NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku, Kak

Ambil Saja Suamiku, Kak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Penyesalan Suami / Dokter
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Riana pikir kakaknya Liliana tidak akan pernah menyukai suaminya, Septian. Namun, kecurigaan demi kecurigaan membawanya pada fakta bahwa sang kakak mencintai Septian.

Tak ingin berebut cinta karena Septian sendiri sudah lama memendam Rasa pada Liliana dengan cara menikahinya. Riana akhirnya merelakan 5 tahun pernikahan dan pergi menjadi relawan di sorong.

"Kenapa aku harus berebut cinta yang tak mungkin menjadi milikku? Bagaimanapun aku bukan burung dalam sangkar, aku berhak bahagia." —Riana

Bagaimana kisah selanjutnya, akankah Riana menemukan cinta sejati diatas luka pernikahan yang ingin ia kubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Alif yang semalaman mendapat dorongan dari Arsen dan Dito akhirnya memantapkan niatnya untuk mengejar Riana. Pagi-pagi sekali, ia sengaja datang ke rumah Riana dengan alasan membicarakan administrasi keberangkatan sebagai relawan. Namun, alasan sebenarnya jauh lebih dari itu, ia ingin tahu keadaan rumah tangga Riana yang selama ini membuat hatinya tak tenang, apalagi setalah mendengar suaminya memberikan kata talak.

Alif tak pernah bayangkan, begitu pintu terbuka, yang ia temukan justru pemandangan yang membuat darahnya membeku. Riana tergeletak di lantai, tubuhnya lemah, dengan dahi berlumuran darah. Tanpa berpikir panjang, Alif segera membopong tubuh Riana, berlari membawa wanita itu menuju rumah sakit. Di sepanjang perjalanan, pandangannya tak lepas dari wajah pucat yang terpejam rapat di pelukannya.

“Riana… apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa kamu bisa berakhir seperti ini?” bisiknya lirih, suara tercekat oleh rasa cemas yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Sesampainya di rumah sakit, Riana langsung ditangani tim medis. Dito, yang kebetulan bertugas pagi itu, kini menjadi dokter yang merawatnya. Ia hanya bisa menggeleng perlahan, hatinya ikut teriris melihat kondisi Riana sekaligus melihat sosok Alif yang biasanya dingin dan kaku terhadap wanita, kini tampak begitu rapuh.

Bibir Dito terangkat tipis, separuh mengejek, separuh iba. “Sepertinya pohon yang hampir mati mau tumbuh lagi,” gumamnya lirih sambil melirik Alif. “Sayangnya, selalu ada badai yang datang sebelum pohon itu bisa benar-benar tumbuh subur.”

“Berhenti meledek. Gimana keadaannya?” tanya Alif dengan nada kesal.

“Kamu kan juga dokter, masa nggak ngerti situasi? Percuma gelar profesor kalau hasil CT Scan aja masih minta diterjemahin,” sindir Dito santai.

Alif mendengus, urat di pelipisnya menegang. “Sepertinya aku harus benar-benar melapor ke Nisa soal ulahmu ini. Biar dia potong gajimu setahun penuh.”

Dito langsung terkekeh. “Heh, kalau cuma setahun mah aku malah senang. Bisa sekalian cuti panjang. Lagi pula, apa kamu nggak tahu? Aku kerja di sini setengahnya aja udah hobi, bukan butuh gaji. Dan jangan lupa, istriku itu tipe istri cinta mati. Potong gaji? Yang ada malah dikasih bonus, plus-plus.”

Alif menutup wajah dengan telapak tangan, jelas kepalanya makin berdenyut. Ia sudah tahu, melawan Dito hanya buang tenaga.

Tapi Dito belum selesai. Ia menyikut Alif pelan sambil berbisik nakal, “Eh Al, jujur aja deh, kamu tuh dingin sama semua perempuan. Kok tiba-tiba sama wanita bernama Riana berubah jadi es batu yang mulai cair, hm?”

Alif menoleh dengan tatapan datar. “Diam, Dito.”

“Wih, pandanganmu itu lho… kayak mau ngebunuh orang. Tapi sayang, di balik itu aku lihat ada cinta yang meletup-letup,” Dito menahan tawa, sampai bahunya berguncang sendiri.

Alif menghela napas berat. “Dito.”

“Ya?”

“Saya bisa bikin kamu jaga IGD seminggu penuh tanpa pulang.”

“Wah, nggak jadi ke Sorong kah? Eh… Al percaya apa nggak, di sana nanti Riana ini pasti nemuin seseorang yang cinta mati sama dia. Nah, sebelum itu terjadi kamu harus sat set, kalau nggak—”

“Dit, bisa diam nggak?” potong Alif dengan nada tinggi, sorot matanya tajam.

Hening sejenak. Hanya terdengar suara jam dinding yang berdetak pelan. Di saat itu, kelopak mata Riana yang tadinya terpejam rapat mulai bergerak. Perlahan, ia membuka matanya, pandangannya masih buram.

Alif langsung mendekat, tubuhnya menegang. “Riana…” suaranya merendah, seolah takut kalau suara kerasnya tadi membuat wanita itu kembali terpejam.

Riana mengerjap pelan, mencoba fokus pada wajah yang menatapnya. Di sela kepalanya yang berdenyut nyeri, ia melihat bayangan Alif, wajahnya cemas tapi berusaha tetap tenang.

“Kenapa… Dokter Alif di sini?” bisiknya lirih, suara nyaris tak terdengar.

Alif tercekat, tidak tahu harus menjawab dengan apa. Ia sempat membuka mulut, tapi yang keluar hanya helaan napas panjang.

Dito yang berdiri di samping mereka, tersenyum miring sambil menyilangkan tangan di dada. “Kenapa dia di sini? Karena dia nggak bisa napas teratur karena mikirin kamu. Bahkan sampai sempet curhat ke aku segala. Padahal biasanya, si Profesor Dingin ini paling anti ngomongin perasaan.”

“Dito!” suara Alif kembali meninggi, matanya melotot ke arah sahabatnya.

Tapi Dito malah terkekeh puas. “Apa aku salah? Kalau kamu lihat wajahnya waktu gendong kamu tadi, Riana, duh… bener-bener kayak cowok drama Korea yang lagi nungguin ceweknya sadar.”

Alif langsung berdiri dari tempat duduknya lalu menarik tangan Dito dan menyeretnya keluar dari ruangan itu. Meskipun Dito berteriak ia langsung menutup pintu rapat-rapat lalu kembali menemani Riana.

"Jangan dengarkan dia, gimana perasaan kamu sekarang?" tanya Alif.

Riana menutup matanya sejenak, berusaha menahan rasa sakit yang berdenyut di kepalanya. Namun, seiring dengan itu, potongan kejadian semalam kembali menyeruak di benaknya. Suara bentakan Septian, wajah licik Liliana, tangisan Lira… lalu dorongan keras itu.

Tubuhnya bergetar. Air mata mulai mengalir tanpa bisa ditahan.

“Riana?” Alif langsung sigap, mencondongkan tubuhnya, suaranya lembut tapi tegas. “Hei… kamu aman sekarang. Kamu di rumah sakit. Tidak ada yang bisa menyakitimu di sini.”

Mendengar suara Alif yang mencoba menenangkan, Riana langsung menghapus air matanya, lalu berkata, "Dok, apa dokter punya kenalan pengacara perceraian?"

Alif tertegun, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tatapannya terpaku pada wajah Riana yang masih lemah, namun sorot matanya penuh dengan tekad yang berbeda dari sebelumnya.

“Riana… kamu serius?” suara Alif tercekat, setengah berbisik.

Riana menarik napas panjang, menatap langit-langit dengan mata berkaca-kaca. “Aku sudah terlalu lama bertahan… terlalu lama diperlakukan seperti ini. Kalau aku terus diam, mungkin aku nggak akan hidup lebih lama.”

Alif mengepalkan tangannya, rasa marah bercampur cemas berputar di dadanya. Kata-kata ingin pecah dari bibirnya, tapi ia hanya terdiam, terjebak dalam perasaan yang begitu dalam hingga membuat dadanya sesak.

1
Nur Hafidah
emang jodoh riana alif bukan septian sipecundang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: tambah kak, si plin plan, maruk, pengen dua2nya
total 1 replies
arniya
Septian semoga km nanti menyesal....
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: masih plin plan gak jelas dia
total 1 replies
Ariany Sudjana
lupakan laki-laki mokondo itu Riana, kamu harus bangkit dan kejar kebahagiaanmu bersama dr Alif
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: pokoknya Riana harus bahagia ya
total 1 replies
Ma Em
Septian dari awal emang tdk perhatian pada Riana ya sdh Riana lupakan Septian , Riana lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri tdk usah diingat lagi mending bersama dr Alif pasti Riana akan bahagia dan akan diratukan sama dr Alif , biarkan Septian dgn Liliana pasti sama Liliana juga tdk akan beda emang sdh karakter teledor dan masa bodo pasti tdk akan bisa berubah
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: berasa banget karakter septian ini ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
sekarang aja baru menyesal, kemana saja selama ini bos? ya terima saja, kan selama ini memang lebih perhatian sama Liliana, sampai istri sendiri di sia-siakan
Ma Em
Septian kamu emang sdh kehilangan Riana karena dia sdh pergi keluar dari rumahmu dan tdk akan kembali lagi , biarkan Riana bahagia dgn orang lain Septian kamu berbahagialah dgn perempuan pilihanmu si Liliana yg selalu kamu bela dan kamu utamakan daripada Riana , lebih baik Riana dgn dr Alif saja semoga Riana berjodoh dgn dr Alif .
hafiz
lebih baik dgn Alif saja , dripada dengn suami tp lebih mementingkan KK ipar
Ma Em
Jangan angkat Riana sekarang kamu sdh keluar dari rumah Septian jgn pedulikan lagi apa yg terjadi mau Liliana atau Septian sdh tdk usah Riana hiraukan lagi biar saja Liliana bersama Septian , Riana jangan mundur lagi .
Ma Em
Liliana mati saja setelah mati lalu kamu bisa jadi hantu tinggal dirumah Septian , bagus Riana tinggalkan saja lelaki yg plin plan tdk punya pendirian , semoga Riana selalu bahagia setelah berpisah dgn Septian dan makin sukses .
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: 🤣🤣🤣 iya jdi hantu buat septian ya kak
total 1 replies
Ariany Sudjana
terima saja Septian, kamu sudah ditinggal Riana. bukannya kamu sudah ucapkan talak ke Riana? ya sekarang bebas dong, tinggal menikah sama Liliana, jadi ga perlu ada drama lagi
arniya
geregetan Septian....
Ma Em
Semoga Septian dan Liliana hdp nya tdk pernah bahagia karena dia sdh merebut kebahagiaan Riana , dan sebaliknya Riana semoga hidupnya dipenuhi dgn cinta dan kebahagiaan .
Ariany Sudjana
ini lagi pelakor, bermulut manis, pura-pura ga tahu kalau Septian suka sama dia, padahal dalam hati suka cita, sudah tidak ada penghalang dalam hubungan dengan Septian
Ariany Sudjana
dasar Septian mokondo, ga paham yah atau amnesia yah, sudah jatuhkan talak, tapi masih minta Riana kembali jadi istri yang patuh? dasar bodoh, apa dia ga tahu, dia sudah dorong Riana sampai kepala bocor, dan harus masuk RS? untung dr Alif datang, kalau ga, mungkin Riana sudah menghadap Tuhan
Ariany Sudjana
akhiri semua drama yang kamu buat Liliana, kan ini yang kamu mau, jadi istrinya Septian dan menyingkirkan adikmu sendiri
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: bangga dia bisa menang
total 1 replies
arniya
Riana semoga dapat yang lebih baik dari Septian
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: katanya mau sama dr alif 🤭
total 1 replies
arniya
lempar batu sembunyi tangan,
arniya
Septian mata nya ketutup apa sih , sampai gk bisa liat yang tulus sm yang cuma pura pura dan ad udang di balik batu.
Bun cie
ayo riana mumpung ada ibu mertuamu kemukakan ttg perceraianmu..pasti di loloskan disupport ibu septi
Bun cie
keputusan yg tepat riana..berpisah ..tinggalkan org2 toksik sekalipu suami dan kakakmu..kamu g sendiri ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!