggota itu menunduk dengan ketakutan. "Tuan… maafkan kami. Harap beri kami kesempatan…!" ucap mereka serempak, tubuh mereka gemetar menahan takut.

Wallace menatap Celine yang menangis sesenggukan di pelukannya. Dahinya terluka, darah menetes dari pelipisnya, dan wajahnya tampak memar akibat tamparan. Amarah di dada Wallace membara semakin besar. Rahangnya mengeras, matanya menatap lurus penuh kebencian.

"Wallace, berani sekali kau melepaskan tembakan," bentak Ronald dengan wajah merah menahan emosi.

"Hanya demi wanita yang tidak jelas… kau tega melawan ayahmu sendiri?" sambung Sully dengan nada menyindir sengaja memancing emosi Wallace.

"Kakak… apa yang dilakukan Papa hanya demi kebaikanmu. Mengusirnya pergi tidak ada salahnya. Bukankah dia juga berasal dari club malam?" ujar Angie sambil menatap Celine dengan tatapan jijik dan senyum mengejek.

"Aku bukan dari club malam! Jangan menuduhku seenaknya!" teriak Celine dengan emosi memuncak, suaranya serak menahan tangis.

Wallace menatap wajah gadis di pelukannya dengan sorot mata lembut. Tangannya menyentuh pelipis Celine yang berdarah, kemudian menelusuri pipinya yang membengkak.

"Siapa yang melakukannya?" tanyanya pelan, namun suaranya begitu dingin dan mengerikan. Matanya tidak berkedip menatap wajah Celine.

Celine menggigit bibir bawahnya menahan sakit, kemudian mengangkat tangan gemetar dan menunjuk ke arah Sully.

"Dia…" jawab Celine pelan, air matanya menetes membasahi tangannya sendiri.

Wallace menatap Sully dengan sorot membunuh. Suasana di halaman itu mendadak mencekam, semua orang menahan napas, bahkan udara seolah berhenti bergerak.

"Datang ke wilayahku dan bertindak sesuka hati kalian… sepertinya kalian semua sudah bosan hidup," ucap Wallace dengan suara rendah, matanya berkilat tajam bagaikan mata harimau sebelum menerkam mangsanya.

"Kau mengancamku? Jangan lupa kau adalah putraku!" bentak Ronald keras, berusaha menekan Wallace dengan status ayahnya.

Wallace menoleh pelan ke arah Ronald. Tatapannya tajam, rahangnya mengeras, suaranya terdengar berat dan menakutkan. "Tentu saja aku ingat… Tapi kau yang lupa, Ronald. Aku bukan hanya anakmu… aku juga Ketua Mafia Keluarga Huang." Wallace menurunkan pistolnya dan menatap mereka semua dengan tatapan tajam menusuk. "Tembakan pertama adalah peringatan."

Ia melirik sekilas ke arah Nico. "Tahan mereka… dan pukul."

Tanpa menunggu aba-aba, semua anggota Wallace bergerak cepat menahan para anggota Ronald. Teriakan kesakitan terdengar saat pukulan-pukulan keras mendarat di tubuh mereka. Sully dan Angie menjerit ketakutan saat anak buah Wallace menahan kedua lengannya agar tidak kabur.

"Wallace! Lepaskan mereka!!" titah Ronald dengan suara lantang, matanya merah menahan emosi.

Wallace menatap Ronald dengan tatapan dingin yang membuat siapa pun merinding. "Apakah kau sudah lupa aturan keluarga? Mengusik kehidupan orang sendiri… harus menerima hukuman yang telah ditetapkan kakek dulu. Kalian datang… mengusik orangku… itu adalah kesalahan besar."

Sully menatap Wallace dengan emosi. "Wallace, wanita ini… berani menampar Angie! Tidak ada salahnya kami beri pelajaran padanya!"

Wallace menatap Sully dengan sorot mata menakutkan, nadanya semakin dingin dan penuh tekanan. "Dan kau menyentuhnya. Siapa yang memberimu hak… untuk bertindak sendiri?"

Sully menelan ludah dengan wajah pucat, matanya menunduk menahan takut. Sementara Wallace tetap berdiri tegak dengan Celine di pelukannya, menatap mereka semua bagai raja yang siap menghukum rakyatnya yang durhaka.

Ronald hanya bisa menatap dengan mata melotot penuh amarah saat kedua tangannya ditahan oleh dua anggota Wallace. Tubuhnya ditekan ke bawah sehingga ia tak mampu bergerak sedikit pun untuk menolong istri dan anak tirinya.

"Kau menghina Celine seolah-olah kau adalah putri kandung dari keluarga Huang," ujar Wallace pelan namun penuh penekanan. Tatapannya tajam menusuk ke arah Angie. "Bahkan ibumu sendiri tidak tahu siapa ayahmu sebenarnya. Kau datang ke rumah ini tanpa identitas yang jelas, hidup menumpang pada keluarga Huang… dan masih saja berani menghina serta menyakiti Celine."

Wajah Angie langsung memucat, matanya bergetar menahan takut. Bibirnya terbuka ingin membalas, namun Wallace melirik tajam ke arah Nico. "Nico… tampar dia sampai mulutnya tidak bisa bicara."

"Baik, Tuan," jawab Nico tegas. Ia melangkah maju dengan wajah dingin, menatap Angie tajam sebelum melayangkan tamparan keras ke pipi kirinya.

Plak!

Angie menjerit kesakitan, kepalanya menoleh ke samping akibat hentakan keras itu. Belum sempat menoleh kembali, tamparan kedua mendarat di pipi kanannya dengan suara yang sama kerasnya.

Plak!

"Hentikan!!" teriak Sully dengan histeris, matanya menatap putrinya yang kesakitan, namun tubuhnya juga ditahan oleh dua anggota Wallace sehingga tak mampu bergerak sedikit pun.

Wallace menyimpan pistolnya di balik jubah hitamnya. Tangannya terulur menepuk lembut pipi gadis itu, menghapus air matanya dengan ibu jarinya.

"Tampar dia… balas apa yang dia lakukan padamu," kata Wallace pelan dengan suara lembut, namun nadanya mengandung perintah yang tak terbantah.

Celine menatap Wallace dengan mata berkaca-kaca, tubuhnya bergetar hebat, "Aku… aku…"

"Jangan takut," ujar Wallace dengan suara menenangkan. Tangannya menepuk pelan pipi Celine, menenangkan gadis itu. "Aku ada di sini. Tidak ada yang akan menyakitimu. Wanita ini telah menghinamu… menamparmu… menindasmu. Kau harus membalasnya."

Wallace perlahan mendorong tubuh Celine mendekat ke arah Sully, yang saat itu masih ditahan oleh dua anak buah Wallace. Sully menatap Celine dengan tatapan penuh kebencian.

"Wanita kotor! Berani kau menyentuhku?! Aku tidak akan diam saja!" teriak Sully dengan wajah merah padam menahan emosi.

Celine menatap wajah wanita itu dengan air mata yang menetes di pipinya. Tangannya terangkat pelan, namun tatapan Wallace yang menatapnya lembut memberikan keberanian yang selama ini hilang.

Plak!

Tamparan pertama mendarat di pipi kiri Sully dengan keras. Suara tamparan itu menggema di halaman rumah, membuat semua orang menahan napas mereka.

Celine mengeraskan hatinya, lalu menampar pipi kanan Sully dengan kekuatan yang sama.

Plak!

Wajah Sully menoleh ke samping, matanya membelalak tak percaya sambil menahan sakit. Kedua pipinya memerah dengan jelas, meninggalkan bekas jemari Celine di sana.

Saat Celine mengangkat tangannya untuk menampar Sully untuk ketiga kalinya, tiba-tiba sebuah tangan besar dan hangat menahan pergelangan tangannya dengan lembut. Celine menoleh kaget, matanya bertemu dengan tatapan lembut Wallace.

Pria itu maju dan berdiri di sampingnya, tubuh tinggi besarnya menutupi Celine dari semua pandangan. Bibirnya tersenyum tipis, namun matanya tetap memancarkan tatapan tajam penuh ancaman kepada Sully.

"Sisanya… biar Nico yang melakukannya," ucap Wallace pelan, suaranya terdengar lembut di telinga Celine namun cukup keras untuk didengar semua orang. "Jangan… menyakiti tanganmu."

Tangannya menurunkan perlahan tangan Celine, menatap gadis itu dengan tatapan hangat yang tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun. Celine menatapnya dengan mata berkaca-kaca, napasnya tercekat oleh perlakuan Wallace yang begitu melindunginya.

Wallace menoleh ke arah Nico tanpa mengubah ekspresinya. "Nico."

"Baik, Tuan," jawab Nico tegas. Ia menghentikan tamparannya pada Angie yang mulutnya telah mengeluarkan darah. Terlihat wajahnya bengkak dan kesakitan.

Tanpa ragu, Nico melangkah maju ke arah Sully yang masih ditahan oleh dua anggota Wallace lainnya. Wajah wanita itu pucat pasi, matanya melebar menahan takut saat melihat Nico melayangkan tangannya.

Plak! Plak!

Dua tamparan keras mendarat di kedua pipi Sully, membuat kepalanya menoleh ke kiri dan kanan dengan cepat. Rasa panas dan perih menjalar ke seluruh wajahnya. Tangis tertahan terdengar dari mulutnya.

Wallace menatap tanpa ekspresi, lalu menoleh pada Celine yang masih berdiri di sampingnya dengan tubuh gemetar. Ia menepuk pelan kepala gadis itu, menunduk sedikit dan berbisik lembut.

"Sudah… kau aman sekarang. Aku di sini."

1
Rocky
Manttappp..
yuning
i love you Mr mafia
Nabil abshor
PUUUAAAAAASSSSSS,,,,,,, syukaaak,,,, kaya gini niiiih,,,,,, yang sekali thesss,,,, dibalasnya thaaassss theeessss,,,,,,
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Febriana Merryanti
good job Wallace beri pelajar buat mereka pelacur kok teriak pelacur🤣🤣🤣
Akai Kakazain
duh thoooor....dag dig dug aq thor, knpa brsmbung pulak thor...huhuhuuu....
Bu Kus
kasih pelajaran tu Wallace buat mereka jerah
Bu Kus
semoga Wallace cepat datang dan Celine bisa selamat
Naufal Affiq
lanjut thor
Isnanun
akhirnya ada yg ngebelain Celine
R@3f@d lov3😘
akhirnya kamu datang juga Wallace 🙄🙄kasihan Celine dan hukum 2 jalang it...wlpn mereka keluarga tapi mereka 😏 sudah berani menyakiti Celine a
yuning
hanya seorang Celine kalian main keroyokan
R@3f@d lov3😘
dasar sampaaaaah 😏 kalian,,lihat saja jika kalian berani menyentuh Celine maka jangan heran jika Wallace memberi kalian pelajaran 🙄😒
Reni Anjarwani
ldoubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut
R@3f@d lov3😘
Celine yang digoda kenapa aq yang dag....dig....dug...seeeerrr🤭😁
Naufal Affiq
bisa uji coba juga tuan,kalau tuan berani
Naufal Affiq
kamu seram tuan,coba rubah sedikit cara bicaramu dan tingkah laku mu,di hadapan gadismu
yuning
aku mau lihat tuan 😁
Nabil abshor
bukan marah,bukan lembut,,,,, ky gmn ituuuuuu,,,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!