Ariana termenung di hadapan Lily. matanya masih berkaca-kaca namun kosong. memandang arah yang pudar di depannya. hatinya masih berkecamuk. ucapan-ucapan dokter soal kondisi ibunya terus terngiang yang dipikirannya. dia belum siap kehilangan satu-satunya wanita yang dia punya sekarang.
" Aku ada satu jalan keluar buat kamu. Tapi Aku nggak tahu kamu mau apa nggak sama pekerjaan ini." Ucap Lily setelah beberapa menit mereka berdiam duduk di dalam kafe.
" Apa pun itu. Akan aku lakukan. Saat ini aku udah nggak punya pilihan lain untuk memilih pekerjaan yang cocok atau tidak cocok untukku. Aku harus melakukan sesuatu untuk membayar biaya operasi ibu." Jawab Ariana dengan penuh keyakinan.
Ariana tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan pada sahabatnya itu. pekerjaannya sebagai waiters hanya cukup untuk biaya makan mereka sehari-hari.
" Jual diri." Kata Lily singkat.
Tak percaya sahabatnya akan menyuruhnya menjual dirinya untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nama Yang Sama
*****
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 30 menit, mobil yang di kendarai Gibran dan Ariana akhir nya tiba di depan pekarangan sebuah rumah sederhana.
" Apa ini rumah kamu?" Tanya Gibran, sembari mata nya menatap bangunan yang kini ada di hadapan nya. Bangunan yang sudah cukup tua dan usang.
" Ya, ini rumah ku." Jawab Ariana.
" Apa kamu tinggal sendiri? Atau ada yang menemani kamu?" Tanya Gibran lagi.
" Tidak ada. Aku tinggal sendiri." Jawab Ariana berbohong.
Gibran memperhatikan beberapa rumah yang menjadi tetangga Ariana. Terlihat jelas jika rumah Ariana adalah bangunan yang sudah sangat lama berdiri. Dia heran kenapa ada orang yang mau tinggal di sana.
" Apa kamu betah tinggal di sini?"
" Betah lah. Kalau tidak betah aku tidak mungkin mengontrak nya."
" Oh... Kamu kontrak. Aku pikir rumah kamu sendiri."
" Kalau begitu aku pamit dulu. Aku akan menghubungi mu jika urusan ku di kantor sudah selesai." Pamit Gibran.
" Hati - hati di jalan." Ujar Ariana.
Ariana pun keluar dari dalam mobil dan berjalan memasuki rumah nya.
Sedangkan Gibran masih berada di sana. Dia menatap tubuh Ariana hingga tubuh wanita itu tidak ada lagi dari pandangan nya.
Gibran kemudian menatap rumah Ariana. Tidak menyangka Ariana masih mau tinggal di bangunan seperti itu.
" Padahal aku membayar nya dengan sangat mahal. Kenapa dia tidak mau mencari tempat yang lebih layak di sebut rumah? Kenapa masih bertahan di tempat seperti ini?" Gumam Gibran.
Setelah cukup lama memikirkan hal itu, Gibran kemudian beranjak dari sana. Dengan cepat segera kembali ke kantor karena Liam sudah menunggu nya di sana
*
*
*
Lama mengingat kejadian saat Gibran mengantar Ariana tadi malam, Gibran kembali fokus pada kerjaan nya.
Dia duduk di ruang kerja nya sambil mempelajari satu persatu berkas proposal kerjasama yang si ajukan perusahaan lain untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan nya.
Saat tengah sibuk membaca berkas, Gibran mengalihkan pandangan nya ke arah Liam yang baru saja memasuki ruangan nya.
" Selamat pagi, bos. Maaf jika sudah mengganggu konsentrasi nya." Ujar Liam berdiri di depan meja Gibran.
" Nggak masalah. Apa kamu sudah mendapatkan informasi penting soal Ria?" Tanya Gibran.
Liam mengangguk.
" Sudah bos. Ini beberapa data soal nona Ria dan beberapa kegiatan nya sebelum dia menjadi wanita bayaran. Serta tertera juga informasi soal keluarga nona Ria yang masih bersama nya." Jawab Liam menyerahkan amplop coklat besar kepada Gibran.
Gibran kemudian membuka amplop besar itu yang di berikan oleh Liam. Lalu mengeluarkan satu persatu berkas yang ada di dalam nya.
" Ariana? Jadi nama asli nya Ariana?" Tanya Gibran saat membaca data diri Ariana.
" Iya, bos. Ria itu hanya nama samaran nya saja saat menjadi wanita bayaran. Bahkan dengan saya pun, nona Ariana tidak mau di panggil dengan sebutan Ria." Jawab Liam.
" Jadi nama Ria itu hanya dia gunakan dengan ku saja?"
" Seperti nya begitu bos."
" Apa ini valid?"
" Ya bos. Seperti nya ada masalah yang tidak bisa saya temukan di dalam data nona Ariana. Tadi nya nona Ariana tinggal bersama ibu nya. Tapi selama nona Ariana menjadi wanita bayaran, ibu nya tidak pernah terlihat lagi berada di rumah dengan nona Ariana. Saya hanya menduga jika ibu nya nona Ariana kemungkinan pergi meninggalkan nona Ariana saat dia tahu nona Ariana bekerja sebagai wanita bayaran." Jelas Liam.
" Baik lah. Terima kasih atas informasi nya. Tapi kamu harus mencari informasi yang lain lagi. Sekarang kembali ke meja kerja kamu." Sahut Gibran.
" Baik, bos. Sapa permisi." Pamit Liam.
" Murahan sekali kamu ,Ariana. Bahkan ibu mu saja tidak setuju dengan pekerjaan mu sekarang. Tapi kamu masih saja melakukan nya." Ucap Gibran walaupun ada sedikit ketidak puasan dari hasil informasi yang di dapat oleh Liam.
*
*
*
Saat ini Gibran baru saja menyelesaikan meeting nya dengan para klien. Menjalin kerja sama yang menguntung kan.
" Terima kasih banyak untuk kerja sama nya pak. Saya sangat puas hari ini." Ucap salah seorang klien pada Gibran.
Gibran menatap pria yang berdiri di depan nya itu. Gibran merasa belum pernah bertemu dengan klien yang satu ini. Yang di tahu, pria ini adalah perwakilan dari Grand Awy, karena memang CEO lama sudah tidak menjabat lagi.
" Bapak pasti kebingungan sekarang. Saya belum memperkenalkan diri saya sebelum nya kepada anda." Ucap pria itu lalu mengulurkan tangan nya.
" Saya Bayu. CEO baru dari perusahaan Grand Awy. Maaf saya baru memperkenalkan diri saya secara langsung kepada anda." Ucap Bayu.
Gibran kemudian menerima uluran tangan Bayu.
" Saya tahu anda dari perwakilan Grand Awy. Tapi saya tidak tahu kalau anda adalah CEO nya. Karena setahu saya CEO yang lama sudah tidak bekerja lagi. Saya Gibran."
Setelah cukup lama bersalaman, keduanya kemudian melepaskan tautan tangan mereka masing - masing.
" Dalam waktu dekat saya akan di Lantik. Saya berharap anda bisa datang jika memiliki waktu luang." Ucap Bayu.
" Akan saya usahakan." Jawab Gibran.
" Senang bisa berkenalan dan mengobrol seperti ini dengan anda, pak Gibran." Ujar Bayu dengan ramah.
Gibran tersenyum simpul.
" Saya juga senang bisa berkenalan dengan anda, pak Bayu. Berarti sekarang Grand Awy berada di bawah kendali anda?" Tanya Gibran.
" Iya, pak. Saya putra tunggal dari pak Awy." Jawab Bayu.
" Saya minta maaf karena tidak mengenali anda. Karena memang saya tidak pernah melihat wajah anda di media sebagai pengganti pak Awy di Grand Awy ." Sahut Gibran tersenyum.
Gibran yang mendengar nya tersenyum serta terkekeh.
" Tidak masalah, pak Gibran. Karena memang saya tidak terlalu suka dengan media seperti itu. Banyak wartawan yang datang, tapi saya tidak pernah meladeni mereka. Saya tidak suka terlalu di sorot." Jawab Bayu.
" Baik lah pak Gibran. Kalau begitu saya pamit dulu. Senang bisa berkenalan dengan anda. Semoga kerja sama ini bisa menjadi jalan kita untuk menjadi partner dalam setiap bisnis." Ucap Bayu.
" Ya saya juga berharap bisa begitu." Balas Gibran.
Bayu kemudian beranjak dari sana meninggalkan ruang audit.
Sedangkan Gibran masih berdiri terpaku. Dia merasa tidak familiar dengan nama tersebut. Dia seperti pernah dengar nama itu.
" Aku seperti pernah mendengar nama itu. Tapi dimana? Bagaimana bisa aku lupa secepat ini?" Gumam Gibran berfikir.
Gibran terus menguras kepala nya untuk mengingat nama Bayu.
" Ah iya. Aku ingat. Nama nya sama seperti nama yang mengirim pesan pada Ria waktu lalu. Nama mereka memang sangat pasaran. Jadi mudah di temukan." Gumam Gibran saat dia berhasil mengingat nya.
Tidak berlangsung lama memikirkan soal nama Bayu, Gibran pun ikut meninggalkan ruang audit menuju ruangan nya. Karena masih banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan hari ini.