Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
WARNING!!
BAB HOROR!!
Di sarankan membaca saat tidak sendirian!!
🍓🍓🍓🍓
Hari minggu memang paling enak bergulung selimut. Juminten dan Bambang masih tidur, padahal waktu sudah jam 10 siang. Kegiatan LDKS selama 3 hari kemarin, benar-benar menyita tenaga mereka.
Eka mulai mengemasi pakaiannya. Minggu depan, dia sudah harus pindah ke kontrakannya. Kardus-kardus besar bekas rokok terkenal ada di depan kamarnya.
"Bang Eka, yakin pindah" Eka menoleh, melihat muka bantal Juminten dengan berpakaian satin yang tembus pandang mencetak jelas pu*ingnya. Eka merasa panas dingin melihatnya.
"Pakai ini!" Eka melemparkan jaket yang ada di dekatnya.
"Eh, kok jaket, Bang?"
"Dirimu bikin aku resah, Jum! Udah sana ke kamar! " Eka menahan emosinya. Eka pun berlari menutup pintu kamarnya.
Brak!
"Ya ini, Jum. Alasan Abang pindah. Pemandangan kamu kayak gitu aja, udah bikin masalah luar dalam!" Eka mengelap keringat yang ada di dahinya. Melanjutkan kembali membereskan barang-barang yang ada di kamarnya.
Juminten pun kembali ke kamarnya dengan bingung sambil membawa jaket.
Cklek!
Juminten terkaget, baru juga masuk tiba-tiba pintu terkunci sendiri. Ternyata Bambang ada di belakangnya.
"Jumi kirain siapa, Mas! Bikin kaget aja!" memegang dadanya, karena kaget.
"Haha.. Kenapa?"
"Jumi kira penunggu hutan ikutin Jumi kesini, soalnya pas jurit malam Jumi di temuin barang gituan tapi berupa bau tapi—"
Bambang masih mendengarkan Juminten, sambil menyium rambut panjangnya yang hitam, lalu menyampirkan nya ke telinga.
Juminten yang masih menceritakan pada suaminya kejadian kemarin, dikagetkan dengan suaminya yang menarik pinggulnya. Memegang bibir bawel istrinya, yang entah kapan membuatnya gemas.
Bambang mengecup bibir tersebut dengan pelan. Membuat Juminten kaget.
"Mas, Juminten merinding nih!" Juminten menggerakkan tubuhnya menunjukkan sedang geli.
Bambang mengecup kembali bibir merah muda merona, kecantikan istrinya saat baru bangun tidur memang tidak bisa di ragukan.
Bambang menggiring istrinya ke kasur, disertai lu**tan bibir. Juminten hanya bisa memejamkan matanya menikmati ciuman mereka.
Bambang menggendong istrinya dengan pose koala, tanpa melepaskan tautan mereka. Dibaringkanlah tubuh istrinya dengan perlahan. Mengukung tubuh istrinya yang ada di bawahnya.
"Kalau aku minta sekarang, kamu siap nggak?" Juminten menganggukkan kepalanya. Lalu, menggelengkan kepalanya.
Bambang tersenyum melihat tingkah lucu istrinya, "Kenapa kok nggak mau?"
"Pas Juminten liat di film bo**p, itunya gede. Pasti sakit banget!" jawaban Juminten membuat suaminya tertawa.
"Aku kan produk lokal, mana ada sebesar itu! Coba kamu pegang dulu!" mengarahkan tangan Jumi ke tuyulnya.
"Kok kaku?"
"Au.. Jangan di remat terlalu keras! Sakit, yank!"
"Eh, maaf maaf! Jumi kaget, perasaan biasanya empuk deh!"
Bambang yang merasa senut-senut berusaha menahan sakitnya. Juminten yang merasa bersalah, mengarahkan wajah suaminya. Mengecup bibir suaminya, mencoba dengan cara itu bisa membantu mengurangi rasa sakitnya.
Perkiraan Juminten salah, suaminya malah menyerangnya. Mencium daerah leher juga dadanya. Memberikan kiss**rk di setiap incinya.
Juminten hanya membalas dengan meremat rambut suaminya. Merasakan rasa nikmat pertama kali yang dia rasakan selama berumah tangga.
"Apa masih mau yang lebih lagi?"
Juminten menganggukkan kepalanya. Tak bisa di bohongi, dia menikmati rasa yang di suguhkan suaminya. Rasa memabukkan yang membuatnya melayang. Sepintar itu Bambang membuatnya hanyut dalam permainan yang di ciptakannya, bahkan baju mereka sama-sama belum terlepas.
Bambang menatap istrinya, hari ini tepat pernikahan mereka yang ke dua bulan. Rasa cinta yang dia miliki kepada istrinya bukan karena penolakan Mala padanya. Semua ini murni karena, Juminten berhasil mengoyak hatinya juga meruntuhkan dinding egoisnya. Sifat Juminten yang dia benci, semua terganti dengan rasa sayang.
"Happy 2 month anniversary, Mas!"
Deg!
Bambang kaget, dia mengira istrinya melupakan hari ini. Ternyata mereka sama-sama menghitung hari per hari yang mereka lewati. Tanpa banyak ba-bi-bu Bambang mulai melepaskan pakaiannya.
Terpampang jelas, tubuh indah kekar Bambang walau tak berkotak-kotak. Lengan tangan dengan benjolan ototnya di sentuh, membuat Bambang menikmati belaian istrinya. Hanya dengan elusan tangannya juga melihatnya mengigit bibir bawahnya dengan sens**l, berhasil merobohkan benteng pertahanannya.
Bambang segera mencium bibir yang sudah menggodanya dari tadi, tangan yang tadinya diam mulai melepaskan baju tidur berbahan satin yang di pakai istrinya.
"Kamu nggak pakai br*?"
Juminten menggelengkan kepalanya, "Jumi kalau tidur nggak pernah pakai, soalnya rasanya ganjel!" ucapnya dengan malu-malu.
Otak traveling Bambang yang tak sesuci author pun bekerja cepat, senyum smirk nya mewakili hal apa yang akan dia lakukan setiap hari dengan istrinya. Memiliki permainan olahraga terbaru yang pasti membuatnya ketagihan.
Juminten yang masih menutup dadanya terkaget, saat suaminya melepas paksa tangannya. "Ingat, ini punyaku!" mata Juminten terpejam merasakan kenikmatan bercampur sakit yang pertama kali dia rasakan.
Bambang seperti manusia rakus, dia bahkan menyesap juga menj***i barang bulat yang sudah di doktrin menjadi miliknya. Semuanya halal miliknya.
"Ah..A—" bibir Juminten di tutup dengan telapak tangan suaminya.
"Jangan keras-keras, nanti kedengeran Abang!" dibalas anggukan kepala Juminten.
Mereka melanjutkan kembali olahraga mereka. Bambang kembali memainkan benda bulat itu, bahkan sambil memutar-mutarnya. Juminten kelonjotan di buatnya.
Bambang melepas bokser yang dia pakai, melempar ke sembarang arah. Mengungkung kembali istrinya. Senyumnya merekah, melihat istrinya bermuka merah seperti tertahan.
Bambang mendekati kembali mengungkung istrinya, "Gimana, enak?"
"Jumi, takut Mas!"
"Takut apa, sayang?"
"Takut sakit, juga hamil!"
"Kan ada, Mas. Kenapa takut?"
"Yaudah, Mas keluarin sper**nya di luar aja, ya! Mas marah, nggak?"
"Nggak dong, sayang! Tapi, besok mas harus nyiapin pengaman mulai besok!"
"Pengaman apa?"
Bambang berbisik di telinga istrinya, "Balon!" lalu menggigit dan menji**tinya dan berhasil membuat istrinya kelonjotan lagi.
Mereka tak tahu, dimana semua baju mereka berserakan. Yang mereka tahu, mereka sama-sama merasakan sensasi yang belum mereka rasakan. Hingga waktunya ada di puncak acara.
Mata mereka sama-sama sudah berkabut, bahkan deru nafas memburu terdengar di dalam kamar. Kipas angin juga AC di dalam kamar, gagal mengahapus keringat yang menempel pada diri mereka.
"Mas mulai, ya! Kalau sakit cakar aja punggungku! Atau cakar sebisa yang sayang lakukan!"
Bambang memberikan selimut untuk menutupi bagian dada dan perut istrinya. "Jangan teriak ya, sayang. Gigit selimut ini kuat-kuat!" Juminten terlihat takut juga penasaran. "Relax aja!" Bambang tahu apa yang di takutkan istrinya saat ini.
Dan terjadilah semua yang Bambang instruksikan. Juminten mencakar punggung Bambang, mengigigit kuat-kuat selimut yang di dekatnya. Bambang berusaha mengobrak-abrik dinding pertahanan yang mampu membuatnya memejamkan mata. Terasa sesuatu mengalir, saat dindingnya berhasil roboh dengan satu hentakannya.
Bahkan, kegiatan ini belum ada 1jam, Bambang sudah merasakan tubuhnya yang mengejang karena dorongan kuat di bawahnya. Hingga dia lupa kebablasan, menenggelamkannya miliknya di tempat yang bisa menjadi jalan lahir calon anaknya nanti.
Bambang mengambrukkan tubuh nya diatas istrinya, menikmati pelepasan pertamanya selama hidupnya. Tangan Juminten terulur mengambilkan tisu di sampingnya, mengelap keringat yang ada di dahi suaminya.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨